Anda di halaman 1dari 3

Dalam persalinan

o Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan bersalin per
vaginam, namun dengan pengawasan yang baik serta bekerjasama dengan ahli
penyakit dalam.

Membuat daftar his : daftar nadi, pernapasan, tekanan darah yang diawasi dan
dicatat setiap 15 menit dalam kala I dan setiap 10 menit dalam kala II. Bila ada
tanda-tanda payah jantung (dekompensasi kordis) diobati dengan digitalis.
Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambahkan sampai dosis 1,2-1,6 mg
intravena secara perlahan-lahan. Jika perlu, suntikan dapat diulang 1-2 kali dalam
dua jam. Di kamar diuretikum.

Kala II yaitu kala yang kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah
jantung, persalinan dapat ditunggu, diawasi, dan ditolong secara spontan. Dalam 20-
30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstraksi vakum
atau forseps. Kalau dijumpai disproporsi sefalopelvik, maka dilakukan seksio
sesarea dengan local anastesi/lumbal/kaudal di bawah pengawasan beberapa ahli
multidisiplin.

Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat analgesic seperti petidin dan
lain-lain. Jangan diberikan barbiturate (luminal) atau morfin bila ditaksir bayi akan
lahir dalam beberapa jam.

Kala II biasanya berjalan seperti biasa. Pemberian ergometrin dengan hati-hati,


biasanya sintometrin intramuskuler adalah aman.

Dalam pasca persalinan dan nifas

o Setelah bayi lahir, penderita dapat tiba-tiba jatuh kolaps, yang disebabkan darah
tiba-tiba membanjiri tubuh ibu sehingga kerja jantung menjadi sangat bertambah.
Hal ini harus diawasi dan dipahami oleh penolong. Selain itu, perdarahan
merupakan komplikasi yang cukup berbahaya.

Karena itu penderita harus tetap diawasi dan dirawat sekurang-kurangnya 2 minggu
setelah bersalin.

Penanganan secara umum


o Penderita kelas III dan IV tidak boleh hamil karena kehamilan sangat
membahayakan jiwanya.

Bila hamil, sedini mungkin abortus buatan medikalis hendaknya dipertimbangkan


untuk dikerjakan.

Pada kasus tertentu sangat dianjurkan untuk tidak hamil lagi dengan melakukan
tubektomi, setelah penderita afebris, tidak anemis, dan sedikit keluhan.

Bila tidak mau sterilisasi, dianjurkan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi yang baik
adalah IUD (AKDR).

Masa laktasi

o Laktasi diperbolehkan pada wanita dengan penyakit jantung kelas I dan II, yang
sanggup melakukan kerja fisik.

Laktasi dilarang pada wanita dengan penyakit jantung kelas III dan IV

Faktor Predisposisi

Penyakit Jantung Reumatik

Sebagian besar penyakit jantung pada kehamilan disebabkan oleh demam rematik. Diagnosis
demam rematik pada kehamilan sering sulit, bila berpatokan pada criteria Jones sebagai dasar
untuk diagnosis demam rematik aktif. Manifestasi yang terbanyak adalah poliartritis migrant
serta karditis. Perubahan kehamilan yang menyulitkan diagnosis demam rematik adalah nyeri
sendi pada wanita hamil mungkin oleh karena sikap tubuh yang memikul beban yang lebih besar
sehubungan dengan kehamilannya serta meningkatnya laju endap darah dan jumlah leukosit. Bila
terjadi demam rematik pada kehamilan, maka prognosisnya akan buruk. Adanya aktivitas demam
rematik dapat diduga bila terdapat:

Suhu subfebris dengan takikardi yang lebih cepat dari semestinya

Leukositosis dan laju endap darah yang tetap tinggi

Terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifatnya maupun tempatnya dan

C reaktif protein positif dan ASTO 300 Todd unit atau lebih.

Perubahan Volume Darah


Perubahan volume darah yang di temukan pada penderita penyakit jantung dapat
digolongkan dalam 3 kategori.

1) Oligositemik-hipoplasmik-hipovolemia: keadaan ini di temukan pada penderita yang mengalami


steonosis katup.
2) Polisitemik-hiperplasmik-hipervolemia: di temukan pada penyakit jantung bawaan di mana
terjadi campuran antara darah arteri dan vena, hubungan arteri dan vena, regurgitasi dan
hambatan aliran darah.
3) Polisitemik-normoplasmik atau hiperlasmik hipervolemia ditemukan pada penderita penyakit
jantung bawaan, di mana terjadi campuran darah arteri dan vena yang hebat, tetraligy fallot,
defek septum, dan patensi duktus arteriosus.

Pembesaran Uterus
Pembesaran uterus sesuai dengan pertumbuhan janin yang akan menekan diafragma ke atas,
sehingga menurunkan kapasitas vital dan total volume paru menyebabkan terkadang ibu hamil
sulit untk bernafas dan system sirkulasi terganggu.

Etiologi

Anda mungkin juga menyukai