Anda di halaman 1dari 15

http://engineering4read.blogspot.co.

id/2016/04/pembangkit-listrik-tenaga-
biogas-dari.html
Friday, April 15, 2016
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dari Kotoran Sapi
Berdasarkan informasi yang ada menyatakan bahwa persediaan bahan bakar
fosil di Indonesia pada umumnya semakin menipis. Fakta menunjukkan sejak
tahun 2004 Indonesia mengimpor minyak bumi karena cadangan minyak dalam
negeri tidak mencukupi lagi. Solusi bagi krisis energi listrik dan bahan baku fosil
seperti tersebut di atas adalah adanya sumber energi alternatif. Sumber energi
alternatif tersebut harus bisa menjadi bahan bakar substitusi yang ramah
lingkungan, efektif, efisien, dan dapat diakses oleh masyarakat luas. Selain itu,
sumber energi alternatif tersebut idealnya berasal dari sumber energi yang bisa
diperbarui. Disisi lain, Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian
dan peternakan menjadi komoditi utama. Disinilah terjadi korelasi yang sangat
erat, dimana posisi Indonesia sebagai negara agraris ternyata mampu menjadi
jalan keluar yang tepat bagi krisis energi yang sedang terjadi. Limbah organik
yang dihasilkan dari pertanian danmpeternakan ternyata dapat menghasilkan
sebuah bio energi baru yang dapat manggantikan posisi bahan bakar fosil yang
selama ini nyaris tidak tergantikan sebagai bahan bakar utama di pembangkit-
pembangkit listrik di Indonesia.

Energi biomassa dari kotoran hewan lebih dikenal sebagai energi biogas. Prinsip
kimia yang berhubungan dengan pembentukan biogas adalah prinsip terjadinya
fermentasi dari karbohidrat, lemak dan protein dan bakteri metan. Bila tidak
dicampur dengan udara, satu gram bahan selulosa menghasilkan 825 cm3 gas
bertekanan atmosferik yang terdiri dari 68 % CH4 dan 32 % CO2. Kotoran sapi
merupakan kotoran yang paling efisien digunakan sebagai penghasil biogas
karena setiap 10-20 kg kotoran perhari dapat menghasilkan 2 m3 biogas.
Dimana energi yang terkandung dalam 1 m3 biogas sebesar 2000-4000 kkal
atau dapat memenuhi kebutuhan memasak bagi satu keluarga (4-5 orang)
selama 3 jam [1].

Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah :


1. Daya listrik yang diinginkan berdasarkan komposisi kotoran sapi sebagai
sumber energi listrik.
2. Penentuan komponen yang digunakan sebagai pembangkit listrik dari biogas.
Biogas Sebagai Sumber Energi Alternatif
Biogas adalah gas yang dapat dihasilkan dari fermentasi faeces (kotoran) ternak
seperti sapi, kerbau, babi, kambing, dan lain-lain dalam suatu ruangan yang
disebut digester. Proses fermentasi ini dilakukan oleh bakteri anaerob, dengan
waktu fermentasi 7-10 hari. Kotoran dari 2 ekor ternak sapi atau 6 ekor ternak
babi dapat menghasilkan kurang lebih 2 m3 biogas per hari. Sebagai gambaran
1 m3 biogas dapat digunakan untuk menyalakan lampu 60 Watt selama 7 jam
[2]. Hal ini berarti 1 m3 biogas menghasilkan energi = 60 W x 7 jam = 420 Wh
= 0.42 kWh.
Komponen Kimia Utama pada Biogas
Komponen komponen kimia utama yang terkandung dalam 1m3 biogas adalah
sebagai berikut :

Tabel 2.1. Tabel Komponen Utama Biogas [3]

Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan
bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen
disebut anaerobik digestion gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % )
berupa metana. Material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan
diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama
material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan
bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat
hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau
senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa
yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa
sederhana. Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap
kedua dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan
bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina,
methano bacterium. Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan
karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil
diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan
(H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam
biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan
metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan
sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas
biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu :
Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2).

Instalasi Biogas
Instalasi biogas adalah tempat untuk menampung bahan baku biogas (kotoran
sapi) yang akan mengalami proses fermentasi dengan bantuan bakteri anaerob
untuk menghasilkan biogas. Instalasi biogas mempunyai 3 unit utama, yaitu :
1. Unit Fermentasi
2. Unit Pemurnian
3. Unit Penampungan
Unit fermentasi adalah tempat utama penghasil biogas dimana digester adalah
tempat terjadinya proses digestifikasi yaitu proses terbentuknya gas metana
dengan bantuan bakteri anaerob atau tanpa udara. Karena berdasarkan reaksi
kimia metana dengan oksigen akan menghasilkan ledakan dimana persamaan
kimianya adalah sebagai berikut : CH4 + 2O2 ---> CO2 + 2H2O.

Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu


molekul CO2 (Karbondioksida) dan dua molekul H2O (air). Jadi jika tanpa udara
akan menghasilkan gas CH4 dan CO2 yang volumenya lebih besar dari H2,
N2 dan asam sulfida. Proses fermentasi membutuhkan waktu 7 sampai 10 hari
untuk menghasilkan methan (CH4). Dimana rumus kimia pembentukan CH4
adalah sebagai berikut [8] :
CXHYOZ + (x y/4 - z/2)H2O ---> (x/2 - y/8 + z/4) CO2 + (x/2 + y/8 z/4)CH4.
Unit pemurnian adalah tower bentuk slinder yang memiliki saluran masuk air dan
gas serta saluran keluarnya. Cairan yang masuk disebut weak liqoon, cairan ini
didistribusikan lewat bagian atas.

Tempat yang diperlukan untuk penampungan kotoran ternak yaitu digester,


salah satu contohnya dalah tipe fixed dome plant. Fixed dome plant memiliki
bentuk separuh mangkuk dengan rangka berbentuk lingkaran. Dinding digester
tipe fixed dome plant dibuat dari batu bata yang dilapisi dengan adonan semen,
pasir dan kerikil (1:2:4) dengan ketebalan 1 cm. Kemudian dinding digester
dilapisi lagi dengan plesteran adonan semen dan pasir (1:4) dengan ketebalan 2
cm. Perlu diketahui bahwa batu bata yang dipergunakan mempunyai ukuran 23 x
11 x 5.5 cm. Sehingga dinding digester mempunyai ketebalan = 5.5 + 2 + 1 =
8.5 cm. Sebelum pembuatan instalasi biogas, maka harus ditentukan
kapsitas fixed dome plant yang akan dibuat. Perhitungan kapasitas alat
didasarkan pada jumlah ternak dan faeces yang dihasilkan dengan rumus
perhitungan [4] sebagai berikut :

Dimana ;
Vf = volume cairan (m3/d)
mo = massa kotoran (kg/d)
m = kepadatan bahan kering dalam cairan (50kg/m3)
Vd = Vf x tr , dimana ;
Vd = volume digester (m3)
tr = waktu pembentukan biogas

Gambar 2.1. Fixed Dome Plant [5]


Gambar 2.2. Skema Pemanfaatan Biogas dari Kotoran Sapi

Selain itu pembuatan instalasi biogas harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Digester yang akan dibangun harus terletak di tempat yang terkena sinar
matahari secara langsung.
2. Dekat dengan sumber bahan baku yaitu faeces, jadi sebaiknya dekat dengan
kandang ternak.
3. Dekat dengan sumber air dan persediaan yang cukup untuk bahan pengencer
kotoran ternak.
4. Harus ada pencampuran secara rutin, sehingga bakteri berinteraksi dengan
kotoran.
5. Instalasi biogas yang dibangun harus mempunyai keadaan optimum sebagai
berikut :
a. Tidak ada oksigen atau keadaan anaerobic.
b. Temperature 850F - 950F (290C - 350C)
c. pH 6.8 7.2
d. Tidak ada racun dalam kotoran.
6. Diusahakan lokasi instalasi biogas tidak terlalu jauh dengan letak boiler.
Langkah kerja pengoperasian instalasi biogas :
1. Masukkan starter berupa larutan dari lumpur kolam ikan, air comberan atau
cairan dari septik tank yang mengandung bakteri anaerob. Banyaknya sekitar 3-
5 ember.
2. Masukkan faeces ke dalam digester. Volume air yang masuk ke dalam digester
sekitar 3 ember setiap memasukkan 2 ember faeces atau dengan perbandingan
volume faeces : volume air = 2:3
3. Gas mulai terbentuk pada hari kesepuluh. Gas yang terbentuk pada hari ke-10
hingga hari ke-20 harus dibuang karena gas ini mengandung oksigen dari ruang
penampung gas. Campuran gas metan dan udara dalam kadar 5%-14% bila
dibakar akan meledak.
4. Sejak hari ke-21 gas yang dihasilkan sudah dapat digunakan.
Kegiatan harian yang perlu dilakukan setelah biogas terbentuk :
1. Penambahan Umpan Kotoran.
Kotoran sapi yang akan dimasukkan dengan perbandingan volume air : kotoran
= 3:2
2. Perawatan saluran pengeluaran
Perlu diadakan pembersihan secara teratur.
3. Mencegah masuknya air hujan
Pada saluran pemasukan atau pengeluaran diberi tutup, akan tetapi bak digester
harus terbuka dan terkena sinar matahari, maka tidak perlu diberi tutup.
Instalasi biogas harus tidak mengandung udara yang dapat menganggu proses
fermentasi, berikut ini adalah cara kerja instalasi biogas supaya tidak ada udara
yang masuk :
1. Pada tahap awal digester diisi dengan kotoran sapi sampai batas yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1 (garis putus-putus). Hal ini dimaksudkan supaya
tidak ada udara yang masuk ke dalam digester, karena udara yang akan masuk
terhalang kotoran.
2. Selama proses pembuatan biogas, perlu adanya pengadukan kotoran. Supaya
tidak timbul kerak dalam digester, juga supaya terjadi pencampuran sempurna
kotoran dengan air.
3. Setelah 7 sampai 10 hari, biogas terbentuk namun masih ada gas
karbondioksidanya. Gas CO2 ini berada pada permukaan kotoran. Kotoran tidak
akan bisa naik sampai ke tempat biogas, karena ditekan oleh biogas. Sehingga
kotoran yang sudah tidak mengandung biogas akan terdorong keluar bersama
dengan karbondioksida tersebut. Kurang tidaknya bahan baku pembentuk biogas
dapat diketahui dengan posisi air dalam manometer. Apabila air berada diantara
20-40 berarti bahan baku cukup.
Namun apabila air disatu sisi menunjukkan angka 80, sedangkan di sisi lain
menunjukkan angka 10 berarti biogas yang ada di digester kurang sehingga
berarti bahan baku yaitu kotoran sapi kurang. Pada Gambar 2.2 di atas dapat
dilihat Skema Pemanfaatan Biogas dari Kotoran Sapi. Baik penggunaan untuk
keperluan rumah tangga, pertanian maupun sebagai sumber energi listrik.

Aspek Ekonomi Pembangkit Biogas


Aspek ekonomi dari pembangkit yang akan dibahas terdiri dari:
1. Biaya modal (capital cost)
2. Biaya bahan bakar
3. Biaya operasi dan perawatan (O&M cost)
4. Biaya pembangkitan total
5. Harga jual
6. Pendapatan per tahun

Lokasi untuk mengumpulkan data direncanakan bertempat di area peternakan


sapi Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Berikut data
sementara jumlah sapi yang berhasil dikumpul :

Tabel 3.1 Populasi Sapi di Kelurahan Kebon Pedes

Kelompok peternak Kebon Pedes ini dari waktu ke waktu mengalami


perkembangan yang signifikan. Saat awal berdiri ternak yang dimiliki hanya 8
ekor, dan dalam perkembangannya mampu memiliki anggota 25 orang dengan
jumlah sapi saat ini 325 ekor. Maka apabila diasumsikan tiap ekor sapi
menghasilkan 25 kg kotoran per hari, maka sapi-sapi yang dikelola oleh peternak
ini dapat menghasilkan : 325 x 25 = 8125 kg/hari.
Umumnya jenis sapi yang diternakkan yaitu sapi perah peranakan Fries Holland
(PFH). Dimana rata-rata bobot seekor sapi adalah 450 kg. Jumlah sapi yang
dimiliki tiap peternak rata-rata 11 ekor. Jadi, apabila penelitian fokus kepada satu
peternak, maka kotoran sapi yang dihasilkan adalah :
11 x 25 = 275 kg/hari/peternak.
Lama peternak dalam menjalankan usaha ternak sapi perah berkisar 18 tahun.
Sebagian besar peternak telah menjalankan usaha ternak sapi perah lebih dari
14 tahun. Semakin lama peternak dalam menjalankan usaha ternaknya, semakin
banyak pula pengalaman yang diperoleh sebagai modal mengembangkan
kreatifitas usaha maupun produksi. Begitupula usaha ternak sapi perah di Kebon
Pedes merupakan mata pencaharian pokok. Alasannya karena sifat produksi sapi
perah yang tidak bersifat musiman tetapi kontinyu sehingga dapat memberikan
jaminan pendapatan yang berkesinambungan bagi peternak.

Gambar 3.1 Perternakan Sapi Perah di Kebon Pedes

Gambar 3.2 Kotoran Sapi Perah


Berikut ini akan dijelaskan proses pembangkitan energi listrik dari sebuah
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas mulai dari proses pengolahan kotoran sapi
menjadi biogas yang disebut dengan Anaerobic Digestion, hingga proses
perubahan biogas menjadi energi listrik yang siap digunakan oleh para
penduduk. Berikut diagram alir (flowchart) proses-proses tersebut :

Gambar 4.1 Flowchart Biogas Power Plant

Dari diagram alir di atas, dapat dijelaskan bahwa bahan-bahan organik dalam
dalam hal ini kotoran sapi yang ditambahkan dengan air akan menjadi bahan
baku utama proses anaerobik (tanpa udara). Proses tersebut akan menghasilkan
gas methan (CH4) dan zat sisa. Zat sisa proses anerobik dapat digunakan
sebagai pupuk urea, sedangkan gas methan itulah yang disebut sebagai biogas.
Biogas tersebut kemudian digunakan sebagai bahan bakar sebuah generator set
(Genset) biogas yang terdiri dari sebuah mesin gas sebagai motor penggerak
sebuah generator. Mesin gas tersebut menggunakan oksigen (dari udara bebas)
dan biogas sebagai bahan bakar proses pembakaran, dan menghasilkan
karbondioksida dan uap air sebagai zat hasil pembakaran. Energi listrik yang
dihasilkan oleh generator dapat segera digunakan oleh penduduk. Selain itu,
biogas juga dapat digunakan untuk memasak dan lampu petromaks.

Diketahui bahwa seekor sapi dengan bobot 450 kg dapat menghasilkan limbah
berupa feses dan urine lebih kurang 25 kg per hari. Dan untuk mengetahui
proses konversi kotoran sapi menjadi biogas dapat dilihat dari tabel berikut yang
didapatkan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan Litbang
Pertanian, Departemen Pertanian [6].

Tabel 4.1 Kandungan Bahan Kering dan Volume Gas yang Dihasilkan Tiap Jenis
Kotoran
Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah potensi biogas yang dapat dihasilkan
oleh limbah kotoran sapi yang berada di kandang peternak melalui perhitungan
sebagai berikut :
a. Jumlah sapi di peternakan yang berjumlah 11 ekor, dimana tiap ekor
menghasilkan 25 kg per hari. Maka, produksi kotoran sapi per hari 11 x 25 = 275
kg / hari
b. Kandungan bahan kering-BK untuk kotoran sapi adalah 20 %, maka
kandungan bahan kering total adalah : 275 x 0.20 = 55 kg.BK
c. Sehingga, potensi biogas dari kotoran sapi adalah sebesar : 55 x 0.04 =
2.2 m3 / hari.

Berdasarkan sumber Departemen Pertanian, untuk mengetahui konversi biogas


menjadi energi lain, dapat dilihat pada tabel berikut [1] :

Tabel 4.2 Konversi Biogas dan Penggunaannya


Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah potensi biogas yang dapat dihasilkan
oleh limbah kotoran sapi yang berada di kandang peternak melalui perhitungan
sebagai berikut :
a. Jumlah sapi di peternakan yang berjumlah 11 ekor, dimana tiap ekor
menghasilkan 25 kg per hari. Maka, produksi kotoran sapi per hari 11 x 25 = 275
kg / hari
b. Kandungan bahan kering-BK untuk kotoran sapi adalah 20 %, maka
kandungan bahan kering total adalah : 275 x 0.20 = 55 kg.BK
c. Sehingga, potensi biogas dari kotoran sapi adalah sebesar : 55 x 0.04 = 2.2
m3 / hari.

Berdasarkan sumber Departemen Pertanian, untuk mengetahui konversi biogas


menjadi energi lain, dapat dilihat pada tabel berikut [1] :

Tabel 4.2 Konversi Biogas dan Penggunaannya

Dengan demikian potensi energi listrik yang dihasilkan dari limbah kotoran sapi
yang ada di tempat satu peternak yang memiliki 11 ekor sapi adalah : 2.2
m3/hari x 4.7 kWh = 10.34 kWh / hari dengan daya keluaran = 10.34 / 24 = 0.43
kW.
Dengan kapasitas 10.34 kWh / hari maka biogas dari kotoran sapi dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan milik satu peternak 11 ekor sapi
perah di Kelurahan Kebon Pedes. Generator biogas yang akan digunakan adalah
generator yang dijual di pasaran dengan daya keluaran 1.2 kW sesuai dengan
potensi biogas di sana yang bisa mencapai 10.34 kWh / hari atau 0.43 kiloWatt
per jamnya. Dimana harga generator ini adalah : Rp 5,700,000,-
Gambar 4.2 Generator Biogas (courtesy to bhinneka.com)

Adapun spesifikasi dari generator biogas tersebut adalah :

Tabel 4.3 Spesifikasi Generator Biogas yang Direncanakan

Dengan asumsi generator biogas akan dioperasikan selama 16 jam sehari, maka
energi keluaran dari pembangkit listrik tenaga biogas ini adalah :
= Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 16 hours
= 0.43 kW x 0.8 x 1 hours
= 5.504 kWh/hari
= 5504 Wh/hari

Dan dengan kapasitas daya keluaran adalah :


= Output Generator (kW) / faktor daya
= 0.43 / 0.8
= 0.53 kVA
= 530 VA (cukup untuk pasokan beban 1 rumah sebesar 220 VA)
Adapun biogas yang dibutuhkan untuk menyalakan genset selama 16 jam
berdasarkan minimal konsumsi biogas yang tertera pada spesifikasi genset
(1.46m3/hour) adalah 16hours x 1.46m3/hour = 23.36m3

Sementara itu biogas yang dihasilkan 11 ekor sapi adalah 2.2m3 dalam 24 jam.
Jadi proses pembentukan biogas untuk menghasilkan sumber penggerak
generator minimal 23.36m3 pemakaian 16 jam diperlukan waktu selama :
23.36m3 : 2.2m3= 10.6 hari.
Lamanya genset beroperasi untuk volume biogas 22.2m3 dapat ditentukan
dengan perhitungan sebagai berikut = Produksi Biogas / Biogas untuk Genset
2.2m3 : 1.46m3/hour = 1.5 hours.

Jadi pemakaian genset biogas tidak langsung dilakukan untuk distribusi listrik
selama 16 jam sebelum 16 hari proses terbentuknya biogas yang mencukupi
untuk menyalakan genset. Dan juga diperlukan tempat penampung biogas
setidaknya berkapasitas 24m3, sementara yang ada di pasaran pada umumnya
diperdagangkan tiap unitnya berkapasitas 2m3, jadi diperlukan tempat
penampung biogas sebanyak : 24m3 / 2m3 = 12 unit.

Berdasarkan sumber PLN harga tarif dasar listrik per kWh adalah sebesar Rp
750,00. Jika menggunakan sumber listrik sendiri dari pembangkit listrik tenaga
biogas, maka biaya yang dihemat per hari adalah : (0.43 kW x 0.8 x 16 hours) x
Rp 750,00 = Rp 4128,00.

Tabel 5.1. Data Perbandingan Berdasarkan Jumlah Sapi dan Lama Pemakaian
Genset Biogas
Berdasarkan Tabel 5.1 sebagai data perbandingan antara jumlah sapi perah dan
lamanya genset yang beroperasi menunjukkan bahwa semakin banyak sapi
perah maka semakin banyak pula volume gas methana sebagai biogas yang
dihasilkan hingga mencapai 24 m3, sehingga mempengaruhi terhadap kualitas
dan efesiensi pemakaian genset sebagai penggerak listrik tenaga biogas dimana
untuk jumlah sapi perah 120 ekor memberikan daya besar (75.20kWh/hari),
listrik mampu menyuplai beban hingga 20 jam, proses pembentukan biogas
hanya memakan waktu 1.22 hari, keuntungan brutto per tahun pun menjanjikan,
namun memerlukan fasilitas penampung biogas yang lebih banyak hingga 15
unit. Berbeda dengan sapi perah yang hanya berjumlah 11 ekor mempengaruhi
keterbatasan pemakaian listrik. Pembentukan biogas memakan waktu 1 hari
apabila akan dipakai listrik selama 1.5 jam. Sedangkan waktu yang dibutuhkan
untuk membentuk biogas pada pemakaian listrik selama 16 jam memerlukan
proses selama 10.62 hari dan penggunaan penampung biogas lebih banyak
hingga 12 unit daripada pemakaian listrik selama 1.5 jam yang hanya
menggunakan 1 unit penampung biogas.

sumber :
[1] Suriawiria, Menuai Biogas dari Limbah, 2005.
[2] W.Kanok-Nukulchai and L. Robles-Austriaco. Ferrocement Biogas
Digester. International Ferrocement Information Center, 1978.p.iv
[3] Ir.Widarto.L dan Fx. Sudarto.C.Ph. Membuat biogas. Penerbit Kanisius,
1997.p.10.
[4] John Twidell and Tony Weir. Renewable Energy Resources. E&F.N Spoon
An Imprint of Chapman and Hall, 1986.p.306.
[5] Farry B.Paimin. Alat Pembuat Biogas dari Batu Bata. Penebar
Swadaya,1997.p.34.
[6] Teguh Wikan Widodo, Ana N, A.Asari dan Elita R, Pemanfaatan Limbah
Industri Pertanian Untuk Energi Biogas, 2009, Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian
[7]
Link : http://www.bhinneka.com/products/sku00712065/greenpower_4_stroke_bio
gas_
genset__cc1500-mg_.aspx
[8] John Twidell and Tony Weir. Renewable Energy Resources. E & F.N Spoon
An Imprint of Chapman and Hall, 1986.p.304

Anda mungkin juga menyukai