Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SAMPAH MEDIS DAN NON MEDIS

Topik : Pembuangan Sampah Medis Dan Non Medis


Pokok bahasa : Pengelompokkan Sampah Medis Dan Non Medis
Sub pokok bahasan : Sampah
Sasaran : Pasien,Keluarga Pasien Serta Masyarakat
Waktu dan tempat
Tempat : Ruang 19 Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Waktu : Jumat, 10 Februari 2017 Pukul 10.00
Alokasi waktu : 30 Menit
Pemberi Materi : Mahasiwa Di Ruang 19
Metode : Ceramah Dan Tanya Jawab
Media : Flip Chart/Lcd, Leaflet

1. Latar belakang
Rumah sakit bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang
dirancang, dioperasikan dan dipelihara dengan sangat memperhatikan aspek
kebersihan bangunan dan halaman baik fisik, sampah, limbah cair, air
bersih, dan serangga/binatang pengganggu. Namun menciptakan kebersihan
di rumah sakit merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks
berhubungan dengan berbagai aspek antara lain budaya/kebiasaan, prilaku
masyarakat, kondisi lingkungan, sosial dan teknologi.

Jika di bandingkan dengan institusi lain mungkin jenis sampah dan


limbah rumah sakit adalah yang terkomplit, tempat yang paling banyak di
kunjungi oleh masyarakat ketika sakit ini mengeluarkan berbagai jenis
sampah dan limbah. Masyarakat di dalam lingkungan rumah sakit yang
terdiri dari pasien, pengunjung dan karyawan memberikan kontribusi kuat
terhadap pengotoran lingkungan rumah sakit. Aktivitas pelayanan dan
perkantoran, pedagang asongan, prilaku membuang sampah dan meludah
sembarangan, prilaku merokok dan sejumlah barang atau bingkisan yang
dibawa oleh pengunjung/tamu menambah jumlah sampah dan mengotori
lingkungan rumah sakit.

Beberapa waktu lalu, pemberitaan mengenai sampah medis yang


ditemukan di pasaran sebagai mainan anak-anak, menjadi perhatian publik.
Seperti diketahui bahwa seharusnya sampah medis seperti alat infus, alat
suntik, dan sarung tangan harus dimusnahkan setelah digunakan, jangan
sampai jatuh ke tangan masyarakat. Hal ini mendapat tanggapan langsung
dari Menteri Kesehatan RI waktu itu, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih
MPH, di sela-sela sambutannya saat membuka Konferensi Nasional I
Promosi Kesehatan Rumah Sakit bertema New Challenges of Health
Promoting Hospital in Indonesia di Bandung, Selasa malam (6/3/12).
Apabila rumah sakit belum memiliki alat penanganan medis sendiri,
harus memiliki mekanisme kerjasama dengan rumah sakit yang lebih besar
agar dapat ditangani. Ini harus diupayakan, ujar Menkes.

Pada kesempatan tersebut Menkes menegaskan, tiga hal yang harus


diperhatikan oleh para penyelenggara pelayanan kesehatan, khususnya
penyelenggara rumah sakit, bahwa sarana pelayanan kesehatan harus
menjadi tempat yang aman bagi para pekerjanya, pasiennya, dan masyarakat
di sekitarnya.

Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum


dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius
disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur
limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar
permasalahan limbah medis.

Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara benar, hal ini
mengingat limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan
beracun. Sebagian limbah medis termasuk kedalam kategori limbah
berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori infeksius. Limbah medis
berbahaya yang berupa limbah kimiawi, limbah farmasi, logam berat,
limbah genotoxic dan wadah bertekanan masih banyak yang belum dikelola
dengan baik. Sedangkan limbah infeksius merupakan limbah yang bisa
menjadi sumber penyebaran penyakit baik kepada petugas, pasien,
pengunjung ataupun masyarakat di sekitar lingkungan rumah sakit. Limbah
infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah,
perban, biakan kultur, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan
penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh
penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan beresiko
terhadap penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin
ditimbulkan akibat keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular
(hepatitis,diare, campak, AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan
organ genetik) dan resiko bahaya kimia.
A. Tujuan instruksional
Tujuan umum :
Setelah mengikuti ceramah dan tanya jawab diharapkan pasien
dapat memahami tentang cara pembuangan sampah medis dan non
medis.
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit diharapkan
pasien dan keluarga pasien dapat :
a. Menjelaskan pengertian sampah medis dan non medis
b. Mengelompokkan mana sampah medis dan non medis
c. Mengerti bagaimana cara pembuangan sampah yang tepat
B. Sub pokok bahasan
a. Menjelaskan kepada peserta penyuluhan tentang pengertian sampah
medis dan non medis
b. Menjelaskan kepada peserta penyuluhan bagaimana pengelompokkan
sampah
c. Menjelaskan kepada peserta apa saja yang termasuk sampah medis
d. Menjelaskan kepada peserta apa saja yang termasuk sampah non
medis
e. Menjelaskan kepada peserta bagaimana cara yang tepat untuk
membuang sampah medis dan non medis di lingkungan.
C. Kegiatan penyuluhan

Tahap Kegiatan Kegiatan peserta Metode Media


penyuluhan
Pendahuluan Ceramah
Salam Menjawab salam
(metode)

Perkenalan Memperhatikan

Menyampaik Memperhatikan dan

an tujuan mendengarkan

Menjelaskan Memperhatikan dan

sub topik mendengarkan

Penyampaian memperhatikan
tujuan
Belajar

Penyajian Ceramah Leaflet dan


memaparkan memperhatikan
(15 menit) dan lcd
sub pokok dan
tanya
bahasan mendengarkan
jawab

menekankan memperhatikan

hal yang dan bertanya


penting
Penutup Ceramah leaflet
evaluasi memperhatikan,
(5 menit) dan
(memberi bertanya dan
tanya
kesempatan menjawab
jawab
pada peserta pertanyaan
untuk
bertanya,
memberikan
pertanyaan )

menyimpulka memperhatikan

n seluruh dan

kegiatan mendengarkan

penyuluhan

ucapan terima memperhatikan

kasih
salam penutup menjawab salam

D. evaluasi
Evaluasi Terstruktur :
1. meminta perizinan kepada kepala ruang 19 di RSSA Malang
2. penyuluh mempesiapkan metode, media dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diberikan
3. meminta salah satu anggota keluarga untuk mengikuti proses
penyuluhan
evaluasi proses :
1. pasien dapat memahami terkait dengan tujuan instruksionalnya
2. pasien dapat memahami dan menjelaskan tentang bagaiaman
pengelompokkan sampah medis dan non medis, apa saja yang
termasuk sampah medis dan non medis dan bagaimana cara
yangtepat untuk membuangnya.
Evaluasi hasil :
1. pasien dan keluarga mampu mebedakan sampah medis dan non
medis serta bagaimana cara pembuangan yang tepat.
MATERI TERLAMPIR
PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DAN NON MEDIS

1. Pengertian
Limbah adalah bahan sisa suatu kegiatan dan atau proses produksi.
Sedangkan limbah rumah sakit menurut Permenkes RI nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan
yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat
mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan
parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.
Sementara limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah
membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-limbah tersebut
kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan
kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat
tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan
kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan
terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana
sanitasi yang masih buruk. Limbah benda tajam adalah semua benda yang
mempunyai permukaan tajam yang dapat melukai / merobek permukaan
tubuh.
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal
dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik. Limbah
sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.

2. Karakteristik Limbah Rumah Sakit


Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan
bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan
kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu sampah atau limbah medis dan non medis baik
padat maupun cair.
A. Limbah Medis
Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan,
gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian
atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius
berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan
tertentu. Bentuk limbah medis bermacam-macam dan berdasarkan potensi
yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet
pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki
potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau
tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif)
Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi
dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
3. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik
didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc
4. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-
obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau
dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi
obat-obatan.
5. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan
riset.
6. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir,
radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.
Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu
baik fisik, kimia dan biologi.
7. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah
sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang
dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan
perlengkapan medis.

B. Limbah Non Medis


Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah non medis atau dapat disebut juga sampah non
medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas,
unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien,
sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa
makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain).
Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik
tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa
mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis
rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis
sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).
Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat
patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung
bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat
ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS,
pH, mikrobiologik, dan lain lain.

Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah
padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut (Anies,
2006)
a. Kantor/administrasi
b. Unit perlengkapan
c. Ruang tunggu
d. Ruang inap
e. Unit gizi atau dapur
f. Halaman parkir dan taman
g. Unit pelayanan

3. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan


Kesehatan
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:
a. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari
sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia
organik.
b. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang
terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang
dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.
c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh
virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu
dan fosfor.
d. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh
berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta
logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran
gigi.
e. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui
secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan
atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya
pestisida, bahan radioaktif.

4. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit


a. Limbah padat
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan
dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan
dengan pengelolaan, limbah medis dikategorikan menjadi 5 golongan
sebabagi berikut :
Golongan A :
Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar
bedah.
Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi. Seluruh jaringan tubuh
manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan hewan dari
laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dreesing.
Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.
Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk
dalam golongan A.
Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.

Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan


pemisahan penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah
pendahuluan.
1. Pemisahan
Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang
terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak
penampungan limbah medis yang mudah dijangkau bak sampah yang
dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah. Kantong plastik
tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah
mencapai tiga perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut
dan ditampung sementara di bak sampah klinis.
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila
mencapai tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan
sampah. Sampah tersebut kemudian dibuang dengan cara sebagai
berikut :
1) Sampah dari haemodialisis
Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga
digunakan autoclaving,tetapi kantung harus dibuka dan dibuat
sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara efektif.
(Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan
dengan tujuan sterilisasi terutama untuk limbah infeksius).
2) Limbah dari unit lain :
Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak
mungkin bisa menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur
dalam yang aman.
Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung
pada bak limbah medis atau kantong lain yang tepat kemudian
dimusnahkan dengan incinerator.
Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan
dengan incinerator. Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan
bagian sanitasi atau bagian laboratorium.
Golongan B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan
tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam
yang bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari
satu minggu) hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah
klinis sebelum diangkut dan dimasukkan denganincinerator.
2. Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan
kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator
atau pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk),
sampah tersebut hendaknya :
1) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
2) Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan
dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang
telah ditentukan secara terpisah.
3) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak
rembes, dan disediakan sarana pencuci.
4) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan
bebas dari infestasi serangga dan tikus.
5) Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)
Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi
bisa digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah
lain sambil menunggu pengangkutan.

3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal
dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal
ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam
pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong.
Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus
didesain sedemikian rupa sehingga :
1) Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus
2) Tidak akan menjadi sarang serangga
3) Mudah dibersihkan dan dikeringkan
4) Sampan tidak menempel pada alat angkut
5) Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali

KESIMPULAN

Keberagaman sampah/limbah rumah sakit memerlukan penanganan


yang baik sebelum proses pembuangan. Sayang sebagian besar pengelolaan
limbah medis (medical waste) RS masih di bawah standar lingkungan
karena umumnya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
dengan sistem open dumping atau dibuang di sembarang tempat. Bila
pengelolaan limbah tak dilaksanakan secara saniter, akan menyebabkan
gangguan bagi masyarakat di sekitar RS dan pengguna limbah medis. Agen
penyakit limbah RS memasuki manusia (host) melalui air, udara, makanan,
alat, atau benda. Agen penyakit bisa ditularkan pada masyarakat sekitar,
pemakai limbah medis, dan pengantar orang sakit.
Berbagai cara dilakukan RS untuk mengolah limbahnya. Tahap
penanganan limbah adalah pewadahan, pengumpulan, pemindahan pada
transfer depo, pengangkutan, pemilahan, pemotongan, pengolahan, dan
pembuangan akhir. Pembuangan akhir ini bisa berupa sanitary fill, secured
landfill, dan open dumping.
Mencegah limbah RS memasuki lingkungan dimaksudkan untuk
mengurangi keterpajanan (exposure) masyarakat. Tindakan ini bisa
mencegah bahaya dan risiko infeksi pengguna limbah. Tindakan pencegahan
lain yang mudah, jangan mencampur limbah secara bersama. Untuk itu tiap
RS harus berhati-hati dalam membuang limbah medis.
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk
mendapat gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang
datang ke Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan
perawatan Rumah Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling
rentan. Kedua, karyawan Rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-
harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen
penyakit. Ketiga, pengunjung/pengantar orang sakit yang berkunjung ke
rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar.
Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-lebih
lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak
sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah kualitas
lingkungan menjadi menurun dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya
derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, rumah
sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan
benar dengan melaksanakan kegiatan Sanitasi Rumah Sakit.
Rumah sakit sebagai bagian lingkungan yang menyatu dengan
masyarakat harus menerapkan prinsip ini demi menjamin keamanan limbah
medis yang dihasilkan dan tak melahirkan masalah baru bagi kesehatan di
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., 2008, Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan,


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

Depkes RI 2009 , Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. Jakarta
Kusminarno, K., 2004, Manajemen Limbah Rumah Sakit, Jakarta

Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008, Kajian Pengelolaan Limbah


Padat Medis Rumah Sakit, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai