Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bunuh diri merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Merupakan perilaku
destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan
individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pendarahan postpartum adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian risiko bunuh diri?
2. Bagaimana tanda dan gejala dari risiko bunuh diri?
3. Bagaimana pencegahan dan penanganan klien risiko bunuh diri?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian risiko bunuh diri
2. Memahami tanda dan gejala pdari risiko bunuh diri
3. Mengetahui penanganan dan pencegahan klien risiko bunuh diri

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Risiko Bunuh Diri

Pengertian

Risiko bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Perilku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena stres yang
tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah ( Keliat
dan Akemat ,2009).

Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak
dicegah dapat mengarah kepada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap
bentuk akivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai
suatu yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995; dikutip Fitria, 2009).

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian
(Stuart,2007, dikutip Dez, Delicious, 2009). Bunuh diri adalah berisiko menyakiti diri
sendiri dan cedera mengancam jiwa (Nanda-I, 2012).

2.2 Etiologi

a. Faktor Predisposisi

Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang
siklus kehidupan adalah sebagai berikut:

1.Diagnosis Psikiatrik

Lebih dari 90 orang dewasa mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat
gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat,dan skizofrenia.

2.Sifat Kepribadian

2
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya risiko bunuh diri adalah
antipati, impulsif, dan depresi.

3.Lingkungan Psikososial

Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri,diantaranya adalah pengalaman kehilangan,


kehilangan dukungan sosial, kejadian kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis,
perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab
masalah,respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.

4.Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting yang dapat
menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

5.Faktor Biokimia

Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat
kimia yang terdapat di dalam otak seperi serotonin,adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat
tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak Electro Enchephalo Graph (EEG).

b.Faktor Presipitasi

perilaku destrukif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu.
Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat
menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang
melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal
tersebut menjadi sangat renan.

c.Perilaku Koping

klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan
perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan
bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor sosial maupun
budaya. Sruktur sosial maupun kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan medorong
klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian dan

3
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang akif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stres dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif
dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

d.Mekanisme koping

Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan
dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasoonalizain,regression, dan magical hinking.
Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping
alternatif.

2.3 Rentang respon

Menurut Yosep (2009) :

Respon Adaptif Respon maladaptif

Peningkatan Berisiko Destruktif diri Pencenderan Bunuh

Diri destruktif tidak langsung diri diri

Perilaku bunuh diri menunjukan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi
masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan oping dan mekanisme adaptif pada
diri seseorang.

a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.
Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda
mengenai oyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kencenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorangsemangat bekerja ketika dirinya
dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekeraan secara
optimal
c. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat
(maldaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka

4
seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
d. Pencederaan diri. Seseorang melakuan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.

2.4 Tanda dan Gejala


Menurut Fitria (2009), tanda dan gejala dari resiko bunuh diri adalah :
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Implusif
e. Menunjukan prilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan)
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan
mengasingkan diri)
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alkohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronik atau terminal).
k. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalam kegagalan
dalam karier).
l. Umu 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
n. Pekejaan
o. Konflik interpersonal
p. Latar belakan keluarga
q. Orientasi seksual
r. Sumber-sumber personal
s. Sumber-sumber sosial
t. Menjadi korban prlak kekerasan saat kecil

Faktor-faktor Risiko Bbunuh Diri

Menurut Nanda-l (2012) faktor-faktor risiko bunuh diri adalah:

a. Prilaku
Membeli senjata
Mengubah surat warisan
Memberikan harta milik/kepemilikan
Riwayat upaya bunuh diri sebelumnya
Implusf
Membuat surat warisan

5
Perubahan sikap yang nyata
Perubahan prilaku yang nyata
Perubahan performa/kinerja di sekolah secara nyata
Membeli obat dalam jumlah banyak
Pemulihan euforik yang tiba-tiba dari depresi
b. Demografik
Usia (mis, lansia, pria dewasa muda, remaja)
Peceraian
Jenis kelamin
Ras (mis, orang kulit putih,suku Asli-Amerika)
Janda/duda
c. Fisik
Nyeri kronk
Penyakit fisik
Penyakit terminal
d. Psikologis
Penganiayaan masa kanak-kanak
Riwayat bunuh diri dalam keluarga
Rasa bersalah
Remaja homoseksual
Gangguan psikiatrik
Penyakit psikiatrik
Penyalahgunaan zat
e. Situasional
Remaja yang tinggal di tatanan nontradisional (mis, penjara anak-anak,
penjara, rumah singgah, rumah grup/kelompok)
Ketidakstabilan ekonomi
Intitusinalisasi
Tinggal sendiri
Kehilangan onotomi
Kehilangan kebebasan
Ada senjata dalam rumah
Relokasi/pindah rumah
pensiun
f. Sosial
Bunuh diri missal/berkelompk
Gangguan kehidupan keluarga
Masalah disiplin
Berduka
Tidak berdaya
Putus asa
Masalah legal
Kesepian
Kehilangan hubungan yang penting

6
Sistem dukung yang buruk
Isolasi sosial
g. Verbal
Menyatakan keinginan untuk mati
Mengancam bunuh diri

6. Jenis bunuh diri

Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

a. Bunuh diri egoistik (faktor dalam diri seorang)


Individu tidak mampu berineraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
bekeprbadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa
mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri
dibandingkan mereka yang menikah.
b. Bunuh diri altruistik (terkait kehormatan seseorang)
Idividu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri
karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tesebut
sangat mengharapkan nya.
c. Bunuh diri anomik ( faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terdapat apabila gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang
biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak
memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan
terhadap kbutuhan-kebutuhannya.
2.5 Perilaku yang beresiko bunuh diri

FAKTOR RISIKO TINGGI RISIKO RENDAH


Umur > 45 th akhir balig 24-45 th/< 12 th
Jenis kelamin Pria Wanita
Status kawin Cerai, pisah, janda, duda Kawin
Hidup sosial Tersiolasi Aktif bermasyarakat
Keahlian Profesional, Dr,ahli Buruh
hukum,mahasiswa
Pekerjaan Pengagguran Bekerja
Kesehatan fisik Kronik/terminal Tak ada masalah medis
serupa
Kesehatn mental Depresi,dilusi,halusinasi Gangguan kepribadian
Obat dan alkohol Kecanduan Tidak pernah
Usahan bunuh diri Minimal 1x Tidak pernah

7
sebelumnya
Rencana Pasti/spefik Kabur (samar)
Cara Tembak, loncat, gantung diri Minum obat, racun

Tersedianya alat Selalu tersedia Tidak sedia

BAB III

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
(Kelliat,2006). Berdasarkan besarnya kemugkinan klien melakukan bunuh diri, kita
mengenal 3 macam perilaku bunuh diri, yaitu:
a. Isyarat bunuh diri

8
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh atau segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya. Dalam kondisi
ini klien mungkin sudah mempunyai ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi tidak
disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus asa atau tidak
berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diungkapkan oleh klien,berisi keinginan untuk
mati disertai oleh rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana trsebut. Secara aktiv klien telah memikirkan rencana bunuh
diri tetapi tidak disetai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini
klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan.
Kesmpatan sedikit saja dapat di manfaatkan klien untuk melaksankan rencana
bunuh dirinya.
c. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri,
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat tinggi.

Setelah melakukan pengkajian perawatdapat merumuskan diagnosa keperawatan


berdasarkan tingkat risiko dilakukan bunuh diri.

Format/data fokus pengkajian pada klien dengan Risiko Bunuh Diri ( keliat dan
Akemat, 2009

Pengkajian:
1. Keluhan utama
2. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan
3. Konsep diri
4. Alam perasaan
( ) sedih ( ) putus asa
( ) ketakutan ( ) Gembira berlebihan
(klien umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangat mendalami)
5. Interaksi selama wawancara
( ) Bermusuhan
( ) Defensif
( ) Mudah tersinggung

9
( ) Tidak koperativ
( ) Kontak mata kurang
( ) Curiga
( Klien biasanya menunjukkan kontak mata yang kurang )
6. Afek
( ) Datar
( ) Tumpul
( ) Labil
( ) Tidak sesuai
( Klien biasanya menunjukan afek yang datar atau tumpul )
7. Mekanisme koping maladaptiv
( ) Minum alkohol
( ) Reaksi lambat
( ) Menghindar
( ) Bekerja berlebihan
( ) Mencedarai diri
( ) Lainnya
( Klien biasanya menyelasaikan masalahnya dengan cara menghindar dan
mencendarai diri )
8. Masalah psikologi dan lingkungan
( ) Masalah dengan dukungan keluarga
( ) Masalah dengan perumahan

3.2 Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan ( pada


diri sendiri, orang lain,lingkungan
dan verbal )

Effect

Risiko Bunuh Diri

Care Problem

10
Harga Diri Rendah Kronik

Causa

3.3 Masalah Keperawatan


1) Risiko Perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain , lingkungan dan
verbal.
2) Risiko Bunuh Diri.
3) Harga Diri Rendah Kronik.
3.4 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang diangkat bedasarkan pohon masalah adalah :

1) Risiko Bunuh Diri.


2) Harga Diri Rendah Kronik
3) Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal.

3.5 Rencana Keperawatan Risiko Bunuh Diri

Nama Klien : Diagnosa Medis :


Ruangan : No. CM :
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi
Tgl Diagnosa Keperawatan Intervensi
1 Resiko 1. Klien 1. Menjawab 1. Kenalkan diri
Bunuh Diri dapat salam pada klien
membi 2. Kontak 2. Tanggapi
na mata pmbicaraan
hubung 3. Menerima klien dengan
an perawat sabar dan tidak
saling 4. Berjabat menyangkal
percaya tangan 3. Bicara tegas,
jelas, dan jujur
4. Bersifat hargai

11
dan bersahabat
5. Temani klien
saat keinginan
menciderai diri
meningkat
6. Jauhkan klien
dari benda-
benda yang
membahayakan
(seperti : pisau,
silet,
gunting,tali
kaca, dll)
2. Klien 1. Mencerita 1. Dengarkan
dapat kan keluhan yang
mengek penderitaa klien rasakan
spresik n secara 2. Bersikap empati
an terbuka untuk
perasaa dan meningkatkan
nnya konstrukti ungkapan
f dengan keraguan
orang lain 3. Beri dorongan
pada klien
untuk
mengungkapkan
mengapa dan
bagaimana
harapan
4. Beri klien
waktu dan
kesempatan
untuk
menceritakan
arti penderitaan

12
kematian dan
sekarat
5. Beri dorongan
pada klien
untuk
mengekspresika
n tentang
mengapa
harapan tidak
pasi dan dalam
hal-hal di mana
harapan
mempunyai
kegagalan
3. Klien 1. Mengenan 1. Bantu klien
dapat g dan untuk
mening meninjau memahami
katkan kembali bahwa ia dapat
harga kehidupan mengatasi
diri secara aspek-aspek
positif keputusan dan
2. Memperti memisahkan
mbangkan dari aspek
nilai- harapan
nilaidan 2. Kaji dan
arti kerahkan
kehidupan sumber-sumber
3. Mgekspre internal
sikan individu
perasaan- 3. Bantu klien
perasaan untuk
yang mengidentifikas
optimis i sumber-
tentang sumber harapan

13
yang ada 4. Bantu klien
mengembangka
n tujuan-tujuan
realistis jangka
panjang dan
jangka pendek
4. Klien 1. Mengeksp 1. Ajarkan klien
mengg resikan untuk
unakan perasaan mengantisipasi
dukung tentang pengalaman
an hubungan yang dia senang
social yang melakukan
positi setiap hari
dengan 2. Bantu klien
orang untuk
terdekat mengenali hal-
2. Mengeksp hal yang
resikan dicintai, yang ia
percaya sayang dan
diri pentingnya
dengan terhadap
hasil yang kehidupan
diinginkan orang lain
3. Mengeksp disamping
resikan tentang
percaya kegagalan
diri dalam
dengan kesehatan
diridan 3. Beri dorongan
orang lain pada klien
4. Menetapk untuk berbagi
an tujuan- keprihatinan
tujuan pada orang lain
yang yang

14
realistis mempunyai
masalah dan
penyakit yang
sama dan telah
mempunyai
pengalaman
positif dalam
mengatasi
tersebut dengan
koping yang
efektif
5. Klien 1. Sumber 1. Kaji dan
mengg tersedia kerahkan
unakan (keluarga, sumber-sumber
dukung lingkunga eksternal
an n, dan individu
sosial masyaraka 2. Kaji sistem
t) pendukung
2. Keyakinan keyakinan.
makin me Lakukan
ningkat rujukan selesai
indikasi
(misal :
konseling dan
pemuka agama).

15
Contoh Rencana Keperawatan Risiko Bunuh Diri

Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan

No Kien Keluarga
.
SPIP SPIK
1 Mengidentifikasi benda-benda yang Mendiskulikan masalah yang dirasakan
dapat membahayakan klien. keluarga dalam merawat klien.
2. Mengamankan benda-benda yang dapat Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
membahayakan klien. risiko bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh
3. Melakukan kontak treatment. diri yang dialami klien beserta proses
4. Menjarkan cara-cara mengendalikan terjadinya.
dorongan bunuh diri. Menjelaskan cara-cara merawat klien risiko
5. Melatih cara mengendalikan bunuh diri. bunuh diri.

SPIIP SPIIK
1. Mengidentifikasi aspek positif klien. Melatih keluarga memperaktikan cara
2. Mendorong klien untuk berfikir positif merawat klien dengan risiko bunuh diri.
tentang diri Melatih keluarga memperaktikan cara
3. Mendorong klien untuk menghargai diri merawat cara merawat langsung kepada
sebagai individu yang berharga klien risikobunuh diri.

SPIIIP SPIIIK
1. Mengidentifikasi pola koping yang Membantu keluarga membuat jadwal
biasa diterapkan klien. aktifitas dirumah termasuk minum obat.
2. Menilai pola koping yang biasa Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
3. dilakukan
Mengidentifikasikan pola koping yang
4. konstruktif.
Mendorong klien memilih pola koping
5. yang konstruktif.
Menganjurkan klien menerapkan pola
koping konstruktif alam kegiatan

16
harian.
SPIVP
1. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama klien
2. Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan klien untuk
melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis.
4. Menganjurkan klien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian

3.6 Implementasi dan Evaluasi

Contoh implementasi dan evaluasi risiko bunuh diri

Nama Klien : Diagnosa Medis :

Ruangan : No. CM :

Tgl No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Evaluasi


Diagnos Keperawata Keperawata Keperawatan
a n n
Senin 1 Risiko SP1P Melakukan SP1P risiko S:
, Bunuh Diri Risiko bunuh diri : Walaikumsalam
7 Bunuh Diri 1. Mengidentifikasi
Mei benda-benda yang Nama saya M,
2012 dapat baik pak, saya
membahayakan ingin bunuh diri
09.00 klien. pak, masih ingin,
2. Mengamankan 10 menit aja, ya
benda-benda yang di sini aja pak.
dapat periksa aja pak
membahayakan kalau ada barang-
klien. barang yang
3. Melakukan berbahaya.

17
kontrak treatment. Apabila nanti
4. Mengajarkan cara- kalau mau
cara muncul keinginan
mengendalikan saya bunuh diri
dorongan bunuh saya panggil
diri. bapak atau
5. Melatih cara perawat lainnya.
mengendalikan Bapak/suster
dorongan bunuh bantu saya,
diri. keinginan saya
bunuh diri
muncul lagi.
Ya, nanti saya
berteman supaya
ga sendiri.
Senang pak, jam
11.00, di sini aja
ya pak.

O:
Klien
mampu
menyebut
kan apa
yang dia
alami.
Klien
dapat
menyebut
kan cara
mengenda
likan
dorongan

18
bunuh
diri.
Klien
dapat
memprakti
kkan cara
mengenda
likan
bunuh
diri.
Klien
menerima
kehadiran
perawat.
Kontak
mata
tajam
Klien
koperatif
Tidak ada
barang-
barang
yang
berbahaya
dikamar
klien.
A:
SP1P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP2P
pada pertemuan
ke 2 pada hari

19
Senin, 7 Mei
2 Risiko SP2P 2012 pukul 11.00
Bunuh Diri Risiko Melakukan SP2P risiko di ruang
11.00 Bunuh Diri bunuh diri : perawatan klien.
1. Mengidentifikasi
aspek positif klien Klien :
2. Mendorong klien Memotivasi klien
untuk berfikir melatih cara
tentang diri mengendalikan
3. Mendorong klien dorongan bunuh
untuk menghargai diri.
diri sebagai
individu yang S:
berharga Wa alaikum
salam
Baik pak, udah
tidak ada lagi, 5
menit aja pak, di
sini saja.
Syukur punya
orang tua, istri
dan teman-teman
di rumah yang
baik, yang sedih
pasti istri saya.
Menolong
teman dan orang
lain, bekerja
menghasilkan
uang.
Saya puas
apabila saya dapat
uang yang banyak
dan

20
membahagiakan
istri saya pak.
Biasanya saya
melakukan
kegiatan menyapu
kamar.
Perasaan saya
senang pak.

O:
Klien
mampu
menyebut
kan hal
positif
yang
dimilikiny
a.
Klien
dapat
menyebut
kan hal
patut
disyukuri
dalam
hidupnya.
Klien
dapat
memprakti
kkan
kegiatan
yang biasa
dia

21
lakukan.
Klien
memprakt
ekan cara
menyapu.
Kontak
baik
Klien
koperatif

A: SP2P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP3P
pada pertemuan
ke-3 pada hari
Selasa 8 Mei
2012 pukul 08.00
diruang
perawatan klien.

Klien:
Memotivasi klien
untuk dapat
menghargai
dirinya.

22
Selas 3 Risiko SP3P Melakukan SP3P risiko S: wa alaikum salam.
a Bunuh Risiko bunuh diri: Baik pak, udah tidak ada
8 m3i Diri Bunuh Diri 1. Mengidentifikasi pola lagi, 5 menit aja pak,
2012 koping yang biasa disini saja.
diterapkan klien Pada saya stres pada saat
08.00 2. Menilai pola koping sendirian, menyelesaikan
yang biasa dilakukan masalah dengan orang
3. Mengidentifikasi pola nya langsung.
koping yang kontruktif Berdoa/solat, bercerita
4. Menganjurkan klien dengan teman dekat/orang
menerapkan pola koping tua keuntungannya bisa
kontruktif dalam membantu solusi buat
kegiatan harian masalah saya, membuat
5. Mendorong klien saya tenang, saya lebih
memilih pola koping memilih berdoa dan solat
yang kontruktif. saja dulu.
perasaan saya tenang
pak, solat dan berdoa.
O:
Kontak mata ada
Afek labil
Bicara cepat
Klien kooperatif
A:
Perawat:
Lanjutkan SP4P interaksi
ke-4 pukul 10.00 diruang
perawatan klien.
Klien:
Memotifasi klien latihan
berkenalan dengan
perawat dan klien lain
sesuai jadwal yang dibuat.
4

23
10.00 SP4P Melakukan SP4P risiko
Risiko Risiko bunuh diri: S: waalaikumsalam, Baik
Bunuh Bunuh Diri 1. Membuat rencana pak, 10 menit aja pak.
Diri masa depan yang Rencananya saya mau
realistis bersama pergi mencari uang, ikut
klien. kegiatan-kegiatan.
2. Mengidentifikasi Caranya saya harus
cara mencapai punya keahlian, dan harus
rencana masa depan pandai bergaul dengan
yang realistis. orang.
3. Memberi dorongan Saya akan melukis siapa
klien melakukan tau lukisan ini.
kegiatan dalam Masukan jadwalnya jam
rangka meraih masa 16.00 aja pak.
depan yang realistis. O:
4. Menganjurkan klien - Kontak amta baik
memasukan dalam - Klien kooperatif
jadwal harian klien - Bicara koheren
A: SP4P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan intervensi
perawatan klien oleh
keluarga, persiapan klien
pulang.

Klien:
Motivasi klien melatih
melukis untuk meraih
masa depan.

24
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

25
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profil Kesehatan Republik Indonesia.


Jakarta.
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan. Jakarta : Salemba Medika.

26

Anda mungkin juga menyukai