Anda di halaman 1dari 11

PENCEMARAN TANAH

Disusun oleh

Merlin Diandra 10011281621048

Rida Fitrianti 10011281621049

Nabila 10011281621050

Catherine Dwi A P 10011281621051

Vicca Aini Nadjifah 10011281621052

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segalah rahmat dan hidayahnya
tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini, sholawat serta salam kita panjatkan kepada
junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya
sampai akhir zaman.

Karena anugerah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah kesehatan lingkungan yang bertemakan
Pencemaran Tanah dengan tepat waktu. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.Kami menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan kepada para
pembaca umumny serta menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

Indralaya, 25 Maret 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya
alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena
berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak terdapat
gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya
akan unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia
banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka
panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut.
Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di tanah tidak bisa disangkal
lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat luas, seperti pembangunan
industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di
sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti oleh dampak negatif yang merugikan
masyarakat dan lingkungan.

Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Tanah

Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah, diantaranya:

1. Pada kesehatan

Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk
ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan
herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada
anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh
populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan
kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan
kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada
keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot.
Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta
penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti
sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di
atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.

A. KASUS PENCEMARAN TANAH DI INDONESIA

Sebelum terjadinya luapan lumpur lapindo, Sidoarjo, Surabaya, ekosistem serta infrastruktur di
Sidoarjo sangat baik, dimana kegiatan perekonomian berjalan lancar. Lingkungan hidup di sekitar
masyarakat Sidoarjo tertata dengan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
lingkungan hidup. Kesejahteraan perekonomian sangat baik walaupun berjalan sangat lambat,
akan tetapi terhadap swasembada pangan terutama di bidang agrobisnis disekitar wilayah sidoarjo
Surabaya berjalan lancar sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.

Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo (Lusi) ,
adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di
Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur,
sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan
tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya,
serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun
bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT Lapindo, melalui PT Minarak
Lapindo Jaya telah mengeluarkan uang baik untuk mengganti tanah masyarakat maupun
membuat tanggul sebesar Rp. 6 Triliun.Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula
hanya menggenangi empat desa dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya
warga setempat untuk diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur ini juga
menggenangi sarana pendidikan dan Markas Koramil Porong. Hingga bulan Agustus 2006,
luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan
Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak 25.000
jiwa mengungsi. Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah
ibadah terendam lumpur.

Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara lain:
lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan padi seluas
172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan
Jabon; serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.Sekitar 30 pabrik yang
tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja.
Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini.Empat kantor pemerintah juga
tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak bekerja.Tidak berfungsinya sarana pendidikan
(SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan
listrik dan telepon).

Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit.
Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428, Kedungbendo
590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan
Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit.Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang
tergenangi, termasuk areal persawahanPihak Lapindo melalui Imam P. Agustino, Gene-ral
Manager PT Lapindo Brantas, mengaku telah menyisihkan US$ 70 juta (sekitar Rp 665 miliar)
untuk dana darurat penanggulangan lumpur.

Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air milik PDAM
Surabaya patah.Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan
lumpur dan sekitar 2,5 kilometer pipa gas terendam. Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol
hingga waktu yang tidak ditentukan, dan mengakibatkan kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu
melalui Sidoarjo-Mojosari-Porong dan jalur Waru-tol-Porong.

Sebuah SUTET milik PT PLN dan seluruh jaringan telepon dan listrik di empat desa serta
satu jembatan di Jalan Raya Porong tak dapat difungsikan.Penutupan ruas jalan tol ini juga
menyebabkan terganggunya jalur transportasi Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi serta
kota-kota lain di bagian timur pulau Jawa. Ini berakibat pula terhadap aktivitas produksi di
kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu kawasan
industri utama di Jawa Timur.
B. ANALISIS TERJADINYA PENYEBAB KASUS PENCEMARAN TANAH

Berawal dari pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada awal 2006 dengan menggunakan
perusaan kontraktor pengeboran PT Medici Citra Nusantara. Kontrak itu diperoleh Medici atas
nama Alton International Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender pengeboran dari
Lapindo senilai US$ 24 juta.

Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman 8500 kaki (2590 meter)
untuk mencapai formasi Kujung (batu gamping). Sumur tersebut akan dipasang selubung bor
(casing) yang ukurannya bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi
potensicirculation loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi
tersebut ke dalam sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.

Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo sudah memasang casing 30 inchi pada
kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan
casing13-3/8 inchi pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006). Ketika
Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka belum
memasang casing 9-5/8 inchi yang rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara
formasi Kalibeng Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki).

Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini dengan
membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan
zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah formasi Kujung.
Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka
merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung
yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan
pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari
formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out) tetapi dapat diatasi dengan pompa
lumpurnya Lapindo (Medici).

Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. Lapindo
mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal mereka hanya menyentuh formasi Klitik.
Batu gamping formasi Klitik sangat porous (bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan
untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi
Klitik) atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.

Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha
menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga dipotong.
Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di
rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur
dengan tujuan mematikan kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi
sudah terlanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung di permukaan
(surface casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak
stabil & kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke
permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur
disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan
lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah mengapa surface
blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan di sumur itu sendiri.

Perlu diketahui bahwa untuk operasi sebuah kegiatan pemboran MIGAS di Indonesia
setiap tindakan harus seijin BP MIGAS, semua dokumen terutama tentang pemasangan casing
sudah disetujui oleh BP MIGAS.

Dalam AAPG 2008 International Conference & Exhibition dilaksanakan di Cape Town
International Conference Center, Afrika Selatan, tanggal 26-29 Oktober 2008, merupakan
kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh American Association of Petroleum Geologists
(AAPG) dihadiri oleh ahli geologi seluruh dunia, menghasilan pendapat ahli: 3 (tiga) ahli dari
Indonesia mendukung GEMPA YOGYA sebagai penyebab, 42 (empat puluh dua) suara ahli
menyatakan PEMBORAN sebagai penyebab, 13 (tiga belas) suara ahli menyatakan
KOMBINASI Gempa dan Pemboran sebagai penyebab, dan 16 (enam belas suara) ahli
menyatakan belum bisa mengambil opini. Laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan tertanggal
29 Mei 2007 juga menemukan kesalahan-kesalahan teknis dalam proses pemboran.
C. ALTERNATIVE TINDAKAN PENGENDALIAN
1. ASPEK PROMOTIF
a. Melakukan penyuluhan pendidikan mengenai apa saja faktor yang dapat
menyebabkan lumpur lapindo

b. Melakukan penyuluhan pendidikan mengenai kondisi apa yang dapat memperburuk


usaha penanggulangan.

2. ASPEK PREVENTIF

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran pada
tanah, yaitu sebagai berikut.

- Biasakan untuk memisahkan sampah-sampah organik dan anorganik di rumah.


Sampah organik bisa terurai oleh mikroorganisme. Sampah ini bisa dikubur dalam
tanah untuk dibuat pupuk kompos. Untuk sampah anorganik yang tidak dapat terurai
oleh mikroorganisme dibakar di lokasi spesifik yang jauh dari pemukiman penduduk.
Sampah yang tidak bisa dibakar, bisa digiling atau dihancurkan hingga menjadi
partikel kecil, lalu dikubur.
- Untuk pengolahan limbah industri yang di dalamnya terkandung logam berat,
sebaiknya dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai
atau ke lokasi pembuangan.
- Menggunakan pupuk atau pestisida dengan dosis yang sesuai, karena jika berlebihan
akan mencemari tanah yang digunakan tersebut.
- Gunakan deterjen yang ramah lingkungan sehingga ia bisa terurai oleh
mikroorganisme. Dengan begitu ia tidak menimbulkan zat-zat yang membuat tanah
tercemar.

3. ASPEK KURATIF
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur lapindo adalah dengan
membangun tanggul desekitar luapan lumpur panas itu. Namun tanggul yang dibangun
bisa sewaktu-waktu jebol karena lumpur setiap hari terus meluap naik. Hingga akhirnya
direncanakan akan membangun beberapa waduk untuk membendung lumpur tersebut.
Namun rencana tersebut batal tanpa sebab yang jelas.

4. ASPEK REHABILITATIF

Ada 2 cara untuk penanganan pencemaran tanah


- 1. Remidiasi
- Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
- Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa
ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian
zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air
limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
- 2. Bioremediasi
- Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemaran menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air).

D. ALTERNATIVE TINDAKAN PENGENDALIAN


1. RUANG LINGKUP INDIVIDU
- Memilah sampah yang mudah terurai dan sulit terurai
- Sampah organik digunakan untuk kompos
- Sampah anorganik dapat didaur ulang lagi
- Penyuluhan tentang pengolahan sampah kepada masyarakat
- Membuang sampah pada tempat yang disediakan
- Penggunaan pestisida buatan dikurangi dan diganti pestisida alami

2. RUANG LINGKUP RUMAH TANGGA


- Membuang sampah rumah tangga pada tempat yang disediakan
- Mengelola sampah organik
- Pengelolaan sampah rumah tangga dengan pengomposan
- Mengurangi penggunaan barang-barang yang menghasilkan sampah rumah tangga
yang anorganik

3. RUANG LINGKUP MASYARAKAT


a. Menimalkan terjadinya pembuangan sampah terutama yang tergolong B3
b. Pengolahan limbah sampah menjadi barang-barang kerajinan
c. Sampah dari rumah-rumah dikumpulkan dan disimpan dalam tempat atau kontainer
sementara, untuk kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk
diolah sebelum dibuang.
d. Masyarakat menggunakan sistem sanitary landfill

4. RUANG LINGKUP PEMERINTAH


a. Menghentikan luapan lumpur panas lapindo dengan menggunakan Snubbing Unit.
Snubbing unit adalah usaha untuk menemukan rangkaian mata bor yang dulunya
digunakan untuk mengebor sumur yang sekarang mengeluarkan lumpur panas.

b. Menghentikan luapan lumpur panas lapindo dengan cara melakukan pengeboran


miring (sidetracking) untuk menghindari mata bor yang tertinggal di dalam sumur.

c. Menghentikan lumpur panas lapindo dengan cara pemadaman lumpur, dengan


membuat 3 sumur baru (relief well).
DAFTAR PUSTAKA

Soekarto.S.T.1985.Penelitian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhatara


Karya Aksara,Jakarta.122 hal.

Bachari, Moch. 1995. Geologi Lingkungan.CV. Aksara, Malang.122 hal.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai