Presus Rizal DR Woro
Presus Rizal DR Woro
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
Fahrizal Kusuma Wijaya
20100310007
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : By. Ny. R
b. Tanggal lahir : 17 Maret 2017
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Nama Ibu : Ny. R
e. Umur : 38 tahun
f. Pekerjaan : IRT
g. Agama : Islam
h. Pendidikan terakhir : SMP
i. Suami : Tn. T
j. Umur : 45 tahun
k. Pekerjaan : Jualan
l. Agama : Islam
m. Pendidikan terakhir : SD
n. Alamat : Paten Gunung 5/9
o. Masuk RS : 17 Maret 2017
I. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dengan ibu bayi di bangsal Perinatalogi tanggal 20 Maret 2017 pukul
14.00 WIB)
1. Keluhan Utama : Bayi berat lahir rendah dan asfiksia ringan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi laki-laki lahir dari ibu 38 tahun, P3A0 usia kehamilan 37 minggu, persalinan
secara sectio sesaria atas indikasi Antepartum Haemoragic dan Preeklamsi Ringan.
Sesaat setelah lahir bayi meringis, warna merah jambu, tonus lemah. Skor APGAR
4/6/8, air ketuban jernih. Berat badan lahir 2147 gr, panjang badan 43 cm,
lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 31 cm, lingkar lengan atas kiri 8 cm. Terdapat
napas cuping hidung dan retraksi, tidak sesak, tidak sianosis. Mekonium (+),
miksi (-), diberi injeksi vit K 1x1 mg dan tetes mata gentamisin ODS. Kemudian
bayi dibawa ke ruang perinatalogi untuk dimonitor lebih lanjut.
Di ruang perinatalogi
Bayi laki-laki tampak kemerahan, menangis lemah, sikap telentang, semifleksi
ekstremitas, verniks kaseosa sedikit dilipatan-lipatan kulit, lanugo (+), ubun-ubun
datar, tidak tampak sekret mata, tidak sesak, tidak sianosis, napas cuping hidung
(+), terdapat retraksi, paru-paru vesikuler, tidak ada wheezing maupun ronkhi.
Suara jantung S1>S2 reguler tidak terdapat bising. Anus (+), genital laki-laki.
Tonus otot baik, BAK (+), BAB (+). Saturasi oksigen 100%, GDS 57, frekuensi
jantung 142x/menit, frekuensi napas 38x/menit, suhu aksila 35.9OC. Ballard score
sesuai dengan umur kehamilan 38 minggu.
Bayi didiagnosis N. Aterm sesuai masa kehamilan, Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), dan Asfiksia ringan. Dilakukan pemeriksaan darah rutin (hasil
terlampir) dan mendapat terapi Inf. D10% 80cc/kgBB/24jam, Inj. Cefotaxim
2x100 mg, Inj. Gentamisin 2x5mg, Inj. Ca. Gluconas 3x1mg serta oksigenasi
dengan nasal kanul 2 liter/menit
Hari kedua perawatan
Bayi bergerak aktif, tampak kemerahan, menangis lemah, tonus otos baik, tidak
terdapat napas cuping hidung, tidak retraksi dan tidak sesak. BAK dan BAB
normal. GDS 36 (jam 05.30), GDS 37 (jam 07.30), SpO2 93% frekuensi jantung
123x/menit. Terapi dan oksigenasi tetap dilanjutkan. Bayi diberi asupan enteral
ASI 12x5 mljam melalui pipa orogastric.
Hari kelima perawatan
Bayi bergerak aktif, tampak kemerahan, menangis kuat, tonus otos baik, tidak
terdapat napas cuping hidung, tidak retraksi dan tidak sesak. BAK dan BAB
normal. GDS 68, SpO2 93% frekuensi jantung 121x/menit. Menetek dan KMC
9. Anamnesis Sistem
a. Sistem serebrospinal : pasien sadar, demam (+), sakit kepala (-), gangguan
neurologis (-)
b. Sistem kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
c. Sistem respiratorius : sesak nafas (-), nafas cepat (-), batuk (-), pilek (-),
mimisan (-)
d. Sistem gastrointestinal : perdarahan gusi (-), mual (-), muntah (-), BAB (+)
normal
e. Sistem urogenital : BAK (+) normal, nyeri saat BAK (-)
f. Sistem integumentum : turgor kulit baik, luka (-), ptekie (-), purpura (-)
g. Sistem mukuloskeletal: gerakan bebas kekuatan dan sensibilitas normal, nyeri
sendi (-), bengkak pada sendi (-)
Simpulan : terdapat gangguan pada sistem serebrospinal
II. PEMERIKSAAN FISIK
(dilakukan pada tanggal 2 Maret 2017 pukul 16.30, perawatan hari pertama)
1. Pemeriksaan Umum
Superior Inferior
Trofi : eutrofi /
eutrofi
Basofil 0 0-1%
Limfosit 38 20-45%
Monosit 6 2-10%
MCH 25.3 23 31 pg
Silinder SILINDER
GRANULAR (+)
Lain-lain Negatif
Simpulan : peningkatan leukosit dan blood urin, bakteri dan silinder positif
VI. FOLLOW UP
Ku:Baik 3x359mg iv
Kesadaran:CM
-BLPL
Thorax:SDV+/+,ST-/-,
retraksi-/- -Cefixime 2x1 cc
Abdomen:BU(+)N,
supel, tympani
Eksr:Akral hangat +/+
Kepala:Ca-/-, Si -/-
A ISK
Dd Cystitis, ABU,
Pyelonefritis
P
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
ISK adalah keadaan adanya infeksi (pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri)
dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung
kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.
Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK
ataukontaminasi dari uretra, vagina ataupun dari flora di periuretral. Dalam
keadaan normal, urin baru dan segar adalah steril. Bakteriuria bermakna yaitu
bila ditemukan jumlah koloni > 105/ml spesies yang sama pada kultur urin dari
sampel mid-stream urine. Ini merupakangold standard untuk diagnostik ISK.
2. EPIDEMIOLOGI
ISK merupakan penyebab ke-2 morbiditas penyakit infeksi pada anak sesudah
infeksi saluran nafas. ISK terjadi pada 3-5% anak perempuan dan 1% dari anak laki-laki.
Pada anak perempuan, ISK pertama biasanya terjadi pada umur 5 tahun, dengan
puncaknya pada bayi dan anak-anak yang sedang toillete training. Setelah ISK pertama,
60%-80% anak perempuan akan mengembangkan ISK yang kedua dalam 18 bulan. Pada
anak laki-laki, ISK paling banyak terjadi selama tahun pertama kehidupan; ISK jauh
lebih sering terjadi pada anak laki-laki yang tidak disirkumsisi. Prevalensi ISK bervariasi
berdasarkan usia. Selama tahun pertama kehidupan, rasio penderita laki-laki: rasio
wanita adalah 2,8-5,4 : 1 atau laki-laki 3,7% dan perempuan 2%. Sedangkan dalam tahun
pertama sampai tahun kedua kehidupan, terjadi perubahan yang mencolok, dimana rasio
laki-laki: rasio perempuan adalah 1:10.
Pada anak-anak prasekolah usia, prevalensi anak perempuan dengan infeksi tanpa
gejala yang akhirnya didiagnosa oleh aspirasi suprapubik adalah 0,8% dibandingkan
dengan 0,2% pada anak laki-laki. Pada kelompok usia sekolah, angka insidensi
bakteriuria pada perempuan lebih banyak 30 kali dibandingkan pada anak laki-laki.
Remaja putri lebih cenderung memiliki vaginitis (35%) dibandingkan ISK (17%). Selain
itu, gadis remaja yang didiagnosis dengan sistitis sering memiliki vaginitis bersamaan
3. ETIOLOGI
4. KLASIFIKASI
- ISK Atas (upper UTI) merupakan ISK bagian atas terutama parenkim ginjal, lazimnya
disebut sebagai pielonefritis.
- ISK bawah (lower UTI): bila infeksi di vesika urinaria (sistitis) atau uretra. Batas
antara atas dan bawah adalah hubungan vesikoureter. Untuk membedakan ISK atas
dengan bawah.
- ISK simpleks: ISK sederhana (uncomplicated UTI), ada infeksi tetapi tanpa penyulit
(lesi) anatomik maupun fungsional saluran kemih.
- ISK kompleks: ISK dengan komplikasi (complicated UTI), adanya infeksi disertai lesi
anatomik ataupun fungsional, yang menyebabkan obstruksi mekanik maupun
fungsional saluran kemih, misalnya sumbatan muara uretra, refluks vesikoureter,
urolitiasis, parut ginjal, buli-buli neurogenik, dan sebagainya. Dalam kelompok ini
termasuk ISK pada neonatus dan sebagian besar kasus dengan pielonefritis akut.
5. PATOGENESIS
Patogenesis dari ISK ditentukan oleh mekanisme proteksi dan faktor predisposisi.
Mekanisme proteksi yaitu pengosongan vesika urinaria berkala dan pertahanan tubuh
penjamu. Faktor predisposisi termasuk pengosongan vesika urinaria yang tidak komplit
menyebabkan urin residu (contohnya neurogenic bladder dan refluks vesikoureter), terapi
antibiotik sebelumnya (yang mana dapat mengeradikasi bakteri komensal dan
menyebabkan bakteri yang virulen dapat menyerang), anak laki-laki yang tidak
disirkumsisi (disebabkan kolonisasi bakteri di foreskin), dan faktor virulensi uropatogen.
Parut ginjal atau refluks nefropati telah ditemukan pada 12-58% pasien yang diperiksa
setelah tahap awal ISK. Faktor risiko parut termasuk: uropati obstruktif,refluks
vesikouretra khususnya dengan refluks intra renal, ISK pada usia muda, diagnosis dan
terapi yang lambat, ISK rekuren
Anak dengan traktus urinarius yang abnormal lebih banyak menderita ISK yang
disebabkan organisme dengan virulensi lebih rendah seperti Pseudomonas atau
Staphylococcus aureus. Bakteri-bakteri ini merupakan flora yang sering mengkontaminasi
genital dan kulit.11
Anak yang terinfeksi bakteri Proteus memiliki risiko terbentuknya batu di saluran
urinarius. Ini terjadi karena bakteri memproduksi amoniak melalui metabolisme urea. Hal
ini meningkatkan pH urin, yang mana menyebabkan pembentukan presipitat garam
kalsium dan magnesium fosfat. Ini dapat muncul pada mukus dan debris sel yang
disebabkan proses inflamasi dan membuat lendir tebal yang mengisi saluran drainase lalu
presipitat kimia dapat membuatnya menjadi lebih padat. Pada sistem pelvikaliks dapat
menjadi stag-horn calculi, dan pada ureter menjadi bentuk seperti date stone.
Bakteri patogen asalnya dari flora usus (E.coli) pasien sendiri yang berkoloni di
area periuretra. Lalu naik ke vesika urinaria dan memulai proses proliferasi dan invasi
jaringan. Toksin bakteri menyebabkan kemotaksis dan mengaktivasi granulosit. Ini diikuti
pelepasan radikal bebas dan produk lisosomal yang mana menyebabkan kerusakan
jaringan dan kematian dan fibrosis lanjut dan scarring.
Makin muda usia anak maka manifestasi klinis makin tidak khas. Demam dapat
menjadi satu-satunya gejala ISK. Manifestasi klinis dari ISK pada anak terbagi atas dua
macam yaitu manifestasi klinis yang berasal dari traktur urinarius serta manifestasi klinis
sistemiknya.
Disuria
Hematuri
Scoatting
Demam
Muntah/ diare
Nyeri pinggang
2. Usia prasekolah dan sekolah gejala ISK umumnya terlokalisasi pada saluran kemih.
ISK Bawah (Lower UTI) :
Disuria
Polakisuria
Urgency.
ISK Atas (Upper UTI) :
Enuresis diurnal ataupun nocturnal terutama pada anak wanita
Sakit pinggang
Demam
Menggigil
Sakit pada daerah sudut kostovertebra.
7. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis pada ISK pada anak bisa berdasarkan gejala atau
temuan pada urine, atau bahkan keduanya, tetapi kultur urin sangat diperlukan untuk
konfirmasi dan pemberian terapi yang sesuai. Pemeriksaan fisik pada laki-laki,
diperhatikan ada tidaknya kelainan kongenital seperti hipospadia, fimosis atau sudah
disirkumsisi atau belum, pembesaran ginjal pada saat palpasi, nyeri ketok sudut
kostovertebra.
Kecurigaan yang tinggi harus dipikirkan pada anak demam, terutama ketika
demam yang tidak jelas berlangsung selama dua sampai tiga hari, ini bisa mengurangi
angka kejadian ISK yang tidak terdeteksi. Pedoman terbaru yang dikeluarkan oleh
American Academy of Pediatrics (AAP) untuk evaluasi demam (39,0 C [102,2 F]
atau lebih tinggi) yang tidak diketahui penyebabnya dianjurkan melakukan pemeriksaan
urinalisis dankultur urine untuk semua kasus pada semua anak laki-laki dengan usia
kurang dari enam bulan dan semua anak perempuan dengan usia kurang dari dua tahun.
Diagnosis ISK yang tepat tergantung pada pengambilan sampel urin yang tepat
Sebagian besar ISK disebabkan oleh organisme tunggal, kehadiran dua atau lebih
organisme biasanya menunjukkan adanya kontaminasi. Sebuah kultur urin tidak wajib
pada perempuan remaja, khususnya dengan episode pertama. Pada episode ISK berulang,
episode yang gagal terapi dan pada anak perempuan dengan pyuria tanpa bakteriuria,
pemeriksaan kultur urin dianjurkan.
Pemeriksaan Pencitraan
Tujuan dari studi pencitraan pada anak-anak dengan ISK adalah mengidentifikasi
kelainan anatomi yang mempengaruhi terhadap infeksi. Namun pemilihan pmeriksaan
dengan imaging yang sesuai untuk ISK pada anak masih merupakan kontroversi.
8. PENATALAKSANAAN
Ceftriaxone 50-75 mg/kg/d IV/IM sebagai dosis tunggal Tidak digunakan pada bayi < 6
atau dibagi setiap 12 jam. minggu; antibiotic parenteral
dengan waktu paruh panjang.
Cefotaxime 150 mg/kg/d IV/IM dibagi setiap 6-8 jam. Aman digunakan pada bayi < 6
minggu, digunakan dengan
ampisilin pada bayi usia 2 8
minggu.
Ampicillin 100 mg/kg/d IV/IM dibagi setiap 8 jam Digunakan bersama gentamisin
pada neonatus <2 minggu, untuk
kuman enterokokus dan pasien
yang alergi dengan sefalosporin.
Gentamicin Neonatus < 7 hari: 3.5-5 Monitor darah dan fungsi ginjal.
mg/kg/dosis IVsetiap 24 jam
Bayi dan anak < 5 tahun: 2.5
mg/kg/dosisIV setiap 8 jam atau dosis
tunggal dengan fungsi ginjal normal yaitu 5-
7.5 mg/kg/dosis IV setiap 24 jam
Sulfamethoxazole and trimethoprim 6-12 mg/kg TMP, 30-60 mg/kg SMZ, dibagi stiap
12 jam
*Nitrofurantoin dapat digunakan pada infeksi saluran saluran kemih bawah. Tapi, karena
daya penetrasi terhadap jaringan yang terbatas, nitrofurantoin tidak cocok digunakan untuk
pengobatan infeksi pada ginjal.
9. KOMPLIKASI
Reaksi alergi terhadap terapi antibiotik sering terjadi. Pada nak-anak dengan
pielonefritis dapat terjadi radang lobar dari ginjal (lobar atau nephronia fokal) atau abses
ginjal. Setiap peradangan pada parenkim ginjal dapat menyebabkan pembentukan parut.
Komplikasi jangka panjang pielonefritis adalah hipertensi, gangguan fungsi ginjal,
penyakit ginjal kronik dan komplikasi kehamilan (misalnya UTI, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan, neonatus berat lahir rendah), dehidrasi adalah
komplikasi yang paling umum dari ISK pada populasi anak-anak. Pengganti cairan
intravena diperlukan dalam kasus yang lebih parah.. Angka kesakitan terkait dengan
pielonefritis ditandai dengan gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, muntah dan
dehidrasi. Bakterimia dan sepsis dapat terjadi. Anak dengan pielonefritis dapat juga
terdapat sistitis. Kematian akibat ISK jarang terjadi pada anak sehat pada negara
berkembang.
Pendekatan diagnostik dan terapi lebih agresif yang digunakan pada masa bayi dan
anak usia dini selama dekade terakhir tampaknya memiliki penurunan risiko ISK
menyebabkan gagal ginjal kronis. Sebuah laporan di Inggris mencerminkan manajemen ISK
tahun 1960-an dan 1970-an, penyebab utama dari end stage renal failure adalah pielonefritis
dengan atau tanpa adanya refluks sebanyak 21% (60). Dalam studi Prancis dari tahun 1975
sampai 1990, pielonefritis dengan refluks merupakan penyebab 12% anak dengan Gagal
Ginjal Kronis. Untuk periode 1986 sampai 1995, hanya 1 dari 102 anak-anak yang
mencapai end stage renal failure di Kansas memiliki diagnosis utama ISK dengan refluks. Di
Swedia, dengan total populasi 8,5 juta, situasinya bahkan lebih baik dimana tidak seorang
pun anak dengan insufisiensi ginjal kronis, yang didefinisikan dengan GFR di bawah 30
mL/min/1.73 m2, karena ISK baru terdeteksi pada tahun 1986. Smellie dan kawan-
kawan. mempelajari suatu kelompok 226 orang dewasa setelah tindak lanjut dari 10 sampai
35 tahun yang lalu. Mereka awalnya dirujuk ke klinik ISK karena memiliki gejala ISK
selama masa kanak-kanak. Sebagian besar telah mengalami ISK yang berulang dan refluks
vesicoureteral. Dari 226 pasien, 85 orang memiliki temuan jaringan parut pada ginjal di hasil
pemeriksaan radiologis pada usia 10 tahun, dan tidak ada bekas luka yang terdeteksi
setelahnya. Di antara 72 orang dewasa dengan jaringan parut ginjal yang diperiksa
kembali pada usia rata-rata 27 tahun, 18 (25%) orang mengalami peningkatan nilai plasma
kreatinin; tiga dari mereka telah mencapai end stage renal failure.16
Hipertensi
Dalam studi di Australia dan Inggris, pengembangan hipertensi ditunjukkan pada 10% dari
anak-anak dan dewasa muda dengan pyelonephritic renal scarring (reflux
nephropathy).Risiko berhubungan dengan tingkat kerusakan; 15% sampai 30% anak dengan
hipertensi akibat jaringan parut bilateral dalam waktu 10 tahun. Dalam studi 27 tahun setelah
identifikasi jaringan parut ginjal nonobstructive focal, 30 orang dewasa diperiksa kembali ; 7
orang (23%) memiliki hipertensi > 140/90 mm Hg. Smellie dan kawan-kawan, pada follow
up jangka panjangmereka menunjukkan adanya 14 orang (19%) dari 72 orang yang dari hasil
pemeriksaan radiologisnya memiliki jaringan parut pada ginjal. Sehingga paling tidak dalam
perspektif 20 tahun dari masa kanak-kanak, perawatan yang baik mungkin efektif untuk
meminimalkan risiko jangka panjang.16
Komplikasi Kehamilan
Anak perempuan yang memiliki kecenderungan untuk ISK berulang sejak kecil maka
akan memiliki peningkatan risiko infeksi baru setelah dewasa khususnya selama
kehamilan.Perempuan dengan jaringan parut ginjal memiliki peningkatan
signifikan tekanan darah selama kehamilan. Pada wanita dengan refluks nefropati yang
parah sebagian besar memiliki gangguan selama masa kehamilan. Pasien wanita dengan
jaringan parut ginjal harus diikuti dengan hati-hati sampai dewasa dan saat melalui masa
reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA