TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah ( eritrosit )
dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan ( Tarwoto dan wartonah,
2008 ).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah sel
darah merah, kualitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells
(hematokrit) per 100 mldarah(Price,S.A,2006).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin yang di jumpai selama
kehamilan pada wanita sehat yang tidak mengalami defisiensi besi atau folat yang
di sebabkan oleh penambahan volume plasma yang relative lebih besar dari pada
penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah(Cunningham G,2005)
Anemia didefenisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau
penurunan konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah.anemia yang diterima
secara umum adalah kadar Hb kurang dari 12,0 gr/100 ml dan wanita hamil 11,0
g/dl( VarneyH,2006)
Anemia didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentarsi Hb, atau hitung
eritrosit di bawah batas normal . Dimana umumnya ibu hamil dianggap anemi
jika kadar hemoglobin dibawah 11 gr / dl atau hematokrit kurang dari 33 %
( Prawirohardjo, 2008)
Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen; hal
tersebut dapat terjadi akibat penurunan Sel Darah Merah (SDM), dan / atau
penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah(Fraser Diane dan Cooper A Margaret,
2009).
B. ETIOLOGI
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2008) penyebab anemia adalah:
1. Genetik
a. Hemoglobinopati
b. Thalasemia
c. Abnormal enzim glikolitik
d. Fanconi anemia
2. Nutrisi
a. Defisiensi besi, defisiensi asam folat
b. Defisiensi cobalt/vitamin B12
c. Alkoholis, kekurangan nutrisi/malnutrisi
3. Perdarahan
4. Immunologi
5. Infeksi
a. Hepatitis
b. Cytomegalovirus
c. Parvovirus
d. Clostridia
e. Sepsis gram negatif
f. Malaria
g. Toksoplasmosis
C. KLASIFIKASI
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2008) klasifikasi anemia berdasarkan
penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Anemia karena hilangnya sel darah merah, terjadi akibat perdarahan karena
berbagai sebab seperti perlukaan, perdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus,
perdarahan hidung, perdarahan akibat operasi.
2. Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah, dapat disebabkan karena
kekurangan unsur penyusun sel darah merah (zat besi, vitamin B12, dan asam
folat), gangguan fungsi sum-sum tulang (adanya tumor, pengobatan, toksin), tidak
adekuatnya stimulasi karena berkurangnya eritopoitin (pada penyakit ginjal
kronik).
a. Anemia difisiensi besi
Merupakan gejala kronis dengan keadaan hiprokromik (konsentrasi hemoglobin
kurang), mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh.
b. Anemia defisiensi vitamin B12 (penricious anemia)
Merupakan gangguan autonium karena tidak adanya intrinsik faktor(IF) yang
diproduksi di sel parietal lambung, sehingga terjadi gangguan absorbsi vit B12.
c. Anemia difisiensi asam folat
Kebutuhan folat sangat kecil, biasanya terjadi pada orang yang kurang makan
sayuran dan buah-buahan, gannguan pada pencernaan, alkoholik dapat
meningkatkan kebutuhan folat, wanita hamil, massa pertumbuhan dan dapat
mengakibatkan sindrom malabsorbsi.
d. Anemia aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel darah.
3. Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah, dapat terjadi
karena overaktifnya Reticulloendothelial system (RES).
a. Anemia hemolitik
Terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga usia sel darah merah
lebih pendek.
b. Anemia sel sabit
Merupakan anemia hemolitika berat ditandai SDM kecil sabit, dan pembesaran
limfa akibat kerusakan molekul Hb.
Etiologi
Ee Eritropoesis kehilangan sel darah merah
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Smeltzer & Bare (2006) Tindakan umum dari penatalaksanaan
anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
G. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh (Boedihartono, 2009), meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan
rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot,
dan penurunan kekuatan. Tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
4. Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.
Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat,
tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Wilkinson,
2006).
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon
inflamasi tertekan).
I. INTERVENSI
N D Tujuan dan Intervensi Rasional
o x Kriteria
Hasil
1 1 Setelah 1.Tingkatkan 1.Mencegah
dilakukan cuci tangan kontaminasi
asuhan yang baik oleh silang /
keperawata pemberi kolonisasi
n selama perawatan dan bakterial
3x24 jam pasien. Catatan:
infeksi 2.Pertahankan pasien dengan
tidak teknik aseptik anemia berat /
terjadi ketat pada aplastik dapat
dengan prosedur / beresiko
KH: perwatn luka. akibat flora
- 3.Berikan normal kulit.
Mengident perawatan 2.Menurunka
ifikasi kulit, perianal n resiko
prilaku dan oral kolonisasi /
untuk dengan infeksi
mencegah cermat. bakteri.
/ 4.Motivasi 3.Menurunka
menurunka perubahan n resiko
n resiko posisi / kerusakan
cidera. ambulasi yang kulit /
- sering, latihan jaringan dan
Meningkat batuk dan infeksi.
kan nafas dalam. 4.Meningkatk
penyembu 5.Tingkatkan an ventilasi
han luka, masukan semua
bebas cairan segmen paru
drainase adekuat. dan
purulen membantu
atau memobilisasi
eritama sekresi untuk
dan mencegah
demam. pneumonia.
5. Membantu
dalam
pengenceran
sekret
pernafasan
untuk
mempermuda
h pengeluaran
dan mencegah
stasis cairan
tubuh
misalnya
pernafasan
dan ginjal.
2 2 Setelah 1. Awasi tanda 1.Memberika
dilakukan vital kaji n informasi
asuhan pengisian tentang
keperawata kapiler, warna derajat/adeku
n selama kulit/membran atnya perfusi
3x24 jam mukosa, jaringan dan
perfusi wrana kuku. membantu
jaringan 2. Kaji dan menentukan
pasien observasi jalan kebutuhan
meningkat nafas. intervensi.
dengan 3. Atur posisi 2.Jalan nafas
KH: pasien dengan yang efektif
- semifowler. mempermuda
Menunjuk 4.Berikan h masuknya
kan perfusi oksigen oksigen ke
adekuat, tambahan paru-paru.
misalnya sesuai 3.
TTV indikasi. Meningkatkan
stabil. 5. Observasi efektifitas
darah lengkap pernafasan.
dan Hb. 4.
6. kolaborasi memaksimalk
dalam an transport
pemberian oksigen ke
transfusi jaringan.
darah. 5. Hb
berfungsi
mengangkut
oksigen ke
seluruh
jaringan.
6.
Meningkatkan
kadar eritrosit
dan Hb.
3 3 Setelah 1.Kaji riwayat .
dilakukan nutrisi, 1.Mengidentif
asuhan termasuk ikasi
keperawata makan yang defisiensi,
n selama disukai. memudahkan
3x24jam 2.Observasi intervensi.
nutrisi dan catat 2.Mengawasi
klien masukkan masukan
terpenuhi makanan kalori atau
dengan pasien. kualitas
KH: 3.Timbang BB kekurangan
- tiap hari. konsumsi
Menunjuk 4.Berikan makanan.
kan makan sedikit- 3.Mengawasi
peningkata sedikit tapi penurunan BB
n/ sering. atau
mempertah 5.Kolaborasi efektifitas
ankan dengan ahli intervensi
berat gizi untuk nutrisi.
badan rencana diet. 4.Menurunka
dengan 6.Pantau hasil n kelemahan,
nilai pemeriksaan meningkatkan
laboratoriu laboratorium. pemasukkan
m normal. 7.Berikan obat dan mencegah
-Tidak sesuai distensi
mengalami indikasi. gaster.
mal nutrisi. 5.Membantu
- dalam rencana
Menunjuk diet untuk
kan memenuhi
perilaku, kebutuhan
perubahan individual
pola hidup 6.Meningkatk
untuk an efektivitas
meningkat program
kan BB pengobatan,
yang termasuk
sesuai. sumber diet
nutrisi yang
dibutuhkan.
7.Kebutuhan
penggantian
tergantung
pada tipe
anemia dan
atau adanya
masukan oral
yang buruk
dan defisiensi
yang
diidentifikasi.
Kesimpulan
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah ( eritrosit )
dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan ( Tarwoto dan wartonah,
2008 ).
Ditandai dengan kelopak mata pucat, sering kelelahan, sering mual, sakit
kepala, ujung jari pucat, sesak nafas, denyut jantung tidak teratur, wajah pucat,
rambut rontok dan menurunnya imun tubuh.
,
DAFTAR PUSTAKA