A. PENGERTIAN
CKD adalah Suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal
yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila
laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min (Suyono, et al, 2001). Gagal ginjal
kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer & Bare, 2001). Gagal ginjal
kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible
(Sidobulear, dkk. 1990).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronik
adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun ,berlangsung progresif dan
cukup lama sehingga kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
C. ETIOLOGI
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif
dan irreversible dari berbagai penyebab. Sebab-sebab gagal ginjal kronik yang
sering ditemukan dapat dibagi menjadi delapan kelas.
Klasifikasi sebab-sebab gagal ginjal kronik:
1. Infeksi: Pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan: Glomerulonefritis
3. Penyakit vascular hipertensi: Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung: Lupus eritematosus sistemik, Poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongerital dan hereditas: Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal.
6. Penyakit metabolic: Diabetes militus, gout, hiperpara tiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik: Penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale
8. Nefropati obstruktif: Saluran kemih bagian atas kalkuli , neoplasma,
fibrosisretroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostate,
struktur urea, anomaly kongetal pada leher kandung kemih dan uretra.
D. KLASIFIKASIGAGALGINJALKRONIK
Klasifikasi gagal ginjal kronik dapat dilihat berdasarkan sindrom klinis yang
disebabkanpenurunanfungsinyayaituberkurang,ringan,sedangdantahapakhir
(Suhardjono, 2003). Ada beberapa klasifikasi dari gagal ginjal kronik yang
dipublikasikanolehNationalKidneyFoundation(NKF)KidneyDiseaseOutcomes
Quality Initiative (K/DOQI).
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG :
- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-
89 mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin
Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
1. Makroskopis
Secara makroskopis, ginjal normal berbentuk seperti buah ercis. Ukuran ginjal
kira-kira 12 x 6 x 3 cm (kepalan tangan orang dewasa) dengan berat kira-kira
150 gram. Ginjal kiri umumnya lebih panjang dan lebih kecil daripada ginjal
kanan
2. Mikroskopis
Ginjal tersusun dari 1 1,25 juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional
ginjal yang terdiri dari kesatuan glomerolus dan tubulus renalis yang berfungsi
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Nefron memiliki panjang
+ 3 cm.
E. PATOFISIOLOGI (terlampir)
2. Kulit
Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul bintik-bintik hitam dan
gatal akibat uremik atau pengendapan kalsium pada kulit.
3. Hematologi
Anemia merupakan gejala yang hampr selalu ada pada Gagal Ginjal Kronik.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa disertai anemia perlu dipikirkan
apakah suatu Gagal Ginjal Akut atau Gagal Ginjal Kronik dengan penyebab
polikistik ginjal yang disertai polistemi. Hemolisis merupakan sering timbul
anemi, selain anemi pada Gagal Ginjal Kronik sering disertai pendarahan akibat
gangguan fungsi trombosit atau dapat pula disertai trombositopeni. Fungsi
leukosit maupun limposit dapat pula terganggu sehingga pertahanan seluler
terganggu, sehingga pada penderita Gagal Ginjal Kronik mudah terinfeksi, oleh
karena imunitas yang menurun.
5. Sistem Kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronik hampir selalu disertai hipertensi, mekanisme terjadinya
hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam dan air,
atau sistem renin angiostensin aldosteron (RAA). Sesak nafas merupakan gejala
yang sering dijumpai akibat kelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi
perikarditis yang disertai efusi perikardial. Gangguan irama jantung sering
dijmpai akibat gangguan elektrolit.
6. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
7. Sistem Endokrin
Gangguan seksual seperti penurunan libido, ion fertilitas sering dijumpai pada
Gagal Ginjal Kronik, pada wanita dapat pula terjadi gangguan menstruasi
sampai aminore. Toleransi glukosa sering tergangu paa Gagal Ginjal Kronik,
juga gangguan metabolik vitamin D.
9. Gangguan lain
1. Urine
a. Volume: Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tak keluar
(anuria)
b. Warna: Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri,
lemak, partikel koloid, forfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan
menunjukan adanya darah, HB, mioglobin.
c. Berat jenis: Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas: Kurang dari 350 mosm/kg menunjukan kerusakan tubular, dan
rasio urine/serum sering 1:1
2. Darah
Bikarbonat menurun.
PCO2 menurun
Magnesium/Fosfat : Meningkat
Kalsium : Menurun
Osmolalitas Serum: Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan
urine.
KUB fota: Menunujukkan ukuran ginjal / ureter / kandung kemih dan adanya
obstruksi (batu)
H. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Pemeliharaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufisiensi. Sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada
pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan
orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan).
2. Pengobatan / Penatalaksanaan
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena juga harus sedikit meningkat dan
terdapat edema betis ringan. Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar
(250-1000 mg/hari) atau diuretic 100p (bumetanid, asam etakrinat)
diperlukan untuk mencegah kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin
memerlukan suplemen natrium klorida atau natrium bikarbonat oral.
Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine, dan pencatatan
keseimbangan cairan (masukan melebihi keluaran sekitar 500 ml).
c. Kontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal kiri pada
pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan
diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah, sering diperlukan diuretik
loop, selain obat anti hipertensi.
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imuosupresif dan diterapi lebih
ketat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin
angiotensin aldosteron
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastase akibat retensi phospat, kalsiun serum
menurun, metabolism vitamin D abnormal.
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat
b. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina).
Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak tangan. Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia,
yang jarang pada penyakit tahap akhir. Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan.
c. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
d. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi. Perubahan warna urine, contoh
kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
e. Makanan / cairan
f. Neurosensori
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki. Perilaku berhati-hati /
distraksi, gelisah.
h. Pernapasan
Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman. Batuk dengan sputum
encer (edema paru).
i. Keamanan
Kulit gatal. Ada / berulangnya infeksi. Pruritis. Demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal. Ptekie, area ekimosis pada
kulit. Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi.
j. Seksualitas
k. Interaksi social
l. Penyuluhan / Pembelajaran
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan
diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai
berikut :
7) Mengkaji lingkungan klien dan melindungi dari cedera dengan cara yang
seksama.
b. Mengusahakan Kenyamanan
2) Mengusahakan hangat dan message otot yang kejang dari tangan dan kaki bawah.
4) Memberi penyuluhan tentang sifat dari CRF, rasional terapi, aturan obat-obatan
dan keperluan melanjutkan pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C.
Long).
5. Evaluasi
Pertanyaan-pertanyaan yang umum yang harus diajukan pada evaluasi orang dengan kegagalan
ginjal kronis terdiri dari yang berikut.
e. Apakah orang dapat menguraikan tentang sifat CRF, rasional dan terapi, peraturan obat-
obatan dan gejala-gejalayang harus dilaporkan?
DAFTAR PUSTAKA