Anda di halaman 1dari 14

Presentasi berjudul: "PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN.

MALARIA Malaria:
disebabkan oleh parasit Plasmodium sp. dan ditularkan oleh vektor nyamuk
Anopheles sp Malaria sangat sulit." Transcript presentasi:

1 PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

2 MALARIA

3 Malaria: disebabkan oleh parasit Plasmodium sp. dan ditularkan oleh vektor
nyamuk Anopheles sp Malaria sangat sulit dicegah atau dimusnahkan dari bumi ini,
selama vektor perantaranya, yaitu nyamuk Anopheles masih hidup.

4 Negara yang merupakan daerah endemis Malaria:

5 Malaria, The Facts Malaria sudah ada sejak 5000 tahun yang lalu 2700 SM di
Tiongkok ditemukan penderita demam berkala yang gejalanya seperti demam
malaria Malaria endemis di 106 negara 54% dari negara di dunia. Lebih dari 3,3
milyar orang beresiko tertular Malaria hampir separuh dari manusia di dunia Ada
lebih dari 250 juta kasus Malaria setiap tahun, dan 1 juta orang di antaranya
meninggal dunia. Setiap 45 detik, satu orang anak meninggal akibat Malaria.

6 Siklus Transmisi Penyakit Malaria

7 Perkembangbiakan Plasmodium sp di Tubuh Manusia

8 Gejala Malaria Gejala Klasik Malaria

9 VEKTOR: ANOPHELES SP

10 Anopheles sp Sekitar 380 spesies Anopheles terdapat di seluruh dunia 60


spesies diantaranya berperan sebagai vektor Malaria, 24 spesies terdapat di
Indonesia. Anopheles sp aktif antara waktu terbit matahari hingga terbenam
matahari (sebagian besar aktif pada malam hari) Setiap spesies memiliki jam
menggigit (biting hours) yang spesifik, dan bervariasi antara menggigit di dalam
(endofagik) atau di luar rumah (eksofagik). Setelah menggigit manusia di dalam
rumah, Anopheles sp akan beristirahat beberapa jam di dalam rumah (endofilik)
Setelah beristirahat Anopheles sp akan kembali ke tempat beristirahat (resting site),
seperti dahan pohon, di bawah jembatan, lorong-lorong gelap. Bersifat Antrofofilik
(menggigit manusia), walaupun terdapat beberapa spesies yang zoofilik (menggigit
hewan)

11 Siklus Hidup Anopheles sp. Sangat penting untuk mengetahui siklus hidup dan
habitat dari larva nyamuk, karena metode terbaik untuk mengontrol nyamuk adalah
dengan mengontrol larva yang lebih mudah ditemukan.

12 Telur Telur diletakkan sejajar permukaan air, butir. Bentuk seperti perahu dan
mengambang 2-3 hari kemudian akan menetas menjadi larva Larva Permukaan air
Larva mengambang horizontal di bawah permukaan air Surface feeder partikel
organik kecil Pergerakan sangat aktif Alat pernafasan hingga ke ujung ekor 4-6 hari
kemudian menjadi pupa

13 Pupa Bentuk seperti koma, kepala bulat dengan bagian perut kecil Resting
phase (fase istirahat) Tidak makan dan tidak aktif Bertahan 1-2 hari Anopheles
dewasa Saat istirahat, membentuk sudut 45 derajat terhadap permukaan Tidak
bersuara saat terbang Hanya betina yang menghisap darah manusia untuk
mematangkan telur Jarak terbang : 0,75-1,5km Indoor resting habit

14 Tempat Perindukan Anopheles sp Anopheles sp menyukai air tergenang yang


bersifat asam, pinggir sungai yang berawa-rawa, kubangan air, sawah, danau, kebun
buah dan sayur, permukaan sumur

15 Endemisitas Malaria Di Kota Batam

16 The icon : Barelang Bridge Batam : Endemis Malaria Kecamatan Galang


Kecamatan Nongsa, Batu Besar Kecamatan Belakang Padang

17 Sesuai dengan Keputusan Menkes No. 293 Tahun 2009 tentang Eliminasi
Malaria

18 Target Nasional Eliminasi Malaria 1. Pada tahun 2010 seluruh sarana pelayanan
kesehatan mampu melakukan pemeriksaan parasit malaria (semua penderita
malaria klinis diperiksa sediaan darahnya/ konfirmasi laboratorium). 2. Pada tahun
2020 seluruh wilayah Indonesia sudah memasuki tahap pra-eliminasi. 3. Pada tahun
2030 seluruh wilayah Indonesia sudah mencapai eliminasi malaria. Indikator
Keberhasilan Tidak ditemukan lagi kasus penularan setempat (indigenous) selama 3
(tiga) tahun berturut-turut + surveilans yang baik.
19 Kondisi Endemisitas Malaria di Batam Prevalensi kejadian Malaria di Kota Batam
1,1% Tiap 100 orang penduduk terdapat 1 orang terjangkit Malaria. Daerah
Endemis : Galang ( jiwa), Nongsa ( jiwa), Belakang Padang ( jiwa) Hingga 2014
Malaria masih belum dapat diatasi. Target pada Tahun 2014 Annual Parasite
Incidence (API) Malaria <1 (sudah tercapai) Annual Parasite Incidence (API)
adalah angka kesakitan per 1000 penduduk beresiko dalam satu tahun jumlah
sediaan positif dalam satu tahun di satu wilayah dibandingkan dengan jumlah
penduduk beresiko pada tahun yang sama, dan dinyatakan dalam (permil).

20 Faktor yang Mempengaruhi Endemisitas Malaria di Batam HostAgen


Lingkungan

21 Host (Penjamu) Manusia merupakan host intermediate dari Plasmodium sp.


Faktor yang mempengaruhi penularan malaria, antara lain : Cara hidup masyarakat
yang tidur tidak memakai kelambu, tidak menggunakan obat anti nyamuk dan
senang berada di luar rumah pada malam hari. Ahmad Hidayat, penelitian di Nongsa
dan Galang, 2010: Resiko tertular Malaria 2,3 kali lebih besar pada mereka yang
tidur tidak menggunakan kelambu Resiko tertular Malaria 2,6 kali lebih besar pada
mereka yang beraktivitas di luar rumah.

22 Host (Penjamu) Keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat : kondisi


perumahan, pakaian yang layak, dan pendidikan. Sebagian besar penduduk
bermukim mengikuti garis pantai, dan bekerja sebagai nelayan. (Shinta, dkk, 2010)
Kebiasaan kumpul-kumpul di malam hari untuk bersosialisasi juga berpengaruh
pada penularan Malaria di Nongsa dan Galang. (Susanna, 2005)

23 Agen: Vektor Malaria di Batam Penelitian oleh Shinta, dkk. Badan Litbangkes,
Kementerian Kesehatan, 2010 di Kec. Belakang Padang: Spesies : An. letifer
(berupa larva saja) dan An. Sundaicus. Habitat alami : rawa-rawa yang ditumbuhi
pohon bakau di bagian tepinya, parit dan kubangan, dengan karakteristik perairan;
pH: 5-7,5, suhu: 28-33C An. sundaicus aktif menggigit sepanjang malam di dalam
(endofagik) dan di luar rumah (eksofagik) dengan puncak aktifitas pada pukul

24 Lingkungan : Tempat Perindukan yang Sesuai Ahmad Hidayat, 2010 : Tempat


perindukan Anopheles sp di Kec. Galang dan Nongsa antara lain kubangan air
bekas galian pasir, danau, selokan yang tidak mengalir, kolam yang tidak terawat.
Shinta, dkk. Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan, 2010 : Habitat alami
Anopheles sp di Kec. Belakang Padang yaitu rawa- rawa yang ditumbuhi pohon
bakau di bagian tepinya, parit dan kubangan, dengan karakteristik perairan; pH: 5-
7,5, suhu: 28-33C Bapedalda Kota Batam, 2013 : Di Kec. Nongsa dan Galang,
habitat nyamuk Anopheles sp tambang pasir yang meninggalkan kubangan, yang
kemudian menjadi sarang nyamuk.

25 Parit dan Kubangan, tempat perindukan Anopheles sp di Kec. Belakang Padang


Rawa bakau, tempat perindukan Anopheles sp di Kec. Belakang Padang

26 Kondisi lingkungan di Kec. Belakang Padang

27 Bekas Galian Pasir di Pulau Galang dan Nongsa sebagai tempat perindukan
Anopheles sp.

28 PENCEGAHAN MALARIA No disease has ever been eradicated by treatment,


only by prevention- Dr. George Dudney

29 STRATEGI PENCEGAHAN MALARIA Mencegah Perindukan Anopheles sp


Mengontrol Vektor Membasmi larva Melindungi dari gigitan nyamuk Penanganan
awal pada penderita Membunuh Std. aseksual Plasmodium sp Vaksinasi?

30 Mencegah Tempat Perindukan Batam, mulai tahun 2012 tambang pasir ilegal
ditertibkan di Nongsa dan Galang dan bekas galian pasir dijadikan danau buatan
sebagai tempat wisata. Stadium telur, larva, pupa perlu air, maka cara terbaik
mengontrol vektor dengan membuang air tergenang sebagai tempat perindukan
nyamuk.

31 Biocontrol: menggunakan predator alami untuk mengontrol populasi nyamuk. -


Ikan pemakan larva nyamuk mosquitofish (Gambusia affinis)

32 Biocontrol Eksperimental: SIT SIT Sterile Insect Technique (sejak 1950)


Dilakukan radiasi sinar gamma pada stadium pupa dan dewasa jantan, sehingga
akan berkembang nyamuk Anopheles sp jantan yang steril Kelemahan: survival rate
nyamuk dewasa jantan yang steril hanya <6%

33 Membasmi Larva Nyamuk Membasmi larva nyamuk lebih mudah karena mudah
ditemukan. Agen larvasida alami yang digunakan : Bacillus thuringiensis (Bt)
menghasilkan endotoxin yang merusak sistem pencernaan larva. Bt hanya akan
membasmi larva, karena pada saat stadium ini sangat aktif mencerna makanan. Bt
yang digunakan adalah Israelensis strains dengan nama dagang Vectobac, Mosquito
Dunks,Gnatrol, Bactimos. Kelemahan : Bt tidak tahan dengan sinar matahari.

34 Cara Penggunaan Bacillus thuringiensis Israelensis strains sebagai Larvasida

35 Bagaimana Nyamuk Memilih Mangsanya? Nyamuk tertarik dengan bau-bauan


yang dikeluarkan oleh manusia, terutama oleh CO2 yang dikeluarkan dan keringat,
maka kebersihan diri harus dijaga. Nyamuk mencari mangsa selain dengan indra
penciuman, juga dengan penglihatan (lebih menyukai manusia dengan pakaian yang
berbeda). Nyamuk menyukai suasana yang gelap, maka pastikan pencahayaan
baik di dalam ruangan atau kamar

36 Melindungi Dari Gigitan Nyamuk Memakai kelambu yang berinsektisida


penelitian di Afrika Selatan, Journal of Infectious Diseases, : - nyamuk Anopheles sp
mengubah jam menggigit dari pukul ke pukul An.funestus yang mulanya menyerang
di dalam rumah pada saat malam, kini menggigit lebih sering di luar tempat tinggal.
Penyebaran kelambu dengan insektisida mengakibatkan nyamuk beradaptasi

37 Vaksin anti Malaria [RTS-S/AS01]), masih dalam tahap pengembangan 1984


penelitian tentang vaksin terhadap parasit Plasmodium sp dimulai 2012 Fase 3
percobaan vaksin RTS-S dimulai 2013 RTS-S mengurangi angka kejadian malaria
hingga 50% pada anak-anak dan 25% pada balita GlaxoSmithKline mendaftarkan
lisensi vaksin RTS-S dengan nama Mosquirix ke European Medicines Agency
2015 Vaksin anti Malaria direncanakan untuk direkomendasikan penggunaannya
oleh WHO

38 KESIMPULAN Endemisitas malaria bergantung pada 3 faktor: host (manusia),


agen (nyamuk Anopheles sp), dan lingkungan. Cara terbaik untuk mengontrol
penyebaran malaria adalah dengan membasmi larva nyamuk Anopheles sp.
Peranan stake holder dan dinas terkait sangat diperlukan, terutama untuk informasi
dan edukasi. Nyamuk Anopheles sp dapat beradaptasi dengan perubahan
lingkungan baik yang perubahan alamiah maupun akibat intervensi manusia.
Sedang dikembangkan suatu vaksin anti Malaria dengan nama Mosquirix .

39 PENYEBARAN PENYAKIT DBD DAN CHIKUNGUNYA, SERTA


PENGENDALIANNYA
40 DBD ( DEMAM BERDARAH DENGUE ) Penyakit DBD adalah penyakit infeksi
virus akut yang disebabkan oleh virus Dengue Terdapat 4 jenis virus dengue yang
diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah yaitu DEN-1, DEN- 2, DEN-
3, dan DEN-4 Melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti
betina dan Aedes albopictus Masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari

41 JUMLAH DAN PENYEBARAN Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)


memperkirakan setiap tahunnya terdapat juta kasus infeksi virus dengue di seluruh
dunia. Banyak di temukan di daerah tropis yang curah hujannya cukup tinggi Salah
satu epidemi demam berdarah yang paling pertama terjadi di daerah Asia Tenggara
Belum adanya vaksin atau obat antivirus bagi virus dengue membuat demam
berdarah menjadi salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian sangat serius
secara global

42 PENYEBARAN DI INDONESIA Di Indonesia, penyebaran DBD pertama kali


terdata pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta (WHO, 2010). Pada tahun 2007,
dilaporkan terdapat kasus demam dengue atau 71,4 kasus per populasi. Kasus ini
tersebar di seluruh 33 propinsi di Indonesia; di 357 dari total 480 kabupaten Dari
total kasus di atas, kasus DBD berjumlah , dengan jumlah kematian mencapai 267
jiwa. Pada tahun 2001, distribusi usia penderita terbanyak adalah di atas 15 tahun
(54,5%), sedangkan balita (1-5 tahun) 14,7%, dan anak-anak (6-12 tahun) 30,8%
(DepKes RI, 2008).

44 TEORI SIMPUL Simpul I Virus Dengue Simpul II Nyamuk Aedes Simpul III
Biomarker : Darah Simpul IV Meninggal Sembuh

45 Simpul 1 (sumber penyakit) Sumber penyakit DBD adalah virus dengue


(serotype :1-4), termasuk dalam group Barthropod borne virus (arbovirus). Ke empat
serotype ini telah ditemukan di seluruh Indonesia Simpul 2 (Lingkungan) Tempat
perkembangbiakan nyamuk di tempat dengan genangan air bersih yang mungkin
tersebar di dalam dan di luar pekarangan rumah/bangunan. Bionomik nyamuk yang
sudah berubah, serta kondisi sanitasi lingkungan yang tidak baik, akan sangat
menunjang penyebaran penyakit tersebut

46 Simpul 3 Bio marker ( Manusia ) Darah orang yang sedang demam akut
(viremia) setelah melalui fase intrinsik selama 8 sampai 10 hari, kondisi ini sangat
berpotensi menularkan penyakit DBD oleh nyamuk Aedes Aegypti Setelah itu masa
ingkubasi di dalamtubuh manusia sekitar hari (rata-rata 4-6 hari). Kondisi ini
diperparah lagi dengan prilaku masyarakat kota besar dimana urbanisasi dan
mobilisasi sangat tinggi serta perumahan padat yang tidak tertata akan
memperparah sebaran dari penyakit tersebut Sumber : Buletin Info Kesehatan
Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008

47 Simpul 4 (Sakit/Sehat) Tatalaksana kasus. Pengobatan DBD (demam dengue)


adalah secara simtomatis dan suportif lainnya, pasien cenderung diberikan istirahat
yang cukup serta perlindungan agar tidak terkontak oleh nyamuk Aedesaegypti yang
mungkin akan menyebarkan pada orang lain. Simpul 4 akan membahas akhir dari
perjalanan penyakit pada tubuh pasien dimana dapat mencakup 2 kemungkinan
yaitu : - Sembuh - Meninggal

48 2. Penyakit Chikungunya Penyebab Virus Chik (Famili Togaviridae, Genus


Alphavirus) Virus ini dapat menyerang manusia dan hewan. Vektor penular
Nyamuk Aedes aegypti, Aedes africanus, Aedes albopictus Chikungunya Sering
pula disebut demam tulang atau flu tulang. Timbulnya gejala demam, diikuti dengan
timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu dan sakit pada tulang. Menyerang segala usia dan
penderita akan mengalami demam tinggi selama 5 hari.

49 Sering menimbulkan gejala yang berbeda : - Pada anak anak Demam, timbul
ruam-ruam merah pada kulit, kejang. - Remaja Rasa sakit pada sendi dan otot,
pembesaran kelenjar getah bening - Dewasa neri sendi dan otot, kelumpuhan
sementara, mual dan muntah.

50 Teori Simpul timbulnya demam Chikungunya : Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3


Simpul 4 Virus Chik pada Aedes aegypti Biomarker: sehat/sakit Penderita Demam
sebagai vektor Darah Chikungunya penderita Chikungunya

51 Angka insidensi Demam Chikungunya di Indonesia masih terbatas : Pertama


kali dilaporkan di Samarinda tahun 1973 Kuala Tungkal, Jambi tahun 1980
Martapura, Ternate, Yogyakarta 1983 Laporan KLB Demam Chikungunya di Muara
Enim, Sumatera Selatan dan Aceh, dilanjutkan di Bogor, Bekasi, Purworejo, Klaten
pada tahun Pada tahun 2002 terjadi KLB di Semarang, 120 org terjangkir Demam
Chikungunya.

52 Nyamuk Aedes aegypti Berwarna hitam dengan bintik-bintik putih di badannya


dan pada kakinya warna putih melingkar. Ukuran 3-4 mm. Nyamuk jantan tidak
menggigit manusia. Nyamuk betina menghisap darah untuk membantu pematangan
telur. Breeding Place (Tempat Perindukan) 1. Tempat penampungan air untuk
perlakuan sehari-hari seperti drum, tempayan, tangki reservoir, bak mandi, ember, dll
2. Tempat penampungan bukan perlakuan sehari-hari seperti tempat minuman
burung, vas bunga, barang- barang bekas (ban, kaleng, botol, dll).

53 Resting Place (Tempat istirahat) Tempat gelap, lembab, dan sedikit angin.
Hinggap di dalam rumah dan benda-benda bergantungan seperti pakaian.
Kebiasaan menggigit (Feeding Habit) Antrofilik (menyukai darah manusia).
Nyamuk aedes menggigit pada pagi dan petang ( dan ). Jarak terbang ( Flight Habit)
Dapat terbang rata-rata meter.

56 Upaya Pengendalian Nyamuk Aedes aegpty a. Pemberantasan Larva (Jentik)


Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) - Cara Kimia : Dengan cara Abatisasi. Dosis
yang digunakan 1 ppm atau 10 gram untuk 100 liter air. Yang biasa digunakan
adalah termephos - Cara Biologi : Predator alami memelihara ikan pemakan jentik
( ikan kepala timah, ikan nila merah, ikan gufi dan ikan lega). - Cara Fisik : 3M + 1T
(mengubur, menguras, menutup, dan telungkup).

57 b. Pemberantasan Nyamuk Dewasa - Pengasapan (fogging) dengan insektisida.


Menggunakan mesin fog atau mesin Ultra Low Volume (ULV).

58 Nyamuk Aedes albopictus Nyamuk Aedes Albopictus (Stegomyia albopicta),


sejenis nyamuk keluarga (Culicidae), bercirikan kaki belang hitam putih, dan badan
kecil berbelang hitam putih. Panjang Nyamuk Aedes albopictus adalah sekitar 2
sampai 10 mm Nyamuk jantan secara kasarnya 20% lebih kecil berbanding nyamuk
betina, tetapi secara morfologi serupa.

59 FILARIASIS

60 defenisi Filariasis Golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk

62 FILARIASIS Filariasis (penyakit kaki gajah) : penyakit kronis yang ditularkan


melalui gigitan nyamuk Merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan
oleh cacing filaria. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat
pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan
dan alat kelamin baik perempuan maupun laki- laki.
64 ETIOLOGI FILARIASIS di indonesia Spesies penyebab filariasis Wuchereria
bancrofti Brugia malayi Brugia timori

66 Penyebaran filariasis Berdasarkan berbagai data yg ada, penyebaran filariasis


di Indonesia sangat luas, terutama yg disebabkan oleh Brugia malayi. Prevalensi
terlihat lebih tinggi didaerah yg kurang berkembang. Brugia malayi yang terdapat
didaerah yang sangat maju/berkembang telah mulai hilang. Sebaliknya Brugia
timori hanya terdapat di pulau- pulau di Nusa Tenggara Timur saja dan tidak
ditemukan di pulau-pulau didekatnya. Di NTB hanya ditemukan W. Bancrofti saja,
padahal infeksi ganda antara B.Timori dan W.bancrofti sering dijumpai didaerah
endemik B.timori.

67 VEKTOR FILARIASIS

68 ciri dan prilaku vektor Waktu aktif menghisap darah berbeda Anopheles dan
Culex malam hari Aedes siang hari Anopheles bila siap menggigit
langsung keluar rumah Pada umumnya nyamuk yg menghisap darah adalah
nyamuk betina. Sesuai Buku Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Depkes
RI (2001), bahwa nyamuk yang aktif menghisap darah pada malam hari umumnya
mempunyai dua puncak aktivitas sebelum tengah malam dan menjelang pagi
hari. Namun keadaan ini dapat berubah oleh pengaruh suhu dan kelembaban udara
(Rosa,2009).

69 Ukuran sedang,tubuh berwarna hitam kecoklatan.Tubuh dan tungkainya


ditutupi sisik dgn garis-garis putih keperakan.dibagian punggung tampak dua garis
melengkung vertikal dibagian kiri dan kanan yg menjadi ciri spesies ini.sisik- sisik pd
tubuh mdh rontok sehingga sulit identifikasi pd nyamuk tua. Hidup didalam dan
sekitar rumah Lebih suka darah manusia dari darah hewan. Menghisap darah
jam WIB dan sorehari jam WIB. Nyamuk Aedes aegypty

70 Morfologi = A. Aegypti Perbedaan terletak pd garis putih yg terdapat pd


scutumnya.scutum A.albopictus berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal
dibagian dorsalnya. Nyamuk betina aktif diluar ruangan yg teduh dan terhindar dari
angin. Aktif menggigit siang hari. Puncak aktivitas menggigit bervariasi
tergantung habitat nyamuk,meskipun diketahui pd pagi dan sore hari. Nyamuk aedes
albopictus
71 Cirinya hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut, Warna ada
yg hitam,ada pula yg kakinya bercak- bercak putih. Waktu gigit malam hari
Aktivitas menggigit didalam rumah meningkat pada jam kemudian turun dan
meningkat lg jam dan WIB Aktivitas menggigit diluar rumah meningkat jam WIB
dan kemudian turun dan meningkat lagi jam dini hari. Nyamuk anopheles

72 Memiliki tubuh berwarna kecoklatan,probosis warna gelap,kebanyakan dgn


sisik berwarna lebih pucat pd bagian bawah,scutum warna kecoklatan dan terdapat
warna emas dan keperakan disekitar sisiknya.sayap warna gelap,kaki belakang
warnanya lebih pucat,seluruh kaki warna gelap kecuali persendian. Hidup didalam
dan luar ruangan,plg sering ditemukan didalam rumah dan nyamuk betina yg aktif
malam hari. Lebih suka menggigit manusia setelah matahari terbenam. Nyamuk
culex quinquefasciat us

73 Siklus hidup nyamuk Metamorfosis sempurna Telur larva 1-2 hari pd suhu
20-40C Larva pupa 4-9 hari Pupa dewasa 2-3 hari Telur s.d dewasa 7-14 hari
TELURLARVAPUPA NYAMUK DEWASA

74 Perindukan vektor Nyamuk biasanya meletakkan telur ditempat yg berair, kalo


ditempat kering telur akan rusak dan mati. Nyamuk Aedes meletakkan telur
menempel pada yg terapung diatas air atau menempel pada permukaan benda yg
merupakan tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya. Nyamuk
Anopheles meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan
tetapi saling lepas,telur anopheles mempunyai alat pengapung. Nyamuk Culex
meletakan telur pada permukaan air secara bergerombolan dan bersatu berbentuk
rakit sehingga mampu utk mengapung, sedangkan jentiknya menggantung di air.

76 Daerah endemik filariasis Daerah dataran rendah terutama daerah pedesaan,


pantai, pedalaman, persawahan, rawa-rawa dan daerah hutan. Biasanya daerah
endemik B.malayi adalah daerah dengan hutan rawa (swampy forest), sepanjang
sungai besar atau badan air yang lain. Sedangkan daerah endemik W.bancrofti
perkotaan adalah daerah perkotaan yang kumuh, padat penduduknya dan banyak
genangan air kotor sebagai habitat dari vektor parasit tersebut, yaitu
Cx.quinquefasciatus.

78 prevALENSI FILARIASIS Di Indonesia kurang lebih 10 juta orang terinfeksi


oleh filariasis sedangkan kurang lebih 150 juta orang hidup didaerah endemik
(population at risk) Filariasis menyebar hampir diseluruh wilayah Indonesia. Dari
tahun ke tahun jumlah Provinsi yang melaporkan kasus Filariasis terus bertambah,
bahkan dibeberapa daerah mempunyai tingkat endemisitas yang cukup tinggi.
Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak
filariasis adalah Nanggroe Aceh Darussalam (2.359 orang),Nusa tenggara timur
(1.730orang) dan Papua (1.158 orang) dan 3 provinsi dengan kasus filariasis
terendah adalah Bali (18 orang), Maluku utara (27orang) dan Sulawesi (30 orang).

79 Grafik filariasis th

80 Aceh no.1 filariasis pada tahun 2009

81 Endemis filariasis di aceh Menurut Dinas Kesehatan NAD (2007), jumlah kasus
filariasis di NAD tertinggi pada tahun 2000 sebanyak 822 kasus, sedangkan pada
tahun 2006 sebanyak 476 kasus. Dua tahun tersebut merupakan tahun terbanyak
kasus filariasis. Ini artinya filariasis merupakan ancaman sepanjang tahun ke depan
jika upaya pencegahan tidak dilakukan.

82 KAB.ACEH UTARA Prevalensi mikrofilaria (Mf) rate filariasis secara umum di


Kab.Aceh Utara cukup tinggi,angka ini jauh diatas angka Survei Darah Jari (SDJ) yg
telah dilakukan oleh DEPKES tahun 1999 dengan rata-rata Mf rate 3,2% (Ditjen
PPM & PL, 2002) Paling banyak ditemukan di Gampong Penayan Kecamatan
Nisam Aceh Utara, jumlah kasus klinis sangat tinggi yaitu kasus, akan tetapi Mf rate
(hasil pemeriksaan pada satu waktu tertentu) hanya 7,9 hal ini dapat terjadi
karena jumlah kasus merupakan akumulasi jumlah kasus klinis dalam waktu lama.
(http://www.acehutara.go.id/berita-endemic-filariasis-di-aceh-
utara.html).http://www.acehutara.go.id/berita-endemic-filariasis-di-aceh- utara.html
Dengan Mf rate yang tinggi, terdapat faktor resiko (seperti kepadatan vektor penular,
faktor lingkungan, perubahan iklim, faktor perilaku, pekerjaan yang berisiko
mengalami multi gigitan vektor penular),dan tanpa upaya intervensi pengendalian
maka kasus klinis pada daerah tersebut kemungkinan akan terus bertambah.

83 Kab. Pidie Daerah endemis filariasis di Kec. Peukan Baro Desa Lueng, Kec.
Pidie Desa Teubeng Meucat dan Kec. simpang Tiga Desa Mesjid gigieng.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan larva filaria dalam tubuh nyamuk dengan
angka infeksi (infection rate) sebesar 0,91%. Berdasarkan hasil identifikasi, nyamuk
tersebut adalah spesies Culex quinquefasciatus. Hasil penangkapan juga ditemukan
lima jenis nyamuk lain yang pernah dilaporkan sebagai vektor alami filariasis yaitu
Culex annulirostris, Aedes aegypti, Anopheles subpictus, anophecles barbirostris,
dan Anopheles vagus, (Fauziah,et al,2007) Larva yang ditemukan larva
Wuchereria bancrofti Culex

84 Usaha preventif di kab.pidie Mei 2011 di Pidie Aceh dilaksanakan Edukasi dan
Sosialisasi dalam rangka Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis.
18 juli 2011 di Kab.Pidie resmi dimulai minum obat massal untuk pencegahan
filariasis. (http://p2pdinkespidie.wordpress.com)http://p2pdinkespidie.wordpress.com

85 Mikrofilaria Rate di aceh Di Provinsi NAD, terutama di Kab. Aceh Utara, dari
hasil survei di kecamatan yg dilakukan oleh dinas kesehatan kab. Aceh Utara yaitu
Kecamatan Langkahan: di desa Simpang Tiga dengan Mf rate 10,6%. Juga di Kec.
Sawang: di Desa Kuta Meuligo dengan Mf rate 8%, serta Kec.Nisam: di Desa
Peunayan, Seunebok, jeuleukat, Alue Sijengkai dan Paloh Mambu dengan MF rate
10,4% (Dinkes Kabupaten Aceh Utara, 2006). Angka ini jauh diatas angka Survei
Darah Jari (SDJ) DEPKES tahun 1999 dgn rata-rata Mf rate 3,2%

86 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FILARIASIS DI ACEH Analisa


Penelitian berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan bahwa
persentase penderita kaki gajah terbesar berada di provinsi NAD. Dari data 599
rumah tangga sebagai unit sampling,terdapat 75 rumah tangga yang anggota
keluarganya menderita filariasis dan 524 yang anggota keluarganya tidak menderita
penyakit kaki gajah. (windhy, Statistic FMIPA ITS,2010) Kesimpulan dari analisa
yang dilakukan adalah berupa karakteristik rumah tangga Provinsi NAD berdasarkan
faktor-faktor penyebab resiko penyakit kaki gajah.

87 faktor yang mempengaruhi rumah tangga untuk terserang filariasis Klasifikasi


tempat tinggal rumah tanggaJarak ke sarana pelayanan kesehatanKepemilikan
hewan ternakKemudahan memperoleh airPenggunaan kelambu saat tidur malam
hari

88 Aceh, negeri seribu warung kopi Antropolog,Teuku Kemal Fasya (Maret, 2011)
Kebiasaan minum kopi dan duduk di warung kopi sudah lama ada di kalangan
masyarakat aceh. Sehabis shalat shubuh hingga malam hari kita bisa menemui
orang dari berbagai kalangan berada di warung kopi. Jam buka warung kopi yang
semula tak sampai 24 jam kini muncul warkop yang buka 24 jam RESIKO DIGIGIT
NYAMUK MALAM HARI ????
89 TRANSMISI FILariasis (ditjen ppm&pl,2002) MANUSIA Manusia digigit oleh
vektor berisi microfilaria infektif MIKROFILARIA Larva infektif keluar dari probosis
melalui luka gigitan menuju sistem limfatik FILARIASIS Timbul gejala-gejala penyakit
kaki gajah

90 Transmisi filariasis Apabila mikrofilaria terlalu banyak terhisap nyamuk vektor


akan mati, sebaliknya apabila mikrofilaria yang terhisap terlalu sedikit transmisi
menjadi kecil. Saat nyamuk menggigit manusia larva infektif akan keluar dari
proboscis nyamuk dan menuju ke system limfe. Untuk B. Malayi dan Brugia timori
dalam kurun waktu lebih 3,5 bulan larva infektif menjadi dewasa, sedangkan
untuk W. Brancropti lebih kurang 9 bulan. Seseorang dapat terinfeksi filariasis
apabila mendapat gigitan dari vektor ribuan kali beda dgn malaria dan DBD

92 Pencegahan dan penanggulangan filariasis 1994 WHO menyatakan bahwa


penyakit kaki gajah dapat di eliminasi 1997 WHA (the World Health Assembly)
membuat resolusi tentang eliminasi penyakit kaki gajah 2000 WHO menetapkan
Komitmen Global untuk mengeliminasi penyakit kaki gajah menuju Indonesia bebas
Filariasis tahun Indonesia mencanangkan gerakan eliminasi penyakit kaki gajah
disingkat ELKAGA (Depkes RI,2002). Eliminasi bertujuan untuk menurunkan
prevalensi Microfilaria (Mf) hingga dibawah 1 persen, sehingga filariasis tidak lagi
merupakan masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI,2005).

93 Pencegahan filariasis Pencegahan Primer Tujuannya adalah untuk


mengadakan intervensi sebelum terjadinya perubahan patologis pada host. Usaha
yang dapat dilakukan adalah dengan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan
dan pendidikan kesehatan tentang filariasis, dan menciptakan lingkungan yang tidak
memungkinkan vektor filariasis untuk berkembang biak.

94 Pencegahan sekunder Tujuannya adalah untuk menyembuhkan atau


menghentikan proses penyakit, mencegah penyebaran penularan penyakit,
mencegah komplikasi dan gejala sisa serta memperpendek masa disabilitas.
Usaha yang dilakukan adalah diagnosis dini, yaitu pemeriksaan mikroskopis darah,
pengobatan segera, yaitu dengan konsumsi obat DEC. Dan untuk usaha disability
limitation (pembatasan kecacatan) diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10
hari sebagai pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian
organ tubuh yang bengkak.
95 Pencegahan tersier Tujuannya adalah untuk mengembalikan individu tersebut
sehingga dapat hidup berguna di masyarakat dengan keadaan terbatas. Usaha
yang dapat dilakukan adalah menyediakan sarana-sarana untuk pelatihan dan
pendidikan di rumah sakit dan di tempat-tempat umum.

96 Program elkaga Usaha pemerintah Indonesia dalam menangani kasus filariasis


terlihat dalam program eliminasi kaki gajah atau yang dikenal dengan ELKAGA :
Sosialisasi Program Filariasis Tingkat Puskesmas dengan Meningkatkan
Pengetahuan kepala desa untuk kegiatan pemberian pengobatan massal dan
Mensosialisasikan tentang penyakit kaki gajah(Filariasis) kepada masyarakat.
Pelatihan Kadar Pembantu Pengobatan / Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE).
Pemberian Obat Massal Pencegahan filariasis (POMP filariasis).

98 KESIMPULAN Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) adalah golongan penyakit


menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis
nyamuk. Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah filariasis tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia pada tahun 2020.sedangkan
tujuan khusus program adalah menurunkan angka mikrofilaria (Mf) menjadi kurang
dari satu persen disetiap kabupaten/kota, mencegah dan membatasi kecacatan
karena filariasis

Anda mungkin juga menyukai