KWASHIOKOR
KWASHIOKOR
KWASHIOKOR
(KWASHIORKOR)
Pendahuluan
Malnutrisi dapat akibat dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup atau
dapat akibat dari penyerapan makanan yang tidak cukup. Penyediaan makanan yang tidak cukup,
kebiasaan diet jelek, mengikuti mode makanan, dan faktor-faktor emosi dapat membatasi
masukan. Kelainan metabolik tertentu dapat juga menyebabkan malnutrisi. Kebutuhan nutrient
pokok dapat bertambah selama stress dan sakit serta selama pemberian antibiotic atau obat-obat
katabolic atau anabolic.
Pada Malnutrisi protein ditemukan berbagai macam keadaan patologis, tergantung pada
berat ringannya kelainan. Berdasarkan lama dan jumlah kekurangan energy protein, Malnutrisi
protein diklasifikasikan menjadi Malnutrisi protein derajat ringan (gizi kurang) dan Malnutrisi
protein derajat berat (gizi buruk). Gizi kurang belum menunjukkan gejala yang khas, belum ada
kelainan biokimia, hanya dijumpai gangguan pertumbuhan. Pada gizi buruk disamping gejala
klinis didapatkan kelainan biokimia yang khas sesuai dengan bentuk klinis.
Kata kwashiorkor berasal dari sebuah dialek Afrika di Gold Coast yang berarti penyakit
pada anak yang dicampakkan saat anak berikutnya lahir. Awitan kwashiorkor cenderung
muncul pada anak pada fase penyapihan. Didaerah tempat kwashiorkor endemik, makanan
pokok sering sering berupa karbohidrat yang kandungan dan kualitas proteinnya rendah (mis;
nasi putih, ketela).
Gambaran utama pada malnutrisi protein relatif adalah edema yang lunak, pitting dan
tidak nyeri, biasanya dikaki dan tungkai bawah tetapi juga dapat meluas kewajah dan ekstremitas
atau pada kasus yang parah.
Anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap
kesehatan dan gizi. Kekurangan energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi angka kecukupan gizi.
Orang yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya
nampak kurus. Namun gejala klinis KEP berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu marasmus, kwashiorkor, atau marasmus-kwashiorkor.
Definisi
Kwashiorkor adalah malnutrisi edematosa dengan berat badan 60-80% median umur.
Pada kwashiorkor, sintesis protein hepar tertekan pada stadium awal. Adaptasi terhadap
malnutrisi buruk, dan penyakit yang mengancam jiwa timbul meskipun terdapat beberapa
cadangan energy dan otot skelet. Kekurangan protein dalam diet tampaknya merupakn faktor
yang berperan, paling tidak untuk beberapa kasus.
Etiologi
Kwashiorkor disebabkan oleh insufisiensi asupan protein yang bernilai biologis adekuat,
dan sering berkaitan dengan defisiensi asupan energi.
Manifestasi Klinis
Edema, jika ditekan melekuk, tidak sakit, dan lunak, biasanya terjadi dikaki. Edema dapat
meluas sampai kedaerah perineum, ekstremitas atas, dan muka. Pada edema tidak jarang timbul
lesi kulit. Eritema yang timbul didaerah edema biasanya berkilap, ada bagian yang kering,
hyperkeratosis dan hiperpigmentasi yang cenderung menyatu. Epidermis mengelupas sehingga
jaringan dibawah kulit mudah terinfeksi.
Jaringan lemak bawah kulit masih cukup baik, namun jaringan otot tampak mengecil.
Kekurangan berat, setelah dikurangi dengan berat cairan edema, biasanya tidak separah
marasmus. Tinggi badan dapat normal, dapat juga tidak, bergantung pada kemenahun penyakit
yang tengah berlangsung, disamping riwayat gizi di masa lalu.
Rambut kering, rapuh, tidak berkilap, dan mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit.
Rambut yang sebelumnya berombak berubah menjadi lurus, sementara pigmen rambut berganti
warna menjadi cokelat, merah, atau bahkan putih kekuningan. Keberselangan antara asupan
protein yang buruk dan (agak) baik membentuk porsi depigmentasi dan gambaran normal pada
satu helai rambut sehingga memberi gambaran seperti bendera. Penderita tampak pucat, tungkai
berwarna kebiruan, dan teraba dingin. Ekspresi wajah tampak seperti susah dan sedih, disamping
apatis dan iritatif (cengeng).
Ketiadaan nafsu makan, muntah segera setelah makan, serta diare, kerap terjadi. Kondisi ini akan
membaik manakala keadaan gizi terkoreksi, dan dilakukan pengobatan saluran gastrointestinal
secara spesifik.
Perut tampak menonjol karena penegangan lambung dan usus yang terpuntir. Hati membesar
dengan sudut tumpul dan teraba lunak, disebabkan oleh infiltrasi lemak. Peristaltic tidak teratur
dan frekuensi rendah. Tonus dan kekuatan otot sangat berkurang. Selain itu, takikardia tidak
jarang terjadi, sementara hipotermia dan hipoglikemia dapat terjadi tidak lama sesudah puasa.
Terapi
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali
tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral
dengan memberi minum anak 50 ml (3 sdm) setiap 30 menit dengan sendok.
Cairan rehidrasi oral khusus untuk MEP disebut Resomal.
Jika tidak ada resomal untuk anak dengan MEP/gizi buruk dapat menggunakan
oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukanlah rehidrasi
intravena (infuse) cairan RL/Glukosa 5% dan NaCl dengan perbandingan 1:1
4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit :
Kelebihan natrium (Na) tubuh walaupun kadar Na plasma rendah
Defisiensi Kalium dan Magnesium