Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi progresif ginjal
(Muttaqin & Sari, 2011). Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang menjadi masalah
serius di Indonesia.
Prevalensi PGK meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada
kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun
(0,5%), tertinggi pada kelompok umur 75 tahun (0,6%). Prevalensi laki-laki (0,3%) lebih
tinggi dari perempuan(0,2%) (Balitbangkes, 2013). Indonesia Renal Registry (IRR)
menyebutkan pada tahun 2011 jumlah pasien baru penyakit ginjal di Indonesia sebesar
15.353 pasien, dari jumlah tersebut pasien yang aktif menjalani hemodialisis 45,28% pasien.
Data pada tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah pasien baru penyakit ginjal di Indonesia
meningkat menjadi 19.621 pasien, dari jumlah tersebut pasien yang aktif menjalani
hemodialisis 46,69% pasien. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 jumlah pasien PGK 366
pasien (PERNEFRI, 2012). Data dari Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
didapatkan bahwa jumlah pasien yang menjalani hemodialisis tahun 2014 berjumlah 53
pasien dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 78 pasien.
Konsekuensi pembatasan cairan pada pasien PGK akan menyebabkan pasien merasa
haus. Rasa haus yang tidak diatasi akan mengakibatkan pasien tidak patuh terhadap diet
cairan, sehingga pasien akan meningkatkan asupan cairan melalui minuman. Konsekuensi
yang terjadi pasien akan mengalami overhidrasi atau kelebihan air di dalam tubuh. Kelebihan
air di dalam tubuh akan mengakibatkan peningkatan beban ginjal sehingga memperburuk
kondisi ginjal dan menyebabkan terjadinya komplikasi pada pasien PGK, sehingga
menurunkan kualitas hidup pasien PGK. Melihat kondisi tersebut maka rasa haus harus
diatasi agar pasien menjadi patuh terhadap diet yang diberikan. Rasa haus dapat dikurangi
dengan berbagai cara, salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa haus yaitu
dengan menyikat gigi, menghisap es batu, berkumur, mengunyah permen karet atau permen
mint dan menggunakan frozen grapes atau buah yang dibekukan (Solomon, 2006).
Penelitian Arfany (2014) menunjukkan terdapat perbedaan efektifitas mengunyah
permen karet rendah gula dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus dimana es
batu lebih efektif dibandingkan mengunyah permen karet rendah gula dengan p value 0,00.
Es batu selain bermanfaat dalam menurunkan rasa haus juga dapat digunakan sebagai
pelembab bibir alami dengan mengoleskan es batu di bibir sehingga mencegah bibir agar
tetap lembab dan tidak kering (Alimir, 2015). Penelitian Ardiyanti (2015) menunjukkan
bahwa ada pengaruh berkumur dengan obat kumur rasa mint atau obat kumur rasa mint
mampu menurunkan rasa haus pasien PGK yang menjalani hemodialisis di SMC RS
Telogorejo Semarang dengan nilai p-value dari uji Wilcoxon yaitu 0,001. Obat kumur juga
dapat digunakan untuk mengurangi rasa haus karena obat kumur adalah cairan yang dapat
membantu memberikan kesegaran mulut dan nafas serta menghilangkan dan membersihkan
mulut dari organisme penyebab yang dianggap sebagai pencetus kelainan atau penyakit di
dalam mulut. Obat kumur juga mengandung mentol, mentol dapat merangsang sekresi air
maupun lendir dan memberikan rasa segar didalam mulut (Asdar, 2007).
Melihat fenomena pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan kedua hasil riset
terdahulu, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk membandingkan intervensi
mengulum es batu dan berkumur dengan obat kumur untuk mengurangi rasa haus pada pasien
PGK yang melakukan pembatasan cairan. Peneliti tertarik karena hal tersebut dapat
memberikan manfaat bagi pasien PGK untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi
akibat ketidakpatuhan dalam melakukan pembatasan cairan atau diet cairan.

B. TUJUAN
1. Mengetahui prosentase rasa haus sebelum dan sesudah diberikan tindakan berkumur
menggunakan obat kumur
2. Mengetahui prosentase rasa haus sebelum dan sesudah diberikan tindakan mengulum es
batu
3. Mengetahui keefektifan berkumur menggunakan obat kumur dan mengulum es batu
terhadap penurunan rasa haus
BAB II
RESUME JURNAL
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENELITI
Penelitian ini dilakukan oleh Suyatni.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan
rancangan pre test dan post test desain.

C. POPULASI PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah pasien PGK yang menjalani hemodialisis di Rumah
Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang sebanyak 38 pasien.

D. WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Mei-26 Juni 2016.

E.JUMLAH SAMPEL
Penelitian dilakukan terhadap 32 responden yang terdiri dari 2 kelompok (kelompok 1
dengan 16 responden diberikan tindakan berkumur dengan obat kumur dan kelompok 2
dengan 16 responden diberikan tindakan mengulum es batu).

F. HASIL PENELITIAN
G.

Anda mungkin juga menyukai