Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sungai merupakan sumber air yang menampung dan mengalirkan air serta

material bahan yang dibawanya dari bagian hulu. Aliran sungai mengalir dari daerah

tinggi ke daerah yang lebih rendah dan pada akhirnya akan bermuara ke laut. sungai

mempunyai daerah aliran sungai (DAS) dan setiap sungai tersebut memiliki

karakteristik dan kondisi DAS yang berbeda-beda.

Dengan perkembangan teknologi dan jumlah penduduk yang terus

meningkat, maka dibutuhkan lahan luas dalam menanggulangi kemajuan tersebut.

Akibatnya, banyak kawasan- kawasan hutan yang berfungsi sebagai pelindung tanah

mulai rusak, berkurangnya lahan sebagai daerah resapan air, menurunnya daya

dukung lingkungan terhadap fungsi kelestarian dan manfaat sumber daya air.

Jika hal tersebut terjadi terus menerus maka akan menimbulkan bahaya

erosi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS). Dari hasil erosi tersebut maka dapat

mengakibatkan rusaknya struktur sungai dan sungai tidak dapat lagi berfungsi sesuai

dengan fungsinya. Dengan adanya aliran air di dalam sungai akan mengakibatkan

adanya angkutan sedimen, yang berupa angkutan muatan dasar (bed load) dan

angkutan muatan layang (suspended load) sehingga terjadi sedimentasi. Hal ini

mengalami peningkatan jumlah sedimen di bagian-bagian sungai utamanya di bagian


hilir sungai. Dengan demikian kapasitas tampungan air semakin sedikit karena

semakin banyaknya sedimen-sedimen di sungai.

Penumpukan sedimentasi (pendangkalan) pada waduk menyebabkan

penurunan fungsi operasional waduk seperti semakin langkahnya ketersedian air

pada waktu-waktu tertentu. Pada sisi lain permintaan air untuk berbagai kebutuhan

cenderung semakin meningkat sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk,

beragamnya pemanfaatan air, berkembangnya pembangunan, serta kecenderungan

menurunnya kualitas air akibat sedimentasi.


Penanganan sedimentasi di waduk telah dilakukan dengan cara pengerukan

(Dreedging) dengan tenaga manusia dan pengerukan (Dreedging) dengan tenaga alat

berat, namun cara tersebut tidak efektif karena memerlukan waktu yang lama dan

biaya yang besar.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kami melakukan penelitian mengenai

penanganan sedimentasi yang bertujuan untuk pengangkutan sedimen yang lebih

efisien. Penelitian dilakukan dengan memodelkan transport sedimen pada kurun

waktu tertentu. Oleh karena itu kami mengambil judul STUDI PENGARUH

SPASI LUBANG FLUSHING CONDUIT TERHADAP VOLUME

GELONTOR

A. Rumusan Masalah
Berlatar belakang tersebut di atas, maka beberapa masalah yang akan di

carikan solusinya pada kegiatan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
a) Bagaimana pengaruh spasi lubang flusing conduit terhadap volume gelontor ?
b) Bagaimana pengaruh variasi spasi lubang flushing conduit terhadap volume

gelontor ?
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai antara lain :
a) Untuk mengetahui pengaruh spasi lubang flushing conduit terhadap volume

gelontor.
b) Untuk mengetahui pengaruh variasi spasi lubang flushing conduit terhadap

volume gelontor.

C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang ingin menambah

pengetahuan dan informasi mengenai penanganan atau pencegahan tumpukan

sedimen pada waduk yang berkaitan dengan spasi lubang flushing conduit.
b) Dapat digunakan oleh pihak pemerintah dalam mengatasi masalah sedimentasi di

waduk dengan pemasangan flushing conduit di aliran masuk tubuh waduk.


c) Untuk kalangan masyarakat penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi

mengenai flushing conduit yang dapat mengurangi masuknya sedimen ketubuh

waduk.

D. Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penelitian tentang

penanganan atau pencegahan penumpukan sedimen di tubuh waduk maka perlu

ditetapkan batasan masalah. Adapun batasan masalah yang digunakan dalam studi ini

adalah:
a) Penelitian ini difokuskan pada spasi lubang flushing conduit di aliran masuk

tubuh waduk.
b) Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah saluran tertutup dengan

bentuk bulat.
c) Pemasangan spasi lubang flushing conduit diletakkan pada aliran masuk tubuh

waduk.
d) Dalam penelitian ini menggunakan air tawar yang tercampur dengan tanah dan

pasir sebagai bahan dalam mengamati volume gelontoran.


e) Menggunakan flushing conduit.
f) Tidak meneliti jenis air.

E. Sistematika penulisan
Sistematika laporan ini terdiri dari lima bab, dimana masing-masing bab

membahas masalah tersendiri diantaranya sebagai berikut:


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.


BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang

diperlukan dalam melakukan penelitian ini, meliputi teori tentang waduk, erosi,

sedimentasi, saluran tertutup, sifat-sifat aliran, dan perilaku aliran di lubang flushing

conduit.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metode penelitian yang terdiri atas waktu dan tempat penelitian

alat bahan, prosedur penelitian, gambar desain flushing conduit dan flow chart

penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil penelitian yang menguraikan tentang analisa mengenai

spasi lubang flushing conduit terhadap volume gelontor.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi kesimpulan dan dari hasil penelitian ini, serta saran-saran dari

penulis yang berkaitan dengan faktor pendukung dan faktor penghambat yang

dialami selama penelitian berlangsung, yang tentunya diharapkan agar penelitian

agar penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu aplikasi kerekayasaan

khususnya bangunan air di masa yang akan datang.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Defenisi Sungai dan Das


1. Pengertian Sungai dan Das
Dalam peraturan pemerintah RI No. 35 tahun 1991 tentang sungai

disebutkan bahwa sungai adalah tempat- tempat dan wadah- wadah serta jaringan

pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya

serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.


Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang letaknya

lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar

menuju ke laut, danau, rawa atau sungai lain. Sungai adalah bagian dari permukaan

bumi yang karena sifatnya, menjadi tempat air mengalir ( Syarifuddin dkk,2000:63 ).

Dapat disimpulkan bahwa sungai adalah bagian dari daratan yang menjadi tempat-

tempat aliran air yang berasal dari mata air atau curah hujan.
Daerah aliran sungai ( DAS ) secara umum didefenisikan sebagai suatu

hamparan wilayah/ kawasan yang dibatasi oleh pembatas tofografi (punggung bukit)

yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta
mengalirkannya melalui anak- anak sungai dan keluar pada satu titik ( outlet ). Oleh

karena itu, pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang

menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan yang pada dasarnya merupakan

usaha- usaha penggunaan sumber daya alam di suatu DAS secara rasional untuk

mencapai tujuan produksi pertanian yang optimum dalam waktu yang tidak terbatas

(lestari), disertai dengan upaya untuk menekan kerusakan seminimum mungkin

sehingga distribusi aliran merata sepanjang tahun (Marwah, 2001).


Dalam terminologi yang lain dalam bahasa Inggris pegertian DAS sering

dipergunakan istilah drainage area atau river basin atau catchment area atau

watershed. Definisi DAS tersebut di atas pada dasarnya menggambarkan suatu

wilayah yang mengalirkan air yang jatuh diatasnya beserta sedimen dan bahan larut

melalui titik yang sama sepanjang suatu alur atau sungai. DAS juga merupakan suatu

ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia

berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan

outflow dari material dan energi. Cakupan luas suatu DAS di bumi kita ini sangat

bervariasi mulai dari beberapa puluh meter persegi sampai dengan ratusan ribu

hektar. Suatu DAS yang sangat luas seperti Amazon biasanya disebut river basin .

Secara herarkis suatu DAS yang luas/besar biasanya terdiri atas beberapa DAS yang

lebih kecil. DAS-DAS yang lebih kecil tersebut dinamai sub DAS dari DAS yang

lebih besar.

2. Pengelolaan Das

Pengelolaan DAS merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui yaitu

tumbuhan, tanah dan air agar dapat memberikan manfaat maksimal dan
berkesinambungan. Pengelolaan DAS merupakan upaya manusia dalam

mengendalikan hubungan timbale balik antara sumber daya alam dan manusia

dengan segala aktifitasnya di dalam DAS. Tujuan pengelolaan DAS adalah untuk

membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan pemanfaatan

sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan (RLPS, 2002)

Untuk tercapainya pembangunan DAS yang berkelanjutan kegiatan

pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan harus diselaraskan. Dalam hal

ini diperlukan penyatuan kedua sisi pandang tersebut secara realistis melalui

penyesuaian kegiatan pengelolaan DAS dan konservasi daerah hulu ke dalam

kenyataan-kenyataan ekonomi dan social. Inilah tantangan formulasi kebijakan yang

harus dituntaskan apabila tujuan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan ingin di wujudkan.

B. Erosi
1. Pengertian Erosi

Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (datached) dan

kemudian dipindahkan ke tempatn lain oleh kekuatan air, angin, dan garafitasi. Di

Indonesa, erosi yang terpenting adalah erosi yang di sebabkan oleh air. Erosi

dibedakan menjadi dua, yaitu erosi hgiologi (alami) dan erosi dipercepat (accelerated

erosion). Erosi geologi merupakan erosi yang berjalan sangat lambat, dimana jumlah

tanah yang tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi ini tidak

berbahaya karena terjadi dalam keseimbangan alami. Sedangakan erosi dipercepat

merupakan erosi yang terjadi lebih cepat akibat aktifitas manusia yang menganggu

keseimbangan alam. Jumlah tanah yang tererosi lebih banyak daripada tanah ang
terbentuk. Erosi ini berjalan sangat ceat sehingga tanah di permukaan (top soil)

menjadi hilang.

Erosi juga dapat mneyebabkan longsor. Tanah longsor terjadi karena gaya

grafitasi . pada umumnya, karena di bagian bawa tanah terdapat lapisan yang licin

dan kedap air (sukar di tembus air) seperti batuan liat. Pada saat musim hujan, tanah

di atasnya menjadi jenuh air sehingga berat dan bergeser ke bawah melalui lapisan

yang licintersebut sebagai tanah longsor.

2. Factor-faktor yang mempengaruhi erosi

Beberapa factor yang mempengaruhi besarnya erosi air pada tanah yang

terpenting adalah sebagai barikut.

a) Cura hujan

Intensitas hujan dapat mepengaruhi erosi. Semakin deras hujan, maka

semakin besar erosi yang di timbulkan. Selain itu curah hujan yang jatuh di

permukaan tanah yang kekuatnnya sangat besar untuk memecahkan gumpalan-

gumpalan tanah. Penghancuran gumpalan tanah tersebut selain memudahkan

pengangkutan partikel-partikel tanah ketempat lain, partikel-partikel tanah menjadi

halus dan dapat enutupi pori-pori tanah sehingga menyebabkan peresapan air

kedalam tanah menjadi terhambat. Akibatnya, aliran permukaan (run off) menjadi

lebih besar sehingga kemungkinan terjadinya erosi juga meningkat .

b) sifat-sifat tanah.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah

tekstur tanah, sruktur tanah,daya infiltrasi/ permeabilitas tanah, dan kandungan bahan

organic.

c ) lereng / Topografi

Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang.

d) Vegetasi

Vegetasi memunyai pengaruh terhadap erosi, seperti menghalangi air hujan

agar tidak langsung jatuh ke permukaan tanah, menghambat aliran permukaan dan

memperbanyakair infiltrasi, serta penyerapan air dalam tanah diperkuat oleh

transpirasi (penguapan air) melalui vegetasi.

e) Manusia

Tindakan manusia sering kali berdampak buruk terhadap lingkungan yaitu

menyebabkan erosi di percepat. Contoh pengndulan hutan di daerah pegunungan

menyebabkan erosi dan banjir.

3. Dampak erosi

Erosi tidak hanya menyebabkan kerusakan tanah di tempat terjadinya

erosi, tetapi juga kerusakan di tempat lain di mana hasil erosi tersebut diendapkan. Di

Indonesia akibat erosi telah mengahasilkan tanda kritis diberbagai tempat. Di jawa

saja terdapat lebih dari 1,5 juta tanah yang rusak berat, terutama daerah Majalengka

(Jawa Barat), Pengaron (Kalimantan Selatan), Selatan Banjar Negara (Jawa Tengah),

Gunung Kidul (Yogyakarta), Seletan Boborogo (Jawa Timur), Dan lain-lain.


C. Sedimentasi
1. Pengertian sedimentasi

Sedimen adalah material bahan padat, berasal dari batuan yang mengalami

proses pelapukan, peluluhan (disintegration), pengangkutan oleh air, angin dan gaya

gravitasi, serta pengendapan atau terkumpul oleh proses atau agen alam sehingga

membentuk lapisan-lapisan di permukaan bumi yang padat atau tidak terkonsolidasi

(Bates dan Jackson, 1987). Sedimen permukaan dasar laut umumnya tersusun oleh:

material biogenik yang berasal dari organisma; material autigenik hasil proses

kimiawi laut (seperti glaukonit, garam, fosfor); material residual; material sisa

pengendapan sebelumnya, dan material detritus sebagai hasil erosi asal daratan

(seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung). Sedimen menurut Lonawarta (1996)

adalah lepasnya puing-puing endapan padat pada permukaan bumi yang dapat

terkandung di dalam udara, air, atau es dibawah kondisi normal.

Sedimentasi adalah proses yang meliputi pelapukan, transportasi, dan

pengendapan. Tekstur sedimen yaitu hubungan antara ukuran butir dalam batuan dan

pada umumnya ukuran butir ini dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.

Komposisi sedimen merupakan acuan terhadap mineral-mineral dan struktur kimia

dalam batuan. Batuan klastik adalah batuan dimana material penyusun utamanya

berupa material detrital (misalnya batupasir dan serpihan). Batuan nonklastik adalah

batuan dimana material penyusun utamanya berupa material organik dan unsur kimia

(misalnya batugamping terumbu, halit, dan dolomit). Sedimen terutama terdiri dari

partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batu-batuan dan potongan-

potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisme laut. Ukuran-ukuran partikel
sedimen sangat ditentukan oleh sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen yang

terdapat di berbagai tempat di dunia mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda satu

sama lainnya.

2. Proses terjadinya sedimentasi


Berdasarkan tempat pengendapan dan tenaga yang mengendapkannya, proses

sedimentasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:


a) Sedimentasi fluvial, merupakan proses prngendapan materi yang diangkut oleh

sungai dan diendapkan disepanjang aliran sungai, danau, waduk, atau muara

sungai. Hasil bentuknya antara lain delta dan bantaran sungai.


b) Sedimentasi eolis (sedimentasi teresterial) merupakan proses pengendapan

materi yang diangkut oleh angin. Bentuknya antara lainberupa gugus pasir (sand

dunes) atau gundukan pasir yang seringkali ditemukan di pantai.


c) Sedimentasi laut (marine sedimentation) merupakan hasil abrasi pantai yang

kemudian diendapkan kembali disepanjang pantai. Contoh hasil bentukannya,

antara lain endapan puing karang (beach), endapan gosong pasir (bar), dan

endapan pasir yang menghubungkan dua pulau (tombolo).

3. Bentuk sedimen

Berdasarkan hasil observasi Dahuri (2008) komposisi material sedimen

yang terklasifikasi pada pantai Sindulang Satu yaitu: pasir halus, pasir sedang, pasir

sangat halus, pasir kasar dan kerikil, selain itu didapati juga debu dan batu. Rataan

empirik dari distribusi granulometri sedimen yang terbanyak diperoleh yaitu: pasir

halus dengan penyortiran tersortir buruk, nilai kemencengan asimetris ke ukuran

kecil dan simetris granulometri yang peruncingannya mesokurtik. Faktor


hidrodinamika yang berperan dalam transport sedimen pada daerah pantai Sindulang

Satu adalah arus pasut.

Berdasarkan hasil pengamatan megaskopis dan mikroskopis sedimen

permukaan dasar laut Perairan Tambelan, tekstur sedimen dapat diklasifikasikan

menjadi lempung, lempung lanauan, lempung pasiran, lanau lempungan, lanau, pasir

lempungan, pasir lanauan, pasir (sangat halus sampai sangat kasar), pasir kerakalan

dan kerakal. Sedimen berbutir kasar dengan kandungan kerikil-pasir kuarsa dijumpai

di wilayah selat, sedangkan sedimen yang lebih halus diendapkan di laut terbuka.

Komposisi mineral karbonat atau gamping meningkat pada sedimen sekitar pulau

karang dan terumbu karang. Mineral ini juga dijumpai pada sedimen laut terbuka dan

pantai berpasir, namun tidak teridentifikasi pada hutan bakau. Komponen tumbuhan

berupa serasah dalam sedimen hutan bakau menunjukkan peningkatan proporsi

dibandingkan dengan wilayah lain. Batubara juga ditemukan pada sedimen hutan

bakau (Isnaniawardhani, 2010).

4. Karakteristik sedimen

Kecepatan pengendapan (VD ) sangat penting dalam masalah transport

sedimen. Kecepatan pengendapan butiran ditentukan oleh persamaan keseimbangan

antara berat butiran dalam air dengan hambatan butiran selama butiran mengendap,

atau dengan kata lain berat butir di dalam air sama dengan gaya hambatan butiran.

Untuk mengestimasi kecepatan pengendapan dengan ukuran partikel

seragam digunakan persamaan menurut Nayyar (2000) sebagai berikut :

VD = FL 2. g . D .(s1) (1)
Untuk FL dapat diperoleh dengan perbandingan antara diameter partikel dengan pada

volume konsentrasi sedimen.

Dimana:VD = Kecepatan pengendapan ( m/dt )

D = Diameter sisi dalam pipa ( cm,m )

g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

s = solid specific gravity

FL = Gaya angkat ( lift force )

Untuk menghitung koefisien seret ( CD ) partikel bulat tergantung pada amgka

Reynold partikel ( Rew ), Nayyar ( 2000 ) diberikan dengan persamaan :

24
CD = w

(2)

d . 1.V ts
Sedangkan untuk Re w = . gc

(3)

Dimana: d = diameter partikel sedimen (mm)

1 = berat jenis zat cair (kg/m3)

= viskositas dinamik (N.d/m2)


g= percepatan gravitasi (m/dt2)

dan = viskositas zat cair, ibf.s/ft2, nilai C = 0,4 untuk angka Reynold partikel
D

(R ew ) > 1000

Menurut Chen (1994), nilai CD dapat ditentukan dengan kriteria di bawah ini :

500 < R ew < 200.000, maka CD = 0,44


0,1 < R ew < 500, maka :
CD = 18,5. R ew-0,6

Untuk terminal velocity ( Vts ) terhadap ukuran butiran (d50) kemudian

ditemukan menggunakan analisa regresi. Perasaan ini memberikan nilai terminal

velocity. Menurut (Herbich 2000) untuk air tawar, persamaanya menjadi :

138.8 ( d 500.05 )0,926


V ts = . .d50 < 1mm
25.4 x 12

(4)

128.6 ( d 500.01 )0,624


V ts = . .d50 < 1mm
25.4 x 12

Dimana V ts = terminal velocity (m/dt)

d50 = rerata ukuran butiran (mm)

Untuk Rapat relatif didefinisikan sebagai rasio antara berat jenis air dengan

berat jenis butir sedimen. Bilangan ini tak berdimensi dan diberi notasi (s) sebagai

berikut:
S= L(zat cair)/ m(butir) (5)
Dimana : L(zat cair) = rapat massa air
m(butir) = rapat massa butiran sedimen
5. Sifat sedimen
1. Distribusi ukuran butir

Dalam teknik sipil klasifikasi sedimen dibedakan menjadi lempung (clay),

lumpur (Slit), pasir (sand), kerikil (gravel), koral (pebble), atau kerakal (cabbles),

dan batu (boulders). Menurut Wentworth klasifikasi berdasar ukuran butir dapat

disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi ukuran butir sedimen menurut Wentworth

Klasifikasi Diameter partikel (mm)


Sangat besar 4096 2048
Besar 2048 1024
Berangkal
Sedang 1024 512
Kecil 512 256
Besar 256 128
Kerakal
Kecil 128 - 64
Sangat besar 64 32
Kasar 32 16
Koral (Kerikil besar)
Sedang 16 8
Halus 84
Kerikil 4-2
Sangat besar 21
Kasar 1 0,5
Pasir Sedang 0,5 0,25
Halus 0,25 0,125
Sangat Halus 0,125 0,062
Lumpur Kasar 0,062 0,031
Sedang 0,031 0,016
Halus 0,016 0,008
Sangat Halus 0,008 0,004
Kasar 0,004 0,002
Sedang 0,002 0,001
Lempung
Halus 0,001 0,0005
Sangat Halus 0,0005 0,00024
Sumber : Muhammad Arsyad Thaha (2006) Fluidisasi untuk Rekayasa Pemeliharaan
Alur
D. Waduk

1. Pengertian Waduk
Pengertian Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan

untuk berbagai kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia.

Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air

sampai waduk tersebut penuh. Fungsi waduk secara prinsip ialah menampung air saat

debit tinggi untuk di gunakan saat debit rendah. Seperti kontruksi sipil lainnya,

persoalan waduk menyangkut aspek perencanaan operasi, pemeliharaan.

Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah

yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air / musim penghujan

sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air waduk terutama

berasal dari aliran permukaan dtambah dengan air hujan langsung.

Telaga/danau/situ/waduk/embung adalah salah satu sumber air tawar yang

menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia.

Ketersediaan sumberdaya air, sangat mendasar untuk menunjang pengembangan

ekonomi wilayah. Sumber daya air yang terbatas disuatu wilayah mempunyai

implikasi kepada kegiatan pembangunan yang terbatas dan pada akhirnya kegiatan

ekonomipun terbatas sehingga kemakmuran rakyat makin lama tercapai. Air

danau/waduk dapat digunakan untuk berbagai pemanfaatan antara lain sumber baku

air minum air irigasi, pembangkit listrik, penggelontoran, perikanan dsb. Ekosistem
danau memiliki peran penting dalam menjamin kualitas dan kuantitas ketersediaan

air tawar. Danau juga sangat peka terhadap perubahan parameter iklim. Variasi suhu

dan curah hujan misalnya, dapat langsung berpengaruh pada penguapan air, tinggi

permukaan dari volume air, keseimbangan air dan produktivitas biologis perairan

danau.

2. Klasifikasi Waduk

Berdasarkan fungsinya, waduk diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu :

a) Waduk eka guna (single purpose)

Waduk eka guna adalah waduk yang dioperasikan untuk memenuhi satu

kebutuhan saja, misalnya untuk kebutuhan air irigasi, air baku atau PLTA.

Pengoperasian waduk eka guna lebih mudah dibandingkan dengan waduk multi guna

dikarenakan tidak adanya konflik kepentingan di dalam. Pada waduk eka guna

pengoperasian yang dilakukan hanya mempertimbangkan pemenuhan satu

kebutuhan.

b) Waduk multi guna (multi purpose)

Waduk multi guna adalah waduk yang berfungsi untuk memenuhi berbagai

kebutuhan, misalnya waduk untuk memenuhi kebutuhan air, irigasi, air baku dan

PLTA. Kombinasi dari berbagai kebutuhan ini dimaksudkan untuk dapat

mengoptimalkan fungsi waduk dan meningkatkan kelayakan pembangunan suatu

waduk.

3. Perencanaan Waduk

Ada beberapa hal yang di perlukan dalam perencanaan wadukseperti:

a) Data Primer
Data Primer adalah datadata yang diperoleh denganmelakukan percobaan

di lapangan, pengukuran, sampling,serta analisa laboratorium.

b) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data- data yang diperoleh dari instansi instansi.

Setelah memperoleh data data, barulah nantinya adasebuah keputusan layak atau

tidak layaknya lokasi yangakan di bendung.

Karakteristik suatu waduk merupakan bagian pokok dari waduk yaitu

volume hidup (live storage), volume mati (dead storage), tinggi muka air (TMA)

maksimum, TMA minimum, tinggi mercu bangunan pelimpah berdasarkan debit

rencana. Dari karakteristik fisik waduk tersebut didapatkan hubungan antara elevasi

dan volume tampungan yang disebut juga liku kapasitas waduk. Liku kapasitas

tampungan waduk merupakan data yang menggambarkan volume tampungan air di

dalam waduk pada setiap ketinggian muka air.

4.Manfaat Waduk
Manfaat waduk sebagai berikut :
a) Sumber Irigasi
Manfaat paling penting dari sebuah waduk sebenarnya adalah sebagai

sumber irigasi di mana air akan disediakan oleh waduk untuk membantu kebutuhan

pertanian. Waduk akan menyelamatkan pertanian sekalipun ketika musim kemarau

tiba.
b) Mengalirkan Air ke PLTA
Manusia tentu membutuhkan listrik dan waduk dapat menyediakannya

bagi kita di mana aliran air dalam bendungan akan dimanfaatkan oleh Pembangkit

Listrik Tenaga Air atau PLTA untuk menghasilkan listrik. Debit air akan dapat diatur
oleh waduk dengan tekanan tertentu supaya turbin listrik dapat bergerak dan

menghasilkan energi listrik.


c) Menyediakan Air Bersih bagi Penduduk
Tidak hanya sekadar menjadi penyedia air berlebih untuk warga yang

tinggal berada di dekat area waduk, danau buatan juga memiliki air yang bersih

untuk bisa dimanfaatkan oleh para penduduk. Khusus untuk waduk pelayanan, air

yang tersedia dijamin bersih karena sudah melalui proses sterilisasi sehingga

penduduk dapat menggunakannya untuk memasak, mencuci maupun membersihkan

diri.
d) Memberikan Lokasi untuk Budidaya Perikanan
Waduk adalah danau yang akan menyediakan lokasi bagi manusia yang

ingin membudidayakan perikanan. Walau danau buatan, tersedia lahan yang biasanya

dijadikan sebagai tempat keramba jaring apung. Hal ini dapat dimanfaatkan secara

maksimal oleh penduduk yang tinggal di dekat waduk.


e) Tempat Penyediaan Air
Air dalam jumlah banyak akan dapat ditampung oleh waduk, dan oleh

karena itulah waduk bermanfaat sebagai tempat penyediaan atau cadangan air yang

bakal berguna untuk kepentingan pertanian, industri dan rumah tangga. Walau

kemarau datang, warga tidak akan panik dan khawatir akan kekurangan air.

E. Saluran Tertutup

1. Defenisi saluran tertutup

Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang

digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo

1996 : 25). Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan

tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di

dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau
karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa

tidak penuh), aliran temasuk dalam pengaliran terbuka. Karena mempunyai

permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan dalah zat cair. Tekanan dipermukaan

zat cair disepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer.

Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada

pipa adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada

saluran terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga masih ada

rongga yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan aliran

pada saluran terbuka (Kodoatie, 2002: 215). Misalnya aliran air pada gorong-

gorong. Pada kondisi saluran penuh air, desainnya harus mengikuti kaidah aliran

pada pipa, namun bila mana aliran air pada gorong-gorong didesain tidak penuh

maka sifat alirannya adalah sama dengan aliran pada saluran terbuka. Perbedaan

yang lainnya adalah saluran terbuka mempunyai kedalaman air (y), sedangkan pada

pipa kedalam air tersebut ditransformasikan berupa (P/y). Oleh karena itu konsep

analisis aliran pada pipa harus dalam kondisi pipa terisi penuh dengan air.

2. Mekanisme Kerja Pengaliran Dalam Pipa

Menurut steeter V ; dkk. (1988) Pipa pipa yang saling berhubungan yang

menjadi laluan aliran ke suatu lubang keluar tertentu yang dapat datang dari beberapa

rangkaian disebut jaringan pipa, dalam banyak hal analog dengan aliran yang melalui

listrik. Umumnya masalah jaringan pipi adalah rumit dalam memerlukan

penyelesaian coba coba dengan menyeimbangkan rangkaian- rangkaian dasar

secara bergantian sampai semua syarat- syarat aliran dipenuhi.

Syarat syarat berikut harus dipenuhi dalam jaringan pipi adalah :


a. Jumlah aljabar penurunan tekanan seputar tiap rangkaian harus sama dengan nol.
b. Aliran ke tiap titik hubung harus sama dengan aliran yang meninggalkan titik

hubung tersebut.
c. Persamaan Dasrcy- Weisbach, atau rumus gesekan eksponensial yang setara,

harus dipenuhi untuk tiap pipa; yakni hubungan yang sesuai antara kerugian

tinggi tekan dan debit harus dipenuhi untuk tiap pipa.


3. Masuknya Sedimen Ke Dalam Pipa
Penyebab utama mauknya sedimen ke dalam pipa (flushing conduit)

adalah sebagai berikut :


Sedimen masuk melalui lubang isap, yang disebabkan oleh :
a) Tipe lubang yang merupakan bukaan langsung pada dinding pipa flushing conduit

memudahkan sedimen mengalami keruntuhan masuk ke dalam pipa karena berat

sendiri, tekanan hisap dan diameter lubang relatif besar.


b) Aliran arus balik masuk ke dalam pipa melalui lubang isap saat tekanan

dikejutkan dan terjadi fluktuasi. Proses ini terjadi apabila tekanan di dalam pipa

lebih rendah daripada di luar pipa.


4. Prinsip Dasar Transpor Sedimen Dalam Pipa
Menurut (Mardjikoen, 1987) transpor sedimen adalah perpindahan tempat

bahan sedimen granuler (non kohesif) oleh air yang sedang mengalir, dan gerak

umum sedimen adalah searah aliran air.


Transpor sedimen dalam pipa diperlukan dalam bidang pemindahan

endapan lumpur dan pengerukan (dredging). Manfaat sistem ini dalam kedua bidang

tersebut adalah untuk memindahkan sedimen/endapan pada minimum head loss tanpa

pengendapan. Aspek penting dari syistem ini adalah bagaimana memprediksi head

loss dan kecepatan minimum atau kecepatan kritis agar supaya pipa terhindar dari

pengendapan.
Faktor-faktor yang menetukan transpor sedimen adal;ah sebagai berikut
1) Sifat-sifat aliran air (flow characteristics)
2) Sifat-sifat sedimen (flow charasteristics)
3) Pengaruhnya timbal balik antara sifat aliran air dan sifat sedimen (interection)
Dalam desain transpor sedimen dalam Pipa, dua jenis regime aliran yang

dihindari yaitu:

a) Stationary bed regime karena ini tidak akan menghasilkan transpor zat padat

apapun
b) moving bed regime sebab jika dibawah kondisi normal, regime ini menghasilkan

resiko hambatan/penyumbatan pada saliran pipa

Anda mungkin juga menyukai