Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN CA. SERVIX

OLEH:

NI GUSTI AYU YOGI SWARI

P07120015054

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D III KEPERAWATAN

2017
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN CA. SERVIX

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker leher rahim
adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang
merupakan bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Pada penderita kanker serviks terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh
secara terus-menerus yang tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak
berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat berfungsi
dengan baik (Sarwono, 2006).
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari
metaplasia epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan
mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan
kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya
antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim
biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker
leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju
ke rahim.
Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel
epitel skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan
yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyebab
utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Saat
ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 di
antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus
risiko rendah jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat
virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat
menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya
HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV risiko tinggi
yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 7,16, 18, 31, 33,
35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa
tipe yang lain. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90%
kanker leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Yang membedakan antara
HPV risiko tinggi dengan HPV risiko rendah adalah satu asam amino saja.
Asam amino tersebut adalah aspartat pada HPV risiko tinggi dan glisin pada
HPV risiko rendah dan sedang.
Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50%
kanker leher rahim. Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16 memiliki
resiko kemungkinan terkena kanker leher rahim sebesar 5%. Dinyatakan pula
bahwa tidak terdapat perbedaan probabilitas terjadinya kanker serviks pada
infeksi HPV-16 dan infeksi HPV-18 baik secara sendiri-sendiri maupun
bersamaan. Akan tetapi sifat onkogenik HPV-18 lebih tinggi daripada HPV-
16 yang dibuktikan pada sel kultur dimana transformasi HPV-18 adalah 5 kali
lebih besar dibandingkan dengan HPV-16.

2. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka
akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat
jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker
serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu :
a. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16, 18.
1) Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
2) Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi
karsinoma pada kondilom akuminata.
3) Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
4) DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
b. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
c. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18
tahun).
d. Berganti - ganti pasangan seksual
e. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama
pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita yang menderita kanker serviks.
f. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran.
g. Pemakaian Pil KB
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang, yaitu lebih dari lima
tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan
resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
h. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun
i. Golongan ekonomi lemah
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara
rutin dan pendidikan yang rendah.
( Dr imam Rasjidi, 2010 )
3. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda dini kanker serviks kebanyakan tidak menimbulkan gejala. Akan
tetapi, dalam perjalanannya akan menimbulkan gejala seperti:
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan
nekrosis jaringan.
b. Perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III)
c. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)
d. Perdarahan spontan saat defekasi
e. Perdarahan spontan pervaginam
Pada tahap lanjut keluhan berupa:
a. Cairan pervaginam berbau busuk
b. Nyeri panggul
c. Nyeri pinggang dan pinggul
d. Sering berkemih
e. Buang air kecil atau besar yang sakit
f. Gejala penyakit yang redidif
g. Anemi akibat perdarahan berulang
h. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf

4. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan
yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu
makan( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah
dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi
kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien
dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit
yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan
dengan kematian.
(Price, syivia Anderson, 2005)
5. Pathway /WOC
Terlampir
6. Klasifikasi
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri dengan tingkat
kriteria :
Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak
terdapat bukti invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses
terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak
dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak
terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik
menunjukkan invasi serviks uteri.
Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga
mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para
servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih
bebas dari infiltrate tumor.
Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum
sampai pada dinding panggul.
Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah
meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe
yang teraba tidak merata pada dinding panggul. Urogram IV
menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina,
sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding
panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada tingkatan klinik I dan II,
tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau kandung kemih (dibuktikan
secara histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar paanggul atau
ketempat - tempat yang jauh.
Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
( Dr Imam Rasjidi, 2010 )
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
2) Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
3) Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
4) Raut wajah pucat
5) Kelemahan pada pasien
6) Keringat dingin
7) Posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen
b. Palpasi
1) Nyeri tekan abdominal
2) Perubahan denyut nadi
3) Peningkatan suhu tubuh
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher
rahim sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada
pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada
sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai
dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan
aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap
smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat
mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim secara akurat dan
dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker
leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang
telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur
yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut
menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap
smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap
smear adalah sebagai berikut :
1) Normal
2) Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
3) Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
4) Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling
luar)
5) Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang
lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
Kategorisasi diagnosis deskriptif Pap smear berdasarkan sistem Bethesda

b. Pemeriksaan DNA HPV


Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan
Pap smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam
skala besar mendapatkan bahwa Pap smear negatif disertai DNA HPV
yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir
100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur
di atas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan
waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya
31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun
atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda
yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan
waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditentukan
kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila hal ini
dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi
peningkatan risiko kanker serviks.
c. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,
merupa kan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher
rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti
area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap
tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
d. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear
menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk
melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch
biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang
menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang
ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal.
Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau
hanya tumor saja.
e. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap
smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan
kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal.
f. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel
serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena
tidak ada glikogen.
g. Radiologi
1) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya
gangguan pada saluran pelvik atau peroartik limfe.
2) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker
serviks tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi
pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan
untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi
sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan
sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT
abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari
tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional.

9. Diagnosis / Kriteria Diagnosis


Interpretasi sitologi yang dapat menunjang diagnosis kanker serviks :
a. Hasil pemeriksaan negatif
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun
lagi.
b. Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik. Tidak
ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel.
Ulangi pemeriksaan sitologi setelah dilakukan pengobatan radang dan
sebagainya.
c. Displasia
Terdapat sel - sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat
ringan, sedang, sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi dengan
kolposkopi dan biopsi. Dilakukan penangan lebih lanjut dan harus
diamati minimal 6 bulan berikutnya.
d. Hasil pemeriksaan positif
Terdapat sel - sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan
mikroskopik. Harus dilakukan biopsi untuk memperkuat diagnosis.
Penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan seorang ahli
onkologi.

10. Penatalaksanaan Medis


Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la
njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim
tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan
umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah
biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah
yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan),
kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk
menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih
bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan
untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan
selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita
tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung
menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah
tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi
adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat
uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya
dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur
pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit
jantung, ginjal dan hepar.
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda
radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan
kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker
serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke
kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan
sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum,
vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada
stadium I sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga
panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara
selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati
kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada
radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel
kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal
dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah
sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama
5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat
radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke
dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu
penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa
kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah
iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum dan
ovarium berhenti berfungsi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada
jenis kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker
mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh
dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin
hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut
pengobatan adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin
sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi
digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang
lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk
penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal
belum memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang
digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
(Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble
Bleomycin) dan lain lain.

11. Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat
menurun yang berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik
pembedahan tersebut. Komplikasi tersebut meliputi: fistula uretra, disfungsi
kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelvis, obstruksi usus
besar dan fistula rektovaginal.
Komplikasi yang dialami segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit,
sistitis radiasi dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung
pada kombinasi obat yang digunakan. Masalah efek samping yang sering
terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena penggunaan
kemoterapi yang mengandung sisplatin.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien Penanggung / Suami
Nama : Nama :
Umur : Umur :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Status Perkawinan : Alamat :
Agama :
Suku :
Alamat :
No. CM :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
Sumber Informasi :

b. Alasan Dirawat
1) Alasan MRS
2) Keluhan saat dikaji
c. Riwayat Obstertri dan Ginekologi
1) Riwayat menstruasi :
Menarche : Umur ..... Siklus teratur ( ) tidak ( )
Banyaknya : ................ Lamanya : .......................
Keluhan : ................
HPHT : ................
2) Riwayat pernikahan :
Menikah : ................ Lama : ................. tahun
3) Riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu
4) Riwayat Keluarga Berencana
Akseptor KB : jenis .............. Lama : ...................
Masalah : .....................
Rencana KB : .....................
d. Pola Fungsional Kesehatan
1) Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
2) Pola Metabolik-Nutrisi
3) Pola Eliminasi
4) Pola Aktivitas-Latihan
5) Pola Istirahat-Tidur
6) Pola Persepsi-Kognitif
7) Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
8) Pola Hubungan-Peran
9) Pola Reproduktif-Seksualitas
10) Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping
11) Pola Keyakinan-Nilai
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
GCS : .....................
Tingkat Kesadaran : .....................
Tanda-tanda vital : TD ........... N ......... RR .......... T ...........
BB : ..................... TB : .......... LILA : ..............
Head to toe
1) Kepala Wajah
o Inspeksi
o Palpasi
2) Leher
o Inspeksi
o Palpasi
3) Dada
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
4) Abdomen
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
o Palpasi
5) Genetalia
o Kebersihan
o Keputihan
6) Perineum dan anus
o Perineum
o Hemoroid
7) Ekstremitas atas
o Oedema
o Varises
o CRT
Ekstremitas bawah
o Oedema
o Varises
o CRT
o Pemeriksaan Reflek
f. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan radiologik
g. Diagnosa Medis
-
h. Pengobatan
-
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d penekanan sel kanker pada syaraf pada tekanan intrapelvik
dan tekanan inta abdomen
b. Ketidakseimbangan nutrisi b.d mual muntah karena proses ekstrenal
radiologi
c. Resiko infeksi. d.b pengeluaran pervaginam(darah, keputihan)
d. Ansietas b.d berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
prosedur pengobatan
e. Gangguan integritas kulit b.d efek dari prosedur pengobatan
f. Resiko injuri b.d kelemahan dan kelelahan
g. Gangguan pola seksual b.d perubahan fungsi tubuh akibat terkena
penyakit kanker serviks
h. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik b.d perdarahan pervaginam
i. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
j. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif
k. Gangguan citra tubuh b.d tahapan perkembangan penyakit dan terapi
penyakit

3. Rencana Asuhan Keperawatan

NO DIAGNOS TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


A KRITERIA HASIL
KEPERWAT
AN
1. Nyeri b.d Setelah dilakukan Pain management Pain
penekenan tindakan asuhan 1. Kaji riwayat nyeri, management
sel kanker keperawatan selama lokasi, frekuensi, 1. Mengetahui
pada syaraf 3x24 jam diharapkan durasi, intensitas, tingkat nyeri
pada nyeri klien hilang atau dan skala nyeri klien dan
tekanan berkurang. 2. Observasi reaksi menentukan
intrapelvik NOC: non verbal dari tindakan
dan tekanan Pain control ketidaknyamanan yang akan
intraabdome Comfort level 3. Gunakan teknik dilakukan
n Kritera hasil: komunikasi selanjutnya
a. Klien terapiutik untuk 2. Untuk
mengatakan menegetahui mengetahui
nyeri hilang pengalaman nyeri tingkat nyeri
atau berkurang pasien dn ekspresi
b. Ekspresi wajah 4. Kontrol wjaah pasien
rileks lingkungan yang 3. Agar pasien
c. Pasien tampak dapat terbuka dan
tenang tidak mempengaruhi menyampaik
gelisah nyeri seperti suhu an masalah
d. Tanda-tanda ruangan, yang diderita
vital dalam pencahayaan dan 4. Mengurangi
batas normal kebisingan rasa nyeri
Nadi(60- 5. Pilih dan lakukan 5. Untuk
100x/mnt), penanganan membuat
pernapasan nyeri(farmakologi, eadaan
normal(16- non farmakologi pasien lebih
24x/mnt), dan interpersonal) baik dan
TD( 100-140 6. Berikan tindakan nyaman
mmHg/60-90 kenyamanan dasar 6. Untuk
mmHg), suhu yaitu relaksasi, memberikan
normal(36,5- distraksi, penanganan
37,50c) imajinasi, yang paling
e. Pasien dapat message. baik dalam
melakukan 7. Awasi dan pantau mengatasi
teknik relaksasi TTV nyeri
dan distraksi 8. Berikan posisi 7. Mengetahui
dengan tepat yang nyaman tanda
sesuai dengan 9. Evaluasi kegawatan
indikasiuntuk keefektifan kontrol 8. Memberikan
mengontrol nyeri rasa nyaman
nyeri 10. Kolaborasi dan
pemberian membantu
analgetik mengurangi
rasa nyeri
9. Mengontrol
nyeri
maksimum
10. Menentukan
intervensi
selanjutnya
2 Ketidakseim Setelah dilakukan Nutrition Nutrition
bangan tindakan asuhan Management Management
nutrisi b.d keperawatan selama 1. Kaji adanya 1. Untuk
mual 3x24 jam diharapkan alergi dan mengetahui
muntah status nutrisi klien status nutrisi adanya
karena dapat dipertahankan klien alergi dan
proses untuk memenuhi 2. Kolaborasi status
ekstrenal kebutuhan tubuh. dengan ahli nutrisi
radiologi NOC: gizi untuk 2. Untuk
Nutritional status: menentukan menentuka
food and fluid intake jumlah kalori n jumlah
Nutritional status: dan nutrisi kalori dan
nutrient intake
yang diutuhkan nutrisi yang
Weight control
pasien dibutuhkan
Kriteria hasil:
3. Ukur badan pasien
a. Pasien
setiap hari atau 3. Memantau
menghabiskan 1
sesuai indikasi peningkata
porsi makanan
4. Beritahu klien kan BB
yang disedikan
untuk makan 4. Kebutuhan
b. Berat badan
makanan tinggi jaringan
klien normal
kalori, kaya metabolic
c. Hasil Hb dalam
protein dan adequate
batas normal
tetap sesuai oleh nutrsi
d. Pasien
diet(rendah 5. Identifikasi
menunjukan
garam) defisiensi
peningkatan
5. Pantau nutrisi
nafsu makan
masukan 6. Agar nutrisi
e. Tidak terjadi
makanan setiap terpenuhi
mual atau
hari
muntah
6. Anjurkan
f. Pasien tidak
pasien makan
tampak pucat
sedikit tapi
atau lemas
sering
g. Tidak ada tanda
tanda mal Nutrition Monitoring
nutrisi 1. Monitoring
lingkungan
selama makan
2. Monitor mual
dan muntah
3. Monitor kalori Nutrition
dan intake Monitoring
nutrisi 1. Untuk
menegetah
ui
kenyamana
n pasien
selama
makan
2. Untuk
mengtahui
kemampua
n pasien
selama
makan
dalam
mencerna
makananya
3. Untuk
mengetahui
klori dan
intake
nutrisi
3 Risiko Setelah dilakukan Infection Control Infection Control
infeksi. b.d tindakan asuhan 1. Kaji adanya 1. Mengurangi
pengeluaran keperawatan selama infeksi terjadinya
pervaginam( 3x24 jam diharapkan disekitar area infeksi
darah, klien tidak mengalami serviks 2. Agar tidak
keputihan) penyebaran infeksi dan 2. Tekankan pada terjadi
dapat menjaga diri dari pentingnya penyebaran
infeksi. personal infeksi
NOC: hygene 3. Mencegah
Imunne Status 3. Pantau tanda terjadinya
Knowledge: tanda vital infeksi
Infection control terutama suhu 4. Membantu
Risk control
4. Berikan mempercepat
Kriteria hasil:
perawatan penyembuha
a. Tidak ada
dengan prinsip n
tanda-tanda
aseptic dan 5. Mencegah
infeksi pada
antiseptic terjadinya
area sekitar
5. Tempatkan infeksi
serviks( kalor,
klien pada 6. Meminimalis
rubor, dolor,
lingkungan i infeksi
tumor, fungsio
yang terhindar 7. Mencegah
laesia)
dari infeksi terjadiny
b. Tanda-tanda
6. Kolaborasi infeksi silang
vital dalam
pemberian obat 8. Untuk
batas normal
antibiotic meminimalis
Nadi(60-
7. Bersihkan asi terjadinya
100x/mnt),
lingkungan infesi silang
pernapasan
setelah dipakai 9. Untuk
normal(16-
pasien mencegah
24x/mnt),
8. Batasi terjadinya
TD( 100-140
pengunjung infeksi silang
mmHg/60-90
bila perlu antara pasien
mmHg), suhu
9. Instruksikan dan
normal(36,5-
pada pengunjung
37,50c)
pengunjung 10. Untuk
c. Nilai WBC (sel
untuk mencegah
darah putih)
dalam batas mencucui infeksi silang
normal yaitu 4- tangan saat 11. Untuk
9 103/uL berkunjung meminimalis
d. Menunjukan dan setelah asi infeksi
perilaku hidup selesei silang dan
sehat berkunjung alat
10. Cuci tangan perlindungan
setiap sebelum diri
dan sesuadah 12. Untuk
melakukan menurunkan
tindakan infksi
keperawatan kandung
11. Gunakan baju, kencing
sarung tangan 13. Untuk
sebagai alat mengetahui
pelindung tanda dan
12. Gunakan gejala
kateter sistemik
intermiten lokal
untuk 14. Untuk
menurunkn mengetahui
infeksi kadar
kandung granulosit,
kencing leukosit
13. Monitor tanda 15. Untuk
dan gejala menentukan
sistemik lokal intervensi
14. Monitor selanjutnya
perhitungan agar infeksi
granulosit, tidak lebih
leukosit parah lagi
15. Laporkan
kultur positif
4 Ansietas b.d Setelah dilakukan Anxiety Reduction Anxiety Reduction
berhubunga tindakan asuhan
n dengan keperawatan selama 1. Bantu klien 1. Memberikan
kurang 3x24 jam diharapkan untuk kesempatan
pengetahuan kecemasan klien hilang mengungkapka untuk
tentang atau berkurang. n pikiran dan mengungkap
prosedur NOC: perasaannya kan
pengobatan Anxiety self-control 2. Berikan ketakutannya
Anxiety level lingkungan 2. Membantu
Coping terbuka dimana mengurangi
Criteria hasil: klien merasa kecemasan
a. Klien aman untuk 3. Meningkatka
mengatakan mendiskusikan n
perasaan perasaan atau kepercayaan
cemasnya menolak untuk klien
hilang atau bicara 4. Meningkatka
berkurang 3. Pertahankan n
b. Terciptanya bentuk sering kemampuan
lingkungan bicara dengan control cmas
yang aman dan klien. 5. Mengurangi
nyaman bagi 4. Bantu klien kecemasan
klien atau orang
c. Klien tampak terdekat dalam
rileks dan mengenali dan
senang karena mengklarifikas
mendapat i rasa takut.
perhatian 5. Berikan
d. Keluarga atau informasi yang
orang terdekat akurat,
dapat mengenali konsisten
dan mengenai
mengklarifikasi prognosis,
rasa takut yang pengobatan
timbul dari serta dukungan
klien orang terdekat
e. Klien mendapat
informasi yang
akurat
,pengobatan dan
pasien
mendapat
dukungan dari
orang terdekat

5 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji integritas 1. Mengetahui


integritas tindakan asuhan kulit keadaan
kulit b.d keperawatan selama 2. Inspeksi kulit umum kulit
efek dari 3x24 jam diharapkan yang diradiasi 2. Mengetahui
prosedur klien tidak menglami 3. Bersihkan keadaan
pengobatan kerusakan integritas daerah yang umum kulit
kulit. terbuka dengan 3. Meminimalk
NOC : air. an penyebarn
Integritas Jaringan : Pengeringan infeksi
Kulit dan Membran dengan udara 4. Menghindari
Mukosa atau ditepuk iritas ang
Criteria hasil: 4. Instruksikan semakin
a. Elastisitas tidak pasien untuk parah
terganggu tidak 5. Efek
b. Hidrasi tidak
mencukur kulit kemerahan
terganggu
yang iritasi dapat terjadi
c. Tidak berkeringat
d. Tekstur tidak 5. Bantu klien pada terapi
terganggu untuk radiasi
e. Integritas kulit menghindari 6. Mempertaha
tidak terganggu menggaruk nkan
f. Lesi pada kulit
kulit kebersihan
tidak ada 6. Mandikan kulit tanpa
g. Pengelupasan kulit
dengan air mengiritasi
tidak ada
hangat dan kulit
sabun ringan 7. Membantu
7. Bantu klien menghindari
untuk trauma kulit
menghindari 8. Efek
menggaruk kemerahan
kulit dapat terjadi
8. Tinjau protocol pada terapi
perawatan kulit radiasi
untuk klien 9. Meningkatka
yang mendapat n sirkulasi
terapi radiasi dan
9. Anjurkan mencegah
memakai tekanan pada
pakaian yang kulit
lembut dan
longgar,
biarkan klien
tidak
menggunakan
bra bila
menimbulkan
tekanan

6 Risiko injuri Setelah dilakukan Injury Control Injury Control


b.d tindakan asuhan 1. Instruksikan 1. Membantu
kelemahan keperawatan selama dan bantu mengurangi
dan 3x24 jam diharapkan dalam kelelahan
kelelahan klien tidak mengalami mobilitas 2. Membantu
cedera atau injuri. secara tepat klien untuk
NOC : 2. Anjurkan melakukan
Risk Injury untuk kegiatan
Criteria hasil: berpegangan 3. Membantu
a. Klien dapat tangan atau mempercepat
meningkatkan minta bantuan penyembuha
keamanan pada keluarga n
ambulansi dalam
b. Klien mampu melakukan
menjaga suatu kegiatan
keseimbangan 3. Pertahankan
tubuh ketika posisi tubuh
akan melakukan tepat dengan
aktivitas dukungan alat
c. Klien mampu bantuan
meningkatkan
fungsi
fungsional pada
ekstremitas
7 Gangguan Setelah dilakukan 1. Citakan 1. Pedoman
pola seksual tindakan asuhan hubungan antisipasi
b.d keperawatan selama terapeutik atas dapat
perubahan 3x24 jam diharapkan dasar saling membantu
fungsi tubuh klien mampu percaya, saling klien
akibat mempertahankan memahami dan memeneuhi
terkena aktivitas seksual pasien berikan proses
penyakit tetap adekuat pada kepecayaan adaptasi pada
kanker tingkat yang sesui diri kepada keadaan yang
serviks dengan kondisi klien baru
fisiologis tubuhnya. 2. Dengerkan 2. Masalah
Sexual control pernyataan seksualitas
Criteria hasil: klien atau seringkali
a. Klien mampu orang terdekat menjadi
memahami 3. Informasikan masalah yang
tentang arti kepada klien tersembunyi
seksualitas tentang efek yang
b. Klien mampu
dari proses seringkali
mengungkapka
penyakit tidak
n
kanker serviks diungkapkan
pemahamannya
yang dengan
tentang efek
dialaminya gamblang
kanker serviks
terhadap fungsi 3. Pedoman
yang
seksualnya antisipasi
dialaminya
termasuk dapat
terhadap fungsi
didalamnya membantu
seksualnya
efek samping klien
c. Klien mampu
dari beradaptasi
mendiskusikan
pengobatan 4. Meningkatka
masalah tentang
kanker yang n diskusi
gambaran diri,
akan dijalani untuk
perubahan
4. Diskusikan menemukan
fungsi seksual
alternative pemecahan
dan hasrat
ekspresi masalah
seksual dengan
seksual yang 5. Komunikasi
orang terdekat
dapat diberikan terbuka dapat
yang
kepada klien membantu
dialaminya
sesuai dengan dalam
kebutuhan mengidentifi
5. Dorong klien kasi masalah
untuk berbagi dan
pikiran dengan meningkatka
orang terdekat n diskusi
6. Libatkan untuk
pasangan menemukan
dalam diskusi pemecahan
masalah
6. Membantu
memudahkan
untuk
mengambil
intervensi
selanjutnya
8 Resiko Setelah dilakukan Shock Prevention: Shock Prevention:
tinggi tindakan asuhan 1. Kaji tanda 1. Mengetahui
terjadinya keperawatan selama terjadnya syok penyebab
syok 3x24 jam diharapkan 2. Observasi KU terjadinya
hipovolemik syok klien berkurang 3. Observasi TTV syok
b.d atau tidak terjadi syok. 4. Monitor tanda 2. Memantau
perdarahan NOC: pendarahan kondisi klien
pervaginam Shock Severity 5. Cek Hb dan selama masa
Criteria hasil: hematokrit perawatan
a. Klien tidak terutama
mengalami pada saat
penurunan terjadi
kesadaran pendarahan
b. Klien tidak hingga
mengalami diketahui
anemia terjadi
c. Tanda-tanda adanya tanda
vital dalam syok
batas normal 3. TTV normal
d. Klien tidak menandakan
tampak pucat keadaan
umum pasien
baik
4. Perdarahan
data diatasi
sehingga
klien
tidaksampai
syok
5. Untuk
mengetahui
tingkat
kebocoran
pembuluh
darah pada
klien sebagai
acuan untuk
melakukan
tindakan
lebih lanjut.

10. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Monitor respon 1. Untuk mengetahui


aktivitas b.d asuhan keperawatan fisik , emosi , keadaan umum
kelemahan selama 1 x 24 jam sosial dan spiritual pasien
umum dengan 2. Bantu klien ntuk 2. Mempermudahka
mempertahankan ADL membuat jadwal n pasien dalam
pasien latihan diwaktu melakukan latihan
luang 3. Untuk
NOC:
3. Bantu untuk mempermudahkan
Activity therapy mengidentifikasi pasien dalam
aktifitas yang mengidentifikasi
Endurance
disukai 4. Memfasilitasi
Psychomotor Energy 4. Bantu klien untuk pasien dalam
Dengan Kriteria hasil : mengidentifikasi mengidentifikasi
aktivitas yang aktivitas yang
1. mampu melakukan
mampu dilakukan mampu
aktivitas sehari - hari
dilakukanmasalah
( ADLs) secara 5. Bant pasien untuk
aktivitasya
mandiri mengembangkan
5. Untuk
2. berpartisipasi dalam motivasi diri dan
membangkitkan
aktivitas fisik tanpa penguatan
semangat pasien
disertai peningkatan 6. Bantu pasien untuk dalam
tekanan darah , nadi memilih aktivitas mempercepat
dan Respirasi konsisten yang kesembuhannya.
3. Memulihkan energy sesuai dengan 6. Untuk
saat istirahat kemampuan mempercepat
4. Mempertahankan 7. Kolaborasikan kesembuhan
daya tahan otot dengan tenaga pasien
ektremitas atas .rehabilitasi
5. Menunjukkan medik / fisioterapi 7. Untuk
tingkat energy yang dalam mempermudah
stabil merencanakan pasien dalam
program terapi melakukan
a.
yang tepat. aktivitas secara
mandiri dengan
tepat

11. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor status 1. Mengetahui


kekurangan asuhan keperawatan cairan keadaan
volume selama 1 x 24 jam 2. Pertahankan umum pasien
cairan b.d dengan catatan intake 2. Mencegah
kehilangan mempertahankan dan output pasien agar
volume kebutuhan cairan pasien yang akurat tidak dehidrasi
cairan aktif dan pasien tidak 3. Monitor status 3. Mengetahui
dehidrasi hidrasi keadaan
(kelembaban pasien dalam
NOC:
membran keseimbangan
Fluid balance mukosa , nadi cairan
adekuat 4. Untuk
Hydration
,tekanan darah mengetahui
Nutrional Status : Food
and fluid intake ortostatik ) keadaan
4. Monitor vital umum pasien
Dengan criteria hasil :
sign 5. Mengetahui
1. Mempertahankan 5. Monitor intake input
urine output sesuai masukan dan output
dengan usia dan makanan / nutrisi pasien
BB, BJ urine cairan dan 6. Mengetahui
normal , HT normal hitung intake BB pasien
kalori harian 7. Mencegah
2. Tekanan darah ,
6. Monitor status penurunan BB
nadi , suhu tubuh
nutrisi pasien dan
dalam batas normal
7. Dorong kebutuhan
3. Tidak ada tanda keluarga untuk cairannya
tanda dehidrasi, membantu 8. Mencegah
elastisitas turgor pasien makan kekurangan
baik, 8. Persiapkan cairan dan
untuk transfusi agar pasien
4. Membrane mukosa
9. Kolaborasikan tidak lemas
lembab, tidak ada
dalam 9. Meningkatkan
rasa haus yang
pemberian status
berlebihan
cairan IV kebutuhan
cairan pasien

12. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji secara verbal 1. Untuk mengetahui


citra tubuh asuhan keperawatan dan non verbal keadaan pasien
b.d tahapan selama 1 x 24 jam terhadap tubuhnya dalam menerima
perkembang dengan meningkatkan 2. Jelaskan tentang penyakitnya
an penyakit citra tubuh pasien pengobatan , 2. Mempermudah
dan terapi perawatan , pasien untuk
NOC:
penyakit kemajuan dan penerimaan
Body image prognosis penyakit penyakitnya
3. Dorong klien 3. Meningkatkan
Self esteem
untuk kepercayaan diri
Dengan criteria hasil: Mengungkapkan pasien terhadap
perasaanyan tubuhya
1. Body image positif
4. Fasilitasi kontak 4. Meningkatkan
2. Mampu antara pasien interaksi dan
mengidentifikasi dengan keluarga komunikasi
kekuatan personal pasien dengan
keluarga
3. Mempertahankan
interaksi social

C. Daftar Pustaka
Emilia, Ova, dkk, 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: MedPress.

Nurwijaya, Hartati, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex
Media Komputindo

Nanda Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-


2017 Edisi 10. Jakarta : EGC

NIC. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Yogyakarta:


Moco Media

NOC. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima. Yogyakarta:


Moco Media

Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta :


EGC
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3.
Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima


Medika

Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :


EGC

Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Ausculapius

............................ , .......................................... 2016


Nama Pembimbing / CI Nama Mahasiswa

Ni Gusti Ayu Yogi Swari


NIP. NIM. P07120015054

Nama Pembimbing / CT
NIP

Anda mungkin juga menyukai