Plasenta Previa
Plasenta Previa
PENDAHULUAN
1
dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu
dalam penyelamatan ibu dan janinnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. (Prof.dr. Ida
Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998 hal 253).
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
(Wiknjosostro, 2005)
3
3. Etiologi / Penyebab
Penyebab pasti dari plasenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi
berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi uterus,
kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih rendah
merupakan sebuah teori tentang penyebab plasenta previa.
Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup
seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan
memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali
pembukaan jalan lahir. Selain itu, kehamilan multiple atau lebih dari satu yang
memerlukan permukaan yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga
menjadi salah satu penyebab terjadinya placenta previa, dan juga pembuluh darah yang
sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai darah pada daerah
itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah pada kehamilan berikutnya.
4. Klasifikasi
c. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan (ostium internus servisis)
d. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah
uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm
diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir
5. Patofisiologi
4
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja
biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal.
Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen
bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat
diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi
perdarahan darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai
serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang
letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena
itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta
letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai. (Wiknjosostro,
1999 : 368)
5
6. Pathway
Penyebab pasti belum diketahui, berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah
rahim karena bekas luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor
Gangguan Perpusi
Vili placenta robek,
jaringan utero
sinus-sinus uterus
terbuka
Hipovilemia
PK : Syok
Perdarahan
Hemoragik
Kekurangan volume
Tindakan seksio
cairan
caesarea
Nyeri akut
7
e. Isotop Scanning atau lokasi penempatan placenta.
f. Amniocentesis, Jika 35 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin
[LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan
operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.
10. Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi
persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.
11. Penatalaksanaan
1) Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap
kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga
perut (misalnya batuk, mengedan karena sulit buang besar)
4) Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan memberi infuse cairan I.V (NaCl 0,9
% atau Ringer Laktat).
8
b) Jika perdarahan sedikit dan berhenti dan fetus hidup tetap preatur,
pertimbangkan terapi ekspektatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan
banyak.
6) Terapi Ekspektatif
(3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas norma).
8) Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferosus fumarat per oral
60 mg selama 1 bulan.
10) Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan
waktu >2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke
RS jika terjadi perdarahan.
9
11) Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi
kehamilan.
a) Janin matur
c) Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang maturitas janin.
13) Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat
sedikit, persalinan pervaginan masih mungkin. Jika tidak, lahirkan dengan
seksio sesarea.
14) Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat
plasenta
10
1) Kehamilan kurang dari 37 minggu
2) Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb dalam batas normal)
3) Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (menempu perjalanan tidak
lebih dari 15 menit)
1) Istirahat.
5) Bila selama tiga hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan pengawasan
konserpatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap
tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan
tidak boleh melakukan senggama.
3) Anak mati.
11
2) Persalinan per abdominal
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set
up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pemeriksaan dalam didapatkan:
Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan servik sudah
matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan
dan hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi dan drips oksitosin
pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan sectio caesarea.
12
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian fisik memberikan data yang sangat bernilai sebagai dasar asuhan
keperawatan. Pemeriksaan tersebut meliputi inspeksi, auskultasi dan palpasi.
Pemeriksaan fisik mungkin akan dilakukan oleh salah satu orang atau lebih dan harus
disesuaikan kemajuan persalinan. Hal tersebut meliputi evaluasi, tanda-tanda vital,
kontraksi, pemeriksaan. Pengkajian dilakukan meliputi:
1) Data dasar
a. Identifikasi klien
b. Riwayat kehamilan dan persalinan lalu klien tidak pernah mengalami
operasi seksio
c. Keluhan utama: keluhan nyeri karena masa pembedahan, peningkatan
kebutuhan istirahat, tidur dan penyembuhan
d. Riwayat persalinan: kegagalan untuk melanjutkan persalinan, presentase
bokong dan letak lintang
e. Riwayat psikologis: tingkat kesehatan, gembira, respon keluarga terhadap
kelahiran (Doenges)
2) Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital, karakter lochea, fundus uteri, payudara, abdomen (keadaan
luka insisi), kandung kencing, kebersihan diri dan genital
a. Sirkulasi
Perdarahan vagina tanpa nyeri (jumlah tergantung pada apaka previa
marginal, parsial,atau total): Prdarahan besar dapat terjadi selama persalinan.
b. Seksualitas
a) Tinggi fundus 28 cm atau lebih.
b) Djj dalam batas yang normal (DBN)
c) Janin mungkin melintang atau tidak turun.
d) Uterus lunak.
13
3) Pemeriksaan penunjang
1) Test laboratorium : Jumlah darah lengkap terutama hemoglobin dan
hematokrit
2) HDL; dapat menunjukkan peningkatan sel darah putih (SDP), penurunan Hb
dan Ht.
3) USG ; Menetukan letak plasenta
4) Pelvimetri rontgen
14
3. Rencana Tindakan Keperawatan
No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah diberikan A. Kaji pasien untuk a. Untuk mengetahui
asuhan keperawatan menemukan bukti- tingkat keparahan
selama (..x24) jam bukti perdarahan atau perdarahan pada klien
diharapkan perawat hemoragi sehingga dapat
dapat meminimalkan menentukan intervensi
komplikasi yatng selanjutnya
terjadi dengan kriteria
b. Monitor tanda vital b. Untuk mengetahui
hasil:
a. Nilai Ht dan Hb keadaan vital pasien saat
berada dalam batas terjadi perdarahan.
normal
b. Klien tidak c. Pantau hasil lab c. Banyak komponen darah
mengalami episode berhubungan dengan yang menurun pada hasil
perdarahan perdarahan lab dapat membantu
c. Tanda-tanda vital
menentukan intervensi
berada dalam batas
selanjutnya
normal d. Siapkan pasien secara d. Keadaan fisik dan
TD: 100 120 mm
fisik dan psikologis psikologis yang baik
Hg
Nadi: 80- untuk menjalani akan mendukung terapi
15
dengan perdarahan : dan untuk menghentikan
pemberian transfusi, perdarahan
medikasi
2 Setelah diberikan askep a. Perhatikan status a. Kejadian perdarahan
selama ( x24) jam fisiologis ibu, status potensial merusak hasil
diharapkan klien tidak sirkulasi, dan kehamilan,
mengalami perubahan volume darah. kemungkinan
pada volume sirkulasi, menyebabkan
pirau kanan dan kiri hipovolemia atau
dengan Kriteria hasil : hipoksia uteroplasenta.
a. Mendemonstrasikan
b. Auskultasi dan b. Mengkaji berlanjutnya
perfusi adekuat,
laporkan DJJ, catat hipoksia janin. Pada
dibuktikan oleh DJJ
bradikardia atau awalnya, janin
dan aktivitas DBN
takikardia. Catat berespon pada
serta tes nonstres
perubahan pada penurunan kadar
reaktif (NST).
aktivitas janin oksigen dengan
(hipoaktivitas atau takikardia dan
hiperaktivitas) peningkatan gerakan.
Bila tetap defisit,
bradikardia dan
penurunan aktivitas
terjadi.
16
untuk ambilan janin.
17
c. Pengisian kapiler posisi semi fowler. kompresi vena kava.
cepat Posisi semifowler
d. Pengeluaran dan memungkinkan janin
berat jenis urine bertindak sebagai
adekuat secara tampon.
individual.
d. Catat tanda-tanda d. Membantu
vital, pengisian menentukan beratnya
kapiler pada dasar kehilangan darah,
kuku, warna meskipun sianosis dan
membrane mukosa perubahan pada
atau kulit dan suhu. tekanan darah dan nadi
adalah tanda-tanda
lanjut dari kehilangan
volume sirkulasi.
18
keluaran cairan. kehilangan cairan dan
Dapatkan sampel menunjukan perfusi
urine setiap jam, ukur ginjal.
berat jenis.
Adapun rencana tindakan keperawatan pada plasenta previa post seksio adalah :
19
pencapaian kesembuhan mengenai sifat kemampuan koping
luka dengan Kriteria ketidaknyamanan terhadap nyeri yang
hasil: sesuai kebutuhan timbul
a.Klien mengatakan
c. Dorong c. Meningkatkan
nyeri berkurang,
mengendalikan sifat kemampuan koping
b. Skala intenstias nyeri dan teknik terhadap nyeri yang
nyeri berkurang imajinasi timbul
sampai hilang,
21
bayi akurat dengan istilah- informasi dan
istilah sederhana. mengklasifikasikan
Anjurkan pasangan kesalahan konsep.
untuk mengajukan Memberikan
pertanyaan dan kemampuan untuk
mengungkapkan mengevaluasi
pertanyaan mereka pemahaman klien/
pasangan terhadap
situasi
22
4 Setelah diberikan askep a) Kaji respon a. Makin klien
selama (x 24) jam psikologis pada merasaknan ancaman
diharapkan kejadian dan makin besar tingkat
ketergantungan klien kesediaan system ansietas
menurun, distress, pendukung
kegelisahan dan
b. Pastikan apakah b) Pada kelahiran
ketakutan akan sesuatu
prosedur sesarea yang tidak
yang akan terjadi dapat
direncanakan atau direncanakan klien/
diatasi dengan Kriteria
tidak direncanakan pasangan biasanya
hasil:
tidak mempunyai
a. Klien
persiapan secara
mengungkapkan
psikologis atau
rasa takut pada
fisiologis
keselamatan diri dan
c) Anjurkan c. Mengidentifikasikan
janin,
pengungkapan area untuk diatasi
b. klien/suami/keluarga perasaan reaksi klien bervariasi
mendiskusikan dan dapat
kelahiran sesarea, menyulitkan diagnosa
klien tampak benar- pada periode operasi
d. Berikan komunikasi d. Bila masalah harga
benar rileks
verbal dari pengkajian diri timbul pada klien,
dan intervensi ini dapat menjadi
informasi tertulis berat pada periode pra
dapat diberikan pada operasi, klien
waktu selanjutnya difokuskan pada saat
ini dan ini tidak siap
untuk membaca atau
menerima informasi
tambahan
23
e. Anjurkan klien/ e. Memberikan
pasangan dalam penguatan
aktivitas ikatan pengalaman dan
diruang melahirkan menghilangkan
(misalnya: menyusui suasanan perbedahan
dan menggendong terhadap kelahiran
bayi)
24
mengalami kegagalan
untuk involusi
lengkap.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2001), evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan yang digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan dalam asuhan
keperawatan dan proses ini berlangsung terus menerus yang diarahkan pada pencapaian
tujuan. Ada empat yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu:
a. Masalah teratasi
b. Masalah teratasi sebagian
c. Masalah tidak teratasi
d. Timbul masalah baru
Evaluasi terdiri dari 2 jenis yaitu: evaluasi formatif dsn evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif disebut juga proses evaluasi jangka pendek atau evaluasi sedang berjalan
25
dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai
tujuan tercapai. Sedangkan evaluasim sumatif disebut juga evaluasi akhir atau hasil atau
jangka panjang. Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna dan
menjadi suatu metode dalam memonitori kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan.
Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format SOAP.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. Penyebab pasti dari
plasenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi berkurangnya vaskularisasi pada
segmen bawah rahim karena bekas luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor yang
menyebabkan implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah teori tentang
penyebab plasenta previa.
Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu : plasenta previa totalis,
plasenta previa parsialis, plasenta previa marginalis, dan plasenta letak rendah.
Gejala klinis yang sering di temukan adalah : Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22
minggu, perdarahan berulang, perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas
fisik, kontraksi Braxton Hicks atau koitus, perdarahan permulaan jarang begitu berat.
Biasanya perdarahan akan berhenti sendiri dan terjadi kembali tanpa diduga, warna
perdarahan merah segar, adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah,
his biasanya tidak ada, rasa tidak tegang saat palpasi, DJJ terdengar, teraba jaringan plasenta
dalam vagina, dan penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
26
Pemeriksaan Fisik yang bisa dilakukan yaitu : pemeriksaan luar bagian terbawah janin
biasanya belum masuk pintu atas, pintu atas panggul ada kelainan letak janin, dan
pemeriksaan inspekulo : Perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, sedangkan untuk
Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang yang perlu dilakukan seperti : USG (Ultrasonographi),
sinar X, pemeriksaan laboratorium, pengkajian vaginal, Isotop Scanning atau lokasi
penempatan placenta, dan amniocentesis.
Komplikasi pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya
terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat. Penatalaksanaan yang
bisa dilakukan adalah penatalaksanaan umum plasenta previa, penatalaksanaan konservatif,
penanganan aktif.
3.2 SARAN
Guna peyempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritik serta saran dari
Dosen Pembimbing beserta teman-teman yang lain. Agar bisa menjadi acuan atau pedoman
untuk penyempurnaan tugas selanjutnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. 2006. Asuhan kebidanan: persalinan dan kelahiran, Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi kedua. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Manuaba, Ida Bagus Gde (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
28
Murah Manoe dkk, 1999. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Ujung
Pandang : Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas
Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal , Ed.I, Cet 2. Jakarta: Yauasan Bina Pustaka Prawiharjo.
29