PENDAHULUAN
Berdasarkan analisa WHO, dengan jumlah penduduk dunia lebih dari 5,9 milyar
jiwa, diperkirakan terdapat 45 juta orang mengalami kebutaan dan 135 juta orang dengan
Low Vision atau terdapat kurang lebih 180 juta orang dengan gangguan penglihatan di
seluruh dunia. Objektif dari program WHO untuk pencegahan kebutaan dengan efektif
menurunkan prevalensi kebutaan sampai < 0,5 % di seluruh negara, atau kurang dari 1%
perkembangan Sumber Daya Manusia untuk kesehatan mata. Perhatian ditujukan kepada
untuk pencegahan kebutaan. Sumber Daya Manusia yang cukup terlatih merupakan
komponen inti dalam pencegahan, pengobatan, dan rehabilitas kebutaan yang bisa
dihilangkan.5
memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat di
seluruh wilayah tanah air, dimana setiap warga negara memperoleh kesempatan untuk
total, kebutaan ekonomi, kebutaan hukum, dan kebutaan sosial. Kira-kira 65 definisi
sampai tidak adanya persepsi cahaya. Supaya ada perbandingan secara statistik baik
nasional maupun internasional, WHO pada 1972 telah mengajukan kriteria yang seragam
dan definisi kebutaan serta tajam penglihatan yang kurang dari 3/60. (Snellen) atau yang
ekuivalen dengannya. Pada 1979 WHO menambahkan dengan ketidak sanggupan hitung
kurang dari 6/18 Snellen, dimana katagori 1 dan 2 termasuk pada low vision sedangkan
ditempatkan pada katagori 3 dan lapang pandangan kurang dari 5 ditempatkan pada
Di Indonesia, kebutaan kelainan kornea menduduki urutan ke-5 dari survei Indera
Penglihatan dan Pendengaran tahun 1966 dengan prevalensi saat ini 0,10% dari
prevalensi kebutaan 1,5% .Penelelitian di Sumatera Utara tahun 2004 yang dilakukan
oleh Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU didapati data sebagai berikut : kebutaan
Refraksi (Tanjung Balai 0,09%; Karo 0,12%), Gangguan Retina (Tanjung Balai 0,06%;
Karo 0,11%), dan Kelainan Kornea (Tanjung Balai 0,11%; Karo 0,08%). Angka-angka
yang diteliti ini lebih rendah dari prevalensi kebutaan nasional akibat katarak, glaucoma,
degeneratif, trauma dan tumor. Dari semua penyebab ini WHO secara global telah
vitamin A dan Onchocerciasis. Program ini telah dilakukan di beberapa negara yang
termasuk endemik.10
Dari pengamatan sementara pada setiap Kabupaten yang ada di Sumatera Utara,
mungkin kebutaan karena kelainan kornea berbeda, perlu kiranya dilakukan pemetaan
untuk bisa ditentukan tindakan-tindakan preventif dalam menurunkan angka kebutaan ini.
Sesuai dengan tujuan program Vision 2020 right to sight yang telah dicanangkan
di Indonesia tanggal 15 Februari 2000 yakni mewujudkan hak setiap warga negara untuk
memperoleh penglihatan optimal pada tahun 2020, sebagai bagian dari penegakan hak
asasi manusia. Hal inilah yang menjadi latar belakang bagi peneliti untuk melakukan
Berapa angka kebutaan kelainan kornea untuk Kabupaten Tapanuli Selatan pada
tahun 2009.
Selatan.
1.4.1 Dengan Penelitian ini dapat dibuat pemetaan tentang buta kelainan kornea
angka kebutaan.
1.5. HIPOTESA