BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Inhalasi
1. Definisi
Terapi inhalasi adalah terapi dengan pemberian obat secara inhalasi
(hirupan) langsung masuk ke dalam saluran pernapasan. Berbagai jenis
obat seperti antibiotik, mukolitik, anti inflamasi dan bronkodilator sering
digunakan pada terapi inhalasi. Obat asma inhalasi yang memungkinkan
penghantaran obat langsung ke paru-paru, dimana saja dan kapan saja akan
memudahkan pasien mengatasi keluhan sesak napas penderita (Rahajoe,
2008).
Terapi inhalasi adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan berbagai teknik pengobatan, termasuk pengiriman
berbagai obat yang dapat diberikan melalui inhalasi, menargetkan jaringan
paru-paru, sekresi saluran napas dan mikro-organisme di atas, tengah dan /
atau perifer saluran udara (Lannefors, L., 2006).
Terapi Inhalasi merupakan cara yang cepat dan efektif dalam
memberikan obat secara lokal ke paru-paru dan juga untuk administrasi
sistemik agen tertentu, seperti pada kasus asma dan Penyakit Paru
Obstruktif (PPOK) (Schmierer, T. dan Corinne Malica, 2011).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terapi inhalasi merupakan suatu
terapi pada kasus asma dan Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) dengan
pemberian obat secara inhalasi (hirupan) langsung masuk ke dalam saluran
pernapasan.
2. Prinsip dasar Terapi Inhalasi
Prinsip farmakologis terapi inhalasi yang tepat untuk penyakit
sistem respiratori adalah obat dapat mencapai organ target dengan
menghasilkan partikel aerosol berukuran optimal agar terdeposisi di paru-
paru dengan kerja yang cepat, dosis kecil, efek samping yang minimal
karena konsentrasi obat di dalam darah sedikit atau rendah, mudah
digunakan, dan efek terapeutik segera tercapai yang ditunjukkan dengan
adanya perbaikan klinis (Rahajoe, 2008). Agar mendapatkan manfaat obat
4
yang optimal, obat yang diberikan secara inhalasi harus dapat mencapai
tempat kerjanya di dalam saluran napas. Obat inhalasi diberikan dalam
bentuk aerosol, yakni suspensi dalam bentuk gas (Yunus, 1995 dalam
purnamasari, 2012).
3. Tipe alat Inhalasi
masalah ini dan akan lebih baik bila menggunakan MDI dengan
spacer. Sebuah studi menggunakan Accuhaler dan Turbuhaler
menunjukkan bahwa pasien dengan PPOK yang parah sangat kurang
untuk mendapatkan inspiratory rate yang cukup tinggi untuk
mengaktifkan inhaler tersebut, bahkan setelah diberikan instruksi.
Pasien ini lebih mampu menggunakan alat terapi inhalasi bretah-
activated inhalers.
c. Pasien dengan gangguan kognitif
Menurut Mitchel et al (2007) dalam NACA (2008),
ketidakmampuan untuk menutup dengan rapat sekeliling mouthpiece
ketika menggunakan alat terapi inhalasi sendiri, maupun menggunakan
spacer merupakan suatu masalah untuk pasien usia lanjut dengan
gangguan kognitif. Tetapi penggunaan masker spacer (spacer face
mask) bisa menyelesaikan masalah ini. Mereka yang memiliki
gangguan kognitif akan memiliki kesulitan untuk berlatih dalam
menggunakan alat terapi inhalasi setelah dilakukan instruksi tentang
cara penggunaan alat terapi inhalasi (Allen et al, 2003).
d. Faktor lain
Edukasi yang tidak adekuat sangat berhubungan dengan
meningkatnya kemungkinan untuk melakuakn kesalahan dalam
menggunakan alat terapi inhalasi. Edukasi bisa meningkatkan cara
penggunaan alat terapi inhalasi yang benar dan hasil klinis yang lebih
baik. Berbagai bukti yang didapat dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa cara penggunaan alat terapi inhalasi yang benar
dapat ditingkatkan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien
dari pakar kesehatan atau orang lain yang sudah dilatih dengan
mengikuti cara yang benar (Verver et al, 1996).
6. Obat-obatan Inhalasi
9
kortikosteroid
sistemik) pada
orang dewasa
dan anak-anak 50 mcg,
dan lebih tua salmeterol
Flutikason Inhalasi MDI
propionat - Pengobatan sinapoat 25
penyakit paru mcg
obstruktif
kronik pada
orang dewasa
7 Natrium
kromoglikat Alergi makanan
(digabung dengan
pembatasan
Natrium MDI +
makanan); asma; 5 mg Inhalasi
kromoglikat spacer
konjungtivitis
alergi; rinitis
alergi
200 mcg,
Salbutamol laktosa 200 Inhalasi DPI
mg/dosis
12 Terbutalin 0,25
Terbutalin Inhalasi DPI
sulfat mg;0,50/dosis
Asma dan kondisi
lain yang Amp 0,5
Terbutalin Inhalasi Nebulizer
sulfat berkaitan dengan mg/ml
sumbatan jalan
nafas sementara, 1,5 mg,
Terbutalin kelahiran guaifenesin 50 Sirup Oral
sulfat mg/5 ml
prematur
Terbutalin 2,5 mg Tablet Oral
sulfat
12
13 Tiotropium
bromid Terapi
pemeliharaan
obstruksi paru
kronik termasuk Inhalasi DPI
Titropium Br 18 mcg
bronchitis dan
emfisema kronik
dan dispnea yang
menyertainya.
B. Konsep Nebulizer
1. Definisi
Menurut Anail (2016) nebulizer adalah alat yang aman dan efektif
untuk memberikan dosis terapi obat yang diperlukan untuk pasien dalam
bentuk aerosol sehingga langsung menuju ke sistem pernapasan.
a. Indikasi
b. Kontraindikasi
1) Pasien dengan tekanan darah yang tidak stabil atau tekanan darah
yang meningkat.
3. Tujuan
4. Jenis
5. Komplikasi
a. Pusing
b. Tremor
c. Takikardi
d. Mual
e. Mulut kering
f. Bronkospasme
g. Konstipasi
6. Bagian alat
Gambar 2.3 Alat bantu inhalasi nebulizer (a) Masker uap (b) Mouthpiece
16
No Komponen Pelaksanaan
Pengertian
Pemberian inhalasi uap dengan obat menggunakan nebulator
Tujuan
1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan ketika batuk
2. Melonggarkan jalan nafas
Kebijakan
Standar Opreasional Prosedur Tindakan Keperawatan Ruang Dahlia
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2012.
1 Persiapan alat:
1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok
4. Sputum pot tertutup berisi air larutan disinfektan
5. Tissue
6. Spuit 5 cc
7. Aquades
8. Tissue
2 Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
3 Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan sapa naa pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
No Komponen Pelaksanaan
4 Tahap Kerja
a. Menjaga privasi pasien
b. Mengatur pasien dalam posisi duduk
c. Menempatkan meja/troly di depan pasieen yang berisi set
nebulizer
d. Memastikan alat dpat berfungsi dengan baik
e. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
f. Memasukan obat bronkodilator sesuai dosis
g. Memasang masker pada pasien
18