Anda di halaman 1dari 45

1

AIN FITRAH AN
1102014008

LI.1. Memahami dan menjelaskan Ca Serviks

LO.1.1. Memahami dan menjelaskan Definisi Ca Serviks

Kanker serviks adalah keganasan primer dari serviks uteri (kanalis servikalis dan atau
porsio). Jenis yang paling umum adalah jenis epitelias squamous, adenoma, dan jenis
campuran.

LO.1.2. Memahami dan menjelaskan Etiologi Ca Serviks

Infeksi HPV (Human Papilloma Virus) resiko tinggi merupakan faktor etiologi kanker
serviks. Pendapat ini juga ditunjang oleh berbagai macam penelitian. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer
(IARC) terdapat 1.000 sampel dari 22 negara serta didapatkan adanya infeksi HPV pada
sejumlah 99,7% kasus kanker serviks. Penelitian meta-analisis yang meliputi 10.000
kasus didapatkan 8 tipe HPV yang banyak ditemukan, yaitu tipe 16, 18, 45, 31, 33, 52, 58
dan 35. Penelitian kasus kontrol dengan 2.500 kasus karsinoma serviks dan 2.500
perempuan yang tidak menderita kanker serviks sebagai kontrol, deteksi infeksi HPV
pada penelitian tersebut dengan pemeriksaan PCR. Total prevalensi infeksi HPV pada
penderita kanker serviks jenis karsinoma sel skuamosa adalah 94,1%. Prevalensi infeksi
HPV pada penderita kanker serviks jenis adenokarsinoma dan adenoskuamosa adalah
93%. Penelitian pada NIS II atau III mendapatkan infeksi HPV yang didominasi ole tipe
16 dan 18. Progresifitas menjadi NIS II atau III setelah menderita HPV berkisar 2 tahun.
(Andrijono, 2007)

HPV merupakan kelompok virus dari family Papovaviridae. Berukuran kecil, tidak
memiliki envelope, dengan diameter sekitar 55 nm. Kapsid berbentuk isohedral, yang
2

tersusun atas 72 kapsomer. Setiap kapsomer mengandung minimal 2 protein kapsid, L1


(protein kapsid mayor) dan L2 (protein kapsid minor). (Eileen M. Burd, 2003)

HPV dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, kelompok resiko rendah dengan


kelompok resiko tinggi. Kelompok resiko rendah terdiri atas HPV tipe 6, 11, 42, 43 dan
44. Sedangkan kelompok resiko tinggi terdiri atas HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51,
52, 56 dan 58. (Andrijono, 2007)

Faktor Resiko

Faktor Risiko yang Telah Dibuktikan

Hubungan Seksual

Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual.


Beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan
risiko penyakit ini. (Iman Rasidji, 2009)

Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita dengan partner seksual yang banyak dan wanita
yang memulai hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko terkena
kanker serviks. Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia
dewasa maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko
terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat pertama berhubungan
maupun jumlah partner seksual, adalah faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks.
(Iman Rasidji, 2009)
3

Karakteristik Partner

Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi sekarang hanya


dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus kontrol menunjukkan bahwa
pasien dengan kanker serviks lebih sering menjalani seks aktif dengan partner yang
melakukan seks berulang kali. Selain itu, partner dari pria dengan kanker penis atau
partner dari pria yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan
risiko kanker serviks. tidak tepat dapat pula meningkatkan risiko. (Iman Rasidji, 2009)

Riwayat Ginekologis

Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi risiko kanker serviks,
hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen persalinan yang tidak tepat
dapat meningkatkan resiko. (Iman Rasidji, 2009)

Dietilstilbesterol (DES)

Hubungan antara clear cell adenocarcinoma serviks dan paparan DES in-utero telah
dibuktikan. (Iman Rasidji, 2009)

Agen Infeksius

Mutagen pada umumnya berasal dari agen-agen yang ditularkan melalui hubungan
seksual seperti Human Papilloma Virus (HPV) dan Herpes Simpleks Virus Tipe 2 (HSV
2). (Benedet 1998; Nuranna 2005)

Human Papilloma Virus (HPV)

Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa Human Papilloma Virus (HPV)
sebagai penyebab neoplasia servikal. Karsinogenesis pada kanker serviks sudah dimulai
sejak seseorang terinfeksi HPV yang merupakan faktor inisiator dari kanker serviks yang
menyebabkan terjadinya gangguan sel serviks. (Iman Rasidji, 2009)

Ada bukti lain yaitu onkogenitas virus papiloma hewan; hubungan infeksi HPV serviks
dengan kondiloma dan atipik koilositotik yang menunjukkan displasia ringan atau
sedang; serta deteksi antigen HPV dan DNA dengan lesi servikal. (Iman Rasidji, 2009)

HPV tipe 6 dan 11 berhubungan erat dengan diplasia ringan yang sering regresi. HPV tipe
16 dan 18 dihubungkan dengan diplasia berat yang jarang regresi dan seringkali progresif
menjadi karsinoma insitu. Infeksi Human Papilloma Virus persisten dapat berkembang
menjadi neoplasia intraepitel serviks (NIS). (Iman Rasidji, 2009)

Seorang wanita dengan seksual aktif dapat terinfeksi oleh HPV risiko-tinggi dan 80%
akan menjadi transien dan tidak akan berkembang menjadi NIS. HPV akan hilang dalam
waktu 6-8 bulan. Dalam hal ini, respons antibodi terhadap HPV risiko-tinggi yang
4

berperan. Dua puluh persen sisanya berkembang menjadi NID dan sebagian besar, yaitu
80%, virus menghilang, kemudian lesi juga menghilang. Oleh karena itu, yang berperan
adalah cytotoxic T-cell. Sebanyak 20% dari yang terinfeksi virus tidak menghilang dan
terjadi infeksi yang persisten. NIS akan bertahan atau NIS 1 akan berkembang menjadi
NIS 3, dan pada akhirnya sebagiannya lagi menjadi kanker invasif. HPV risiko rendah
tidak berkembang menjadi NIS 3 atau kanker invasif, tetapi menjadi NIS 1 dan beberapa
menjadi NIS 2. Infeksi HPV risiko-rendah sendirian tidak pernah ditemukan pada NIS 3
atau karsinoma invasif. (Iman Rasidji, 2009)

Berdasarkan hasil program skrining berbasis populasi di Belanda, interval antara NIS 1
dan kanker invasif diperkirakan 12,7 tahun dan kalau dihitung dari infeksi HPV risiko-
tinggi sampai terjadinya kanker adalah 15 tahun. Waktu yang panjang ini, di samping
terkait dengan infeksi HPV risiko-tinggi persisten dan faktor imunologi (respons HPV-
specific T-cell, presentasi antigen), juga diperlukan untuk terjadinya perubahan genom
dari sel yang terinfeksi. Dalam hal, ini faktor onkogen E6 dan E7 dari HPV berperan
dalam ketidakstabilan genetik sehingga terjadi perubahan fenotipe ganas. (Iman Rasidji,
2009)

Oncoprotein E6 dan E7 yang berasal dari HPV merupakan penyebab terjadinya


degenerasi keganasan. Oncoprotein E6 akan mengikat p53 sehingga TSG p53 akan
kehilangan fungsinya. Sementara itu, oncoprotein E7 akan mengikat TSG Rb. Ikatan ini
menyebabkan terlepasnya E2F yang merupakan faktor transkripsi sehingga siklus sel
berjalan tanpa kontrol. (Iman Rasidji, 2009)

Virus Herpes Simpleks

Walaupun semua virus herpes simpleks tipe 2 (HPV-2) belum didemonstrasikan pada sel
tumor, teknik hibridisasi insitu telah menunjukkan bahwa terdapat HSV RNA spesifik
pada sampel jaringan wanita dengan displasia serviks. DNA sekuens juga telah
diidentifikasi pada sel tumor dengan menggunakan DNA rekombinan. (Iman Rasidji,
2009)

Diperkirakan, 90% pasien dengan kanker serviks invasif dan lebih dari 60% pasien
dengan neoplasia intraepitelial serviks (CIN) mempunyai antibodi terhadap virus. (Iman
Rasidji, 2009)

Merokok

Saat ini terdapat data yang mendukung bahwa rokok sebagai penyebab kanker serviks
dan hubungan antara merokok dengan kanker sel skuamosa pada serviks (bukan
adenoskuamosa atau adenokarsinoma). Mekanisme kerja bisa langsung (aktivitas mutasi
mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok) atau melalui efek imunosupresif dari
merokok. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dapat dijumpai dalam lendir dari
5

mulut rahim pada wanita perokok. Bahan karsinogenik ini dapat merusak DNA sel epitel
skuamosa dan bersama infeksi HPV dapat mencetuskan transformasi keganasan. (Iman
Rasidji, 2009)

Faktor Risiko yang Diperkirakan

Kontrasepsi Oral

Risiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan dengan
kontrasepsi oral. Bagaimanapun, penemuan ini hasilnya tidak selalu konsisten dan tidak
semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko dengan mengontrol pengaruh kegiatan
seksual. Beberapa studi gagal dalam menunjukkan beberapa hubungan dari salah satu
studi, bahkan melaporkan proteksi terhadap penyakit yang invasif. Hubungan yang
terakhir ini mungkin palsu dan menunjukkan deteksi adanya bias karena peningkatan
skrining terhadap pengguna kontrasepsi. Beberapa studi lebih lanjut kemudian
memerlukan konfirmasi atau menyangkal observasi ini mengenai kontrasepsi oral. (Iman
Rasidji, 2009)

Diet

Diet rendah karotenoid dan defisiensi asam folat juga dimasukkan dalam faktor risiko
kanker serviks. (Iman Rasidji, 2009)

Etnis dan Faktor Sosial

Wanita di kelas sosio-ekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko lima kali lebih
besar daripada wanita di kelas yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin dikacaukan
oleh hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan. (Iman Rasidji, 2009)

Di Amerika Serikat, ras negro, hispanik, dan wanita Asia memiliki insiden kanker serviks
yang lebih tinggi daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan ini mungkin mencerminkan
pengaruh sosio-ekonomi. (Iman Rasidji, 2009)

Pekerjaan

Sekarang ini, ketertarikan difokuskan pada pria yang pasangannya menderita kanker
serviks. Diperkirakan bahwa paparan bahan tertentu dari suatu pekerjaan (debu, logam,
bahan kimia, tar, atau oli mesin) dapat menjadi faktor risiko kanker serviks. (Iman
Rasidji, 2009)
6

LO.1.3. Memahami dan menjelaskan Epidemiologi Ca Serviks

Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0 pada ras Cina;
17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Insidens dan
angka kematian kanker serviks menurun selama beberapa dekade terakhir di AS. Hal ini
karena skrining Pap menjadi lebih populer dan lesi serviks pre-invasif lebih sering
dideteksi daripada kanker invasif. Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker
serviks pada 2006. (Imam Rasjidi, 2009)

Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim setiap
tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi,
kanker serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di
Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Dari data 17 rumah sakit di Jakarta 1977, kanker
serviks menduduki urutan pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada
perempuan. (Imam Rasjidi, 2009)

Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks sebesar 76,2% di
antara kanker ginekologi. Terbanyak pasien datang pada stadium lanjut, yaitu stadium
IIB-IVB, sebanyak 66,4%. Kasus dengan stadium IIIB, yaitu stadium dengan gangguan
fungsi ginjal, sebanyak 37,3% atau lebih dari sepertiga kasus. (Nuranna, 2005)

Umur seorang penderita berada pada kisaran 30-60 tahun, terbanyak adalah 45-50 tahun.
Periode laten dari fase pre-invasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10
tahun. Hanya dari 9% dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan kanker serviks yang
7

invasif pada saat terdiagnosis, sedangkan 53% dari KIS terdapat pada wanita dibawah
usia 35 tahun. Mempertimbangkan keterbatasan yang ada, telah disepakati secara
nasional untuk melakukan program deteksi dini (pelacakan) setiap wanita (satu kali)
setelah melewati usia 30 tahun dan menyediakan sarana penanganannya, untuk berhenti
setelah usia 60 tahun. Yang penting dari deteksi dini adalah cakupannya.

Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial
ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis
histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari
penderita. (Imam Rasjidi, 2009)

LO.1.4. Memahami dan menjelaskan Klasifikasi Ca Serviks


8
9

Tingkat Keganasan Klinis Menurut Sistem TNM


Tingkat Kriteria
T Tidak ditemukan tumor primer
T1S Karsinoma pra invasif (KIS)
T1 Karsinoma terbatas pada serviks
T1a Pra klinik: karsinoma yang invasif terlibat dalam histologik
T1b Secara klinik jelas karsinoma yang invasif
T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum
sampai dinding panggul, atau Ca telah menjalar ke vagina, tetapi
belum sampai 1/3 bagian distal
T2a Ca belum menginfiltrasi parametrium
T2b Ca telah menginfiltrasi parametrium
T3 Ca telah melibatkan 1/3 distal vagina / telah mencapai dinding
panggul (tidak ada celah bebas)
T4 Ca telah menginfiltrasi mukosa rektum, kandung kemih atau
meluas sampai diluar panggul
T4a Ca melibatkan kandung kemih / rektum saja, dibuktikan secara
histologik
T4b Ca telah meluas sampai di luar panggul
Nx Bila memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional.
Tanda -/+ ditambahkan untuk tambahan ada/tidaknya informasi
mengenai pemeriksaan histologik, jadi Nx+ / Nx-.
N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi
N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk (dari CT Scan panggul,
limfografi)
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul
dengan celah bebas infiltrat diantara massa ini dengan tumor
M0 Tidak ada metastasis berjarak jauh
M1 Terdapat metastasis jarak jauh, termasuk kele. Limfa di atas
bifurkasio arrteri iliaka komunis.
10

Secara Makroskopis
1 Stadium Preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronis
2 Stadium Permulaan (Early Stage)
Sering tampak lesi di sekitar ostium eksternum
3 Stadium Setengah Lanjut (Mid Stage)
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir posio
4 Stadium Lanjut (Late Stage)
Terjadi pengerusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (neovaskularisasi)
11

Dari gambaran makroskopis

1. Tipe Erosi : bentuk luar serviks terllihat, permukaan erosive/granuler, mudah berdarah, Ca
invasive stadium dini

2. Tipe Nodular : berasal dari serviks uteri/ostium eksterna tumbuh ke dalam canalis servikalis,
berbentuk nodular/bongkahan menginvai kedalam, serviks menjadi kasar, dan bisa terdapat
invasi ke parametrium

3. Tipe kembang kol : dari ostium eksterna serviks uteri kedalam vagina dengan bentuk
kembang kol, cepat, kaya akan pembuluh darah, rapuh, mudah berdarah, nekrosis, dan
sering infeksi

Secara Mikroskopis
1 Displasia
Displasia ringan dapat terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada 2/3 epidermis hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2 Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu terjadi perubahan sel epitel pada seluruh lapisan epidermis menjadi
sel skuamosa.
3 Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, selain terjadi perubahan derajat pertumbuhan yang semakin
meningkat sel tumor juga menembus membrana basalis dan terdapat invasi tumor < 5 mm
dai membran basalis, biasanya tumor ini masih asimptomatik, sering ditemukan tidak
sengaja pada skrining kanker.
12

4 Stadium Karsinoma Invasif


Derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel menjadi bervariasi. Pertumbuhan-
pertumbuhan invasive muncul di area bibir posterior, anterior serviks, dan meluas ketiga
area yaitu forniks posterior atau anterior, parametrium dan korpus uteri.

Jenis histopatologis pada kanker serviks

Jenis skuamosa merupakan jenis yang paling sering ditemukan, yaitu 90% merupakan
karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma 5% dan jenis lain sebanyak 5%. Karsinoma
skuamosa terlihat sebagai jalinan kelompok sel-sel yang berasal dari skuamosa dengan
pertandukan atau tidak, dan kadang-kadang tumor itu sendiri berdiferensiasi buruk atau dari sel-
sel yang disebut small cell, berbentuk kumparan atau kecil serta bulat seta mempunyai batas
tumor stroma tidak jelas. Sel ini berasal dari sel basal atau reserved cell. Sedang adenokarsinoma
13

terlihat sebagai sel-sel yang berasal dari epitel torak endoserviks, atau dari kelenjar endoserviks
yang mengeluarkan mukus (Notodiharjo, 2002). Klasifikasi histologik kanker serviks ada
beberapa, di antaranya :

1. Skuamous carcinoma

Keratinizing

Large cell non keratinizing

Small cell non keratinizing

Verrucous

2. Adeno carcinoma

Endocervical

Endometroid (adenocanthoma)

Clear cell - paramesonephric

Clear cell - mesonephric

Serous

Intestinal

3. Mixed carcinoma

Adenosquamous

Mucoepidermoid

Glossy cell

Adenoid cystic

4. Undifferentiated carcinoma

5. Carcinoma tumor

6. Malignant melanoma

7. Maliganant non-epithelial tumors

Sarcoma : mixed mullerian, leiomysarcoma, rhabdomyosarcoma

Lymphoma
14

LO.1.4. Memahami dan menjelaskan Patofisiologi Ca Serviks

Penularan HPV terjadi terutama melalui kontak kulit-ke-kulit. Sel basal epitel skuamosa
berlapis mungkin terinfeksi oleh HPV. Jenis sel lain tampaknya relatif resisten. Hal ini
diasumsikan bahwa siklus replikasi HPV dimulai dengan masuknya virus ke dalam sel-sel dari
lapisan basal epitel. Infeksi HPV dari lapisan basal memerlukan abrasi ringan atau microtrauma
epidermis.

1. Biologi molekuler

Kanker serviks adalah salah satu contoh terbaik yang dapat dipahami bagaimana
infeksi virus dapat menyebabkan keganasan. Mekanisme molekuler infeksi HPV
onkogenik disajikan pada Gambar 1. HPV tipe risiko tinggi dapat dibedakan dari tipe
HPV risiko rendah dari struktur dan fungsi dari produk E6 dan E7. Dalam lesi jinak yang
disebabkan oleh HPV, DNA virus terletak extrachromosomally dalam nukleus. Dalam
neoplasia intraepithelial derajat tinggi dan kanker invasif, DNA HPV umumnya
terintegrasi ke dalam host genom. Integrasi DNA HPV mengganggu atau menghapus
daerah E2, yang mengakibatkan kehilangan ekspresinya. Ini mengganggu fungsi E2
-yang biasanya mengatur penurunan transkripsi dari gen E6 dan E7- dan mengarah ke
peningkatan ekspresi gen E6 dan E7. Fungsi E6 dan E7 produk selama infeksi HPV
produktif untuk merusak pengaturan jalur pertumbuhan sel dan memodifikasi lingkungan
seluler dalam rangka memfasilitasi replikasi virus. Produk gen E6 dan E7 men-deregulasi
15

siklus pertumbuhan sel hospes dengan mengikat dan menonaktifkan dua protein penekan
tumor: tumor suppressor protein (p53) dan produk gen retinoblastoma (PRB). Produk
HPV, gen E6 mengikat p53 dan mentargetkannya untuk degradasi cepat. Akibatnya,
kegiatan normal p53 yang mengatur penangkapan G1, apoptosis, dan perbaikan DNA
dibatalkan. Protein E6 HPV risiko rendah tidak mengikat p53 pada tingkat yang
terdeteksi dan tidak berpengaruh pada stabilitas p53 in vitro. Produk HPV, gen E7
mengikat PRB dan pengikatan ini mengganggu kompleks antara PRB dan faktor
transkripsi selular E2F-1, mengakibatkan pembebasan E2F-1, yang memungkinkan
transkripsi gen yang produknya diperlukan bagi sel untuk memasuki fase S dari siklus
sel. Produk gen E7 juga dapat bergaul dengan protein mitotically interaktif seluler lainnya
seperti cyclin E. Hasilnya adalah stimulasi seluler sintesis DNA dan proliferasi sel. E7
protein dari jenis HPV risiko rendah mengikat PRB dengan penurunan afinitas.
Selanjutnya, produk gen E5 menginduksi peningkatan aktivitas protein kinase mitogen-
aktif, sehingga meningkatkan respon seluler terhadap pertumbuhan dan faktor
diferensiasi. Hal ini menyebabkan terus menerus proliferasi dan diferensiasi sel hospes
yang melambat.

Inaktivasi p53 dan protein PRB dapat menimbulkan peningkatan tingkat


proliferasi dan ketidakstabilan genomik. Akibatnya, sel hospes mengakumulasi semakin
banyak kerusakan DNA yang tidak bisa diperbaiki, menyebabkan tranformasi sel-sel
kanker. Selain efek onkogen diaktifkan dan ketidakstabilan kromosom, mekanisme
potensial yang berkontribusi terhadap transformasi termasuk metilasi virus dan sel DNA,
aktivasi telomerase, dan faktor hormonal dan immunogenetic.
16

2. Sejarah alami kanker serviks


Patogenesis kanker serviks diawali dengan infeksi HPV dari epitel serviks selama
hubungan seksual. Meskipun persentase yang tinggi dari perempuan muda yang aktif secara
seksual terkena infeksi HPV, hanya persentase yang sangat kecil yang terus berkembang menjadi
kanker serviks. Beberapa penelitian berpikiran bahwa kebanyakan wanita berhasil menghapus
infeksi HPV, mungkin melalui aksi dari sistem kekebalan tubuh yang kompeten. Kira-kira, 90%
dari lesi regresi spontan dalam 12 sampai 36 bulan. Faktor-faktor lain seperti predisposisi
genetik, frekuensi reinfeksi, variasi intratypic genetik dalam jenis HPV, koinfeksi dengan lebih
dari satu jenis HPV dan kadar hormon juga dapat mempengaruhi kemampuan untuk
membersihkan infeksi HPV.
Bukti pentingnya sistem kekebalan tubuh inang dalam mencegah perkembangan serviks
penyakit berasal dari analisis infeksi HPV pada wanita positif human immunodeficiency virus
(HIV). Infeksi HPV dengan jenis virus yang berisiko tinggi, infeksi HPV persisten dan kehadiran
lesi intraepitel skuamosa lebih umum dalam kelompok immunocompromised daripada pada
wanita imunokompeten. Respon imun seluler hospes dimediasi oleh sel T sitotoksik dan
memerlukan interaksi epitop virus dengan molekul histocompatibility kelas I. Sebuah respon
imun humoral juga memperkuat, tetapi tingkat lokal HPV-spesifik imunoglobulin G (IgG) dan
IgA jaringan tidak berkorelasi dengan pembersihan virus. Namun, tingkat sistemik HPV-spesifik
IgA memiliki telah berkorelasi dengan pembersihan virus. Sebaliknya, tingkat sistemik HPV-IgG
spesifik telah terdeteksi lebih sering pada pasien dengan infeksi HPV persisten.
Sejarah alami kanker serviks adalah proses penyakit yang berkesinambungan yang
berlangsung secara bertahap dari neoplasia serviks intraepithelial ringan (CIN) ke derajat
neoplasia yang lebih parah (CIN CIN 2 atau 3) dan akhirnya menjadi kanker invasif. Hal ini
masuk akal bahwa infeksi HPV risiko tinggi terjadi pada awal kehidupan, dapat bertahan, dan
dalam hubungannya dengan faktor-faktor lain yang mempromosikan transformasi sel, dapat
17

menyebabkan bertahap perkembangan penyakit lebih parah. Sebuah model untuk pengembangan
kanker serviks disajikan dalam gambar 2. Displasia ringan dan sedang berhubungan dengan
replikasi virus terus dan peluruhan virus, dan sebagian besar lesi ini secara spontan regresi.
Perkembangan menjadi lesi derajat tinggi (CIN 2/3) dan akhirnya kanker invasif biasanya terkait
dengan konversi dari genom virus dari bentuk episomal ke bentuk terintegrasi, bersama dengan
inaktivasi atau penghapusan daerah E2 dan ekspresi dari gen produk E6/E7. Beberapa peneliti
telah mengkorelasikan tipe HPV dengan derajat CIN yang berbeda dan telah menyimpulkan
bahwa CIN CIN 1 dan 2/3 adalah proses yang berbeda, dengan CIN 1 menunjukkan diri terbatas
infeksi menular seksual HPV dan CIN 2 atau CIN 3 menjadi satu-satunya prekursor kanker
serviks. Perkembangan kanker umumnya terjadi selama periode 10 sampai 20 tahun. Beberapa
lesi menjadi kanker lebih cepat, kadang-kadang dalam waktu dua tahun.

Lesi Pra Kanker Kanker

------------------- 3-17 tahun -----------------------

Displasia Ringan Displasia Sedang Displasia Keras Karsinoma Insitu Ca Serviks


18

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Pada
wanita SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada waniya umur > 35 tahun,
SCJ berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :
1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis.
2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan
melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas

Patofisiologi Sesuai Penyimpangan KDM Ca Serviks Pre Operatif


19
20

PATOFISIOLOGI LEUKOREA DAN POST-COITAL BLEEDING

Penyebaran Kanker Serviks

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah :
Ke arah fornices dan dinding vagina
Ke arah korpus uterus
Ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi
septum rektovaginal dan kandung kemih.

Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor dapat
menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam (hipogastrika). Penyebaran melalui
pembuluh darah (bloodborne metastasis) tidak lazim. Karsinoma serviks umumnya
terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung dari kondisi immunologik tubuh penderita
KIS akan berkembang menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis dengan
kedalaman invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat dalam pembuluh limfa atau
darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm dari membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah
tampak dalam pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin
sudah menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai
karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik (tingkat IB-occult).
Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfa
regional dan secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornices vagina, korpus uterus,
rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir (terminal stage) dapat menimbulkan
fistula rektum atau kandung kemih. Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju
kelenjar limfa regional melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliak, obturator,
hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus
limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan
otak.
21

Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan karena perdarahan-


perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia oleh karena obstruksi
ureter di tempat ureter masuk ke dalam kandung kencing.
Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu perkontinuitatum ke
dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung kemih. Penyebaran secara limfogen
terjadi terutama paraservikal dalam parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di pelvis
minor, baru kemudian mengenai kelenjar para aortae terkena dan baru terjadi penyebaran
hematogen (hepar, tulang).

Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:


Fornices dan dinding vagina
Korpus uteri
Parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum
rektovagina dan kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar kelenjar limfe regional
melalui ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator, hipogastrika, parasakral, paraaorta,
dan seterusnya ke trunkus limfatik di kanan dan vena subklvia di kiri mencapai paru, hati,
ginjal, tulang serta otak.

LO.1.5. Memahami dan menjelaskan Manifestasi Ca Serviks

Mengenali tanda-tanda pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda
yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul.
Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis.
Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.
22

LO.1.6. Memahami dan menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Ca Serviks

a. Anamnesis

Pada anamnesis perlu diidentifikasi data mengenai riwayat perkawinan dan pesalinan,
perilaku seks yang sering berganti ganti pasangan (promiskusitas), waktu coitus pertama kali,
penyakit yang pernah dialami misalnya herpes genitalis, infeksi HPV, servisis kronis, gaya hidup
seperti merokok, hygienis, jenis makanan san social ekonomi rendah, juga keluhan perdarahan
spontan ataupun pasca senggama. Gejala Klinis kurang menunjang sebagai penunjuk diagnostic
karena lesi prakanker umumnya asimptomatik kecuali pada keganasan yang susdah lanjut..

b.Pemeriksaan Fisik

Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut.Yang menjadi
masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker serviks, dilakukan
dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadaplesi prakanker serviks. Kemampuan untuk
mendeteksi dini kanker serviks disertaidengan kemampuan dalam penatalaksanaan yang tepat
akan dapat menurunkanangka kematian akibat kanker serviks.

1. Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan, berbaubusuk


akibat infeksi dan nekrosis jaringan.

2. Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks. Perdarahantimbul


akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama makin seringterjadi diluar
senggama

3. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf

4. Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh

Pemeriksaan tanda vital seperti tensi, nadi, respirasi, suhu badan.

Status pasien :

a. Ada atau tidaknya anemia

b. Tanda-tanda metastase ke paru-paru : sesak nafas dan batuk berdarah

c. Status lokalis abdomen : umumnta tak khas, jarang menimbulkan kelainan berupa benjolan,
kecuali bila sudah ada penyebaran ke rectum menimbulkan obstipasi dan ileuobstruktif
23

d. Palpasi hepar, supraklavikula, dan diantara kedua pahauntuk melihatada tidaknya benjolan
untuk meyakinkan ada tidaknya metastase

Pemeriksaan Ginekologi

Pada pemeriksaan makroskopis/inspekulo mungkin tidak ditemukan kelainan porsio pada


lesi tingkat precancer dan kadang hanya menunjukkan gambaran khas seperti leukoplakia, erosi,
ektropion atau servistis. Tetapi tidak demikian halnya pada tingkat lanjut dimana porsio terlihat
berbenjol-benjol menyerupai bunga kol ( pertumbuhan eksofitik ) atau mungkin juga ditemukan
fistula rektovaginal ataupun vesikovagina. Pada keadaan ini porsio mudah sekali berdararh
karena karena kerapuhan sel sehingga pada pemeriksaan ginekologi dianjurkan mulai dengan
pemeriksaan inspekulo yang dilanjutkan dengan pemeriksaan vagina bimanual untuk eksplorasi
vagina.

d. Pemeriksaan Penunjang

1. Pap smear

Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk
mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan
24

dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel
abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah
mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.

Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim
dan kemudian dilihat dibawah mikroskop. Ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan
baik. Untuk deteksi tumor ganas bahan
diambil dengan spatel Ayre atau dengan kapas lidi dari dinding samping vagina dan dari serviks.
Bahan dari kanalis servikalis agak kedalam diambil dengan kapas lidi atau dengan Cytobrush.
Kemudian dibuat sediaan hapus dikaca benda yang bersih dan segera dimasukkan kedalam botol
khusus (cuvette) berisi etil alkohol 95%. Setelah sekitar satu jam, kaca benda dikeluarkan dan
dalam keadaan kering dikirim ke laboratorium. Dilaboratorium sediaan dipulas menurut
Papanicolau.

Klasifikasi menurut Papanicolau:

Kelas I : Berarti negatif (tidak ditemukan sel-sel ganas)

Kelas II : Negatif, tidak ditemukan tanda-tanda ganas, ditemukan beberapa sel atipik

Kelas III : Ada sel-sel atipik yang sugestif tetapi tidak diagnostik untuk keganasan displasia
(ringan,sedang,berat)

Kelas IV : Positif, ditemukan beberapa sel atipik KIS

Kelas V : Positif, ditemukan banyak sel atipik Kanker

Pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, yaitu sejak
dalam tingkat displasia atau KIS. Perubahan sel-sel serviks yang terdeteksi dini
akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat
berkembang menjadi sel kanker. Tujuan utama dari pemeriksaan Pap Smear adalah mendeteksi
kelainan sebelum terjadinya suatu kanker, yaitu yang disebut dengan lesi prakanker dan dikenal
dengan displasia (merupakan kelainan dari leher rahim yang dapat berkembang menjadi kanker
leher rahim).

Penanganan displasia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1.Usia

2.Jumlah anak

3.Tahap/tingkat displasia

Macam-macam penanganannya antara lain:

1.Elektro-koagulasi
25

2.Krioterapi (bedah beku)

3.Vaporisasi laser

4.Konisasi (memotong bagian yang sakit dalam bentuk kerucut) dengan pisau atau laser.

*1& 4 biasanya tidak memerlukan rawat inap

5.Histerektomi: operasi pengangkatan seluruh rahim

Kelemahan Pap smear

Saat proses meletakkan dan meratakan pada preparat kaca menyebabkan adanya lapisan-
lapisan tidak merata dan penumpukan sel-sel sehingga menyulitkan pengamatan terhadap
keseluruhan sel-sel tersebut. Beberapa penelitian juga menemukan, sebagian besar sel
tidakterbawa dalam preparat kaca dan ikut terbuang.

Hasil

pemeriksaan sitologi Pap smear normal dan Hasil


pemeriksaan sitologi Pap smear abnormal :
26

Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Waktu yang baik untuk
pemeriksaan adalah beberapa hari setelah selesai menstruasi. Persiapan pasien untuk melakukan
Pap Smear adalah tidak sedang haid, tidak coitus 1 3 hari sebelum pemeriksaan dilakukan dan
tidak sedang menggunakan obat obatan vaginal.

Petunjuk untuk penapisan :

Pemeriksaan tes Pap dilakukan setelah 2 tahun aktif dalam aktifitas seksual.

Interval penapisan. Wanita dengan tes Pap negatif berulang kali diambil setiap 2
tahun, sedang wanita dengan kelainan atau hasil abnormal perlu evaluasi lebih
sering.

Pada usia 70 tahun atau lebih tidak diambil lagi dengan syarat hasil 2 kali negatif
dalam 5 tahun terakhir.

2. Thin Prep

Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil
sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian
serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.

Kelebihan Thin Prep

ThinPrep Test, sel-sel yang telah diambil tidak diletakkan dan diratakan di preparat kaca,
tetapi dimasukkan ke dalam tabung yang berisi cairan yang berfungsi menstabilkan dan menjaga
27

kondisi sel-sel tersebut agar pada saat diperiksa akan tetap sama dengan kondisi saat diambil.
Prosedur ini memastikan agar sebanyak mungkin sel dapat disimpan untuk dibawa laboratorium
pemeriksaan dan dalam kondisi sangat baik.

3. Uji Colposcopy

Jika pada saat pap smear ditemukan ketidaknormalan pada serviks, maka langkah
selanjutnya adalah dilakukan colposcopy. Colposcopy adalah suatu pengujian yang
memungkinkan dokter untuk melihat serviks (leher rahim) lebih dekat dengan menggunakan
sebuah alat bernama colposcope. Cara ini merupakan cara penilaian sel invito dengan
pembesaran 200 kali karena abnormalitas pada neoplasma yang terlihat dengan
pembesaranumumnya terlihat pada inti sel. Maka inti sel harus diwarnai terlebihdahulu dengan
biru tolvidin 1%. Dalam 20-30 detik inti sel akanmengambil zat warna. Zat warna yang
tersisa dibersihkan dengan larutan garam fisiologik dan pemeriksaan dapat segera dimulai
dengan menyentuhujung alat ke serviks. Colposcope akan dimasukkan ke dalam vagina dan
kemudian gambar yang ditangkap oleh alat tersebut akan ditampilkan pada layar computer atau
televisi. Dengan cara seperti ini, kondisi yang terjadi dalam leher rahim akan sangat jelas terlihat.
28

4. IVA

IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan
mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan
seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada
infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat
dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi
lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.

5. Tes Schiller
Schiller atau tes pengecatan dengan yodium ialah tes yang digunakanuntuk mengenal
kanker serviks lebih dini. Tes ini didasarkan pada sifatepitel serviks yang berubah
menjadi berwarna coklat gelap atau tua jika terkena larutan yodium.
29

6. Biopsi Serviks dan Kuretase

Selama melakukan colposcopy, dokter mungkin saja melakukan biopsy dan tentunya
biopsy ini dilakukan berdasarkan apa yang dia temukan selama pemeriksaan itu. Biopsi serviks
dilakukan dengan cara mengambil sejumlah contoh jaringan serviks untuk kemudian diperiksa di
bawah mikroskop. Dibutuhkan hanya beberapa detik untuk melakukan biopsi contoh jaringan
dan hanya menimbulkan ketidaknyamanan dalam waktu yang tidak lama. Jika diperlukan maka
akan dilakukan biospi disekitar area serviks, tergantung pada temuan saat melakukan colposcopy.
Bersamaan dengan biopsi serviks, kuretase endoserviks juga bisa dilakukan. Selama
kuretase, dokter akan menggunakan sikat kecil untuk menghilangkan jaringan pada saluran
endoserviks, area antara uterus dan serviks. Kuretase akan menimbulkan sedikit nyeri, tapi nyeri
akan hilang setelah kuretase dilakukan. Hasil biopsi dan kuretase biasanya baru bisa dilihat
paling tidak 2 minggu.

7.Biopsi Kerucut dan LEEP

Adakalanya biopsi yang lebih besar dibutuhkan untuk mendiagnosis kanker serviks. Pada
kasus ini, maka dapat dipilih biopsi kerucut. Selama biopsi kerucut, sebuah kerucut yang tajam
akan digunakan untuk mengambil jaringan dan pada prosedur ini dibutuhkan anestesi umum.
Biopsi kerucut juga digunakan untuk membuang jaringan pra-kanker dari serviks. Loop Electro
Surgical Excision Procedure (LEEP) atau Prosedur Pembedahan Eksisi dengan Loop Elektro
adalah prosedur yang dilakukan dengan anestesi local untuk mengangkat jaringan dari serviks.
LEEP menggunakan listrik untuk membuang contoh jaringan. Metode ini umumnya digunakan
untuk mengobati kanker stadium tinggi dari pada hanya untuk mendiagnosis kanker serviks.
30

8.Konisasi
Konisasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga
yang keluarkan berbentuk kerucut (konus), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut.
Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi harus selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas
jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal
pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini
digunakan pewarnaan dengan larutan lugol (yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100 ml) dan
eksisi dilakukan di luar daerah dengan tes positif (daerah yang tidak berwarna oleh larutan
lugol).

Konisasi diagnostik dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :


1. Proses dicurigai berada di endoserviks
2.Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi
3.Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar spesimen biopsi

PADA WANITA HAMIL

Tumor yang sudah lanjut mudah dikenal. Lain halnya dengan tumor stadium dini, lebih-
lebih tumor yang belum memasuki jaringan dibawah epitel (preinvasive carcinoma, karsinoma in
situ). Oleh karena itu, di beberapa negara pemeriksaan sitologi vaginal merupakan pemeriksaan
rutin pada setiap perempuan hamil, yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi
apabila diperoleh hasil yang mencurigakan.

Diagnosis karsinoma in situ dalam kehamilan sangat sulit karena dalam kehamilan dapat
terjadi perubahan-perubahan pada epitel serviks, yang secara mikroskopis hampir tidak dapat
dibedakan dari tumor tersebut. Untuk membuat diagnosis yang pasti perlu dilakukan
pemeriksaan yang teliti berulang kali, bahkan kadang-kadang kepastian baru diperoleh setelah
bayi lahir. Perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh esterogen dalam kehamilan
sifatnya reversibel, sedang karsinoma in situ ada setelah bayi lahir. Apabila terrdeteksi pada
pemeriksaan prenatal, maka diagnosisnya lebih dini:

Diagnosis definitif ditegakkan berdasarkan:

Biopsi punch dari lesi serviks yang luas. Namun, masih kontroversi, apakah masih dilakukan bila
telah ada bukti kanker serviks invasif dari pemeriksaan kolposkopi, dan apakah dilakukan pada
semua lesi servikal yang dapat dideteksi dengan kolposkopi.

Evaluasi yang tepat dari apusan abnormal.

Evaluasi kolposkopi.

Biopsi kerucut (cone biopsy), dilakukan pada keadaan khusus (trimester kedua dan diagnosis
tidak dapat ditegakkan berdasarkan pemerksaan lain).

DIAGNOSIS BANDING
31

Servisitis

Karsinoma endometrium

Penyakit radang panggul

Vaginitis

Karsinoma uterine

Karsinoma vagina

Kondisi Membedakan tanda / gejala Membedakan tes

Infeksi HPV Tidak ada massa, tidak ada Tes HPV DNA diindikasikan dengan Pap smear
perdarahan abnormal, biasanya tidak atipikal (ASCUS atypical squamous cells of
ada gejala. undetermined significance).
Para koilosit merujuk pada karakteristik dari
penampakan sel HPV yang terinfeksi dan
patognomonik pada keadaan HPV. Koilositosis
sering berulang, tapi displasia memerlukan
penelitian lebih lanjut dan tindakan lanjut.
Infeksi Panggul Klamidia dan gonore yang Pap smear mungkin belum tentu akurat karena
berhubungan dengan demam, nyeri, perubahan inflamasi. Tes klamidia dan gonore,
dan keputihan, tapi mungkin tanpa sediaan basah, kultur, tes kalium hidroksida
gejala. (KOH) dapat mengidentifikasi infeksi.
Kista Dispareunia dan massa kistik pada Dibedakan pada pemeriksaan klinis.
nabothian pemeriksaan.

Hiperplasia Mungkin ditemukan pada Pap smear Sel glandular atipikal pada Pap smear; biopsi
kelenjar pada pasien yang tanpa gejala. diagnostik akan membedakannya dari kanker
Beberapa pasien mungkin mengalami serviks.
gejala perdarahan uterus berat,
berkepanjangan, sering, dan pendek
atau tidak teratur.

Mesonefrik Dispareunia dan massa kistik pada Biopsi diagnostik akan membedakannya dari
remnants pemeriksaan. kanker serviks.

Endometriosis Nyeri panggul, dismenorea, Biopsi diagnostik akan membedakannya dari


infertilitas, dispareunia, perdarahan kanker serviks.
abnormal, kelelahan.
32

Polip serviks Perdarahan abnormal, massa pada Biopsi diagnostik akan membedakannya dari
pemeriksaan. kanker serviks.

Servikal Menorrhagia, massa yang nyeri Biopsi diagnostik akan membedakannya dari
fibroid sekali, keluar cairan yang abnormal, kanker serviks.
prolaps dari fibroid.

LO.1.8. Memahami dan menjelaskan tatalaksana Ca Serviks

Tiga jenis utama dari pengobatan untuk kanker serviks adalah operasi, radioterapi, dan
kemoterapi.

1. Stadium pra kanker hingga 1A biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien
masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan.

Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil
selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas ditemukan.

Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan


lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong seperti pisau bedah ,
dan mengambil sel dari mulut serviks

2. Untuk stadium IB dan IIA kanker serviks:

Bila ukuran tumor < 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa
kemoterapi

Bila ukuran tumor >4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi,
ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan dengan histerektomi

3. Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo
berbasis cisplatin.

4. Pada stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo dengan
kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.

Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuannya pengobatan adalah untuk mengangkat atau
menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Kadang-kadang pengobatan ditujukan untuk
mengurangi gejala-gejala. Hal ini disebut perawatan paliatif.
33

Faktor-faktor lain yang mungkin berdampak pada keputusan pengobatan Anda termasuk
usia Anda, kesehatan Anda secara keseluruhan, dan preferensi Anda sendiri. Seringkali cukup
bijak untuk mendapatkan pendapat kedua (second opinion) yang memberikan Anda perspektif
lain dari penyakit Anda.

Pembedahan untuk Kanker Serviks

Ada beberapa jenis operasi untuk kanker serviks. Beberapa melibatkan pengangkatan rahim
(histerektomi), yang lainnya tidak. Daftar ini mencakup jenis operasi yang paling umum untuk
kanker serviks.

Cryosurgery

Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke dalam vagina dan
pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukan mereka.
Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ad adi dalam leher rahim
(stadium 0), tapi bukan kanker invasif yang telah menyebar ke luar leher rahim.

Bedah Laser

Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil dari
jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan
untuk kanker serviks pra-invasif (stadium 0).

Konisasi

Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan pisau bedah atau laser tau menggunakan kawat tipis yang dipanaskan oleh listrik
(prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ). Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan
atau mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I). Hal ini jarang digunakan sebagai satu-
satunya pengobatan kecuali untuk wanita dengan kanker serviks stadium dini yang mungkin
ingin memiliki anak. Setelah biopsi, jaringan (berbentuk kerucut) diangkat untuk diperiksa di
bawah mikroskop. Jika batas tepi dari kerucut itu mengandung kanker atau pra-sel kanker,
pengobatan lebih lanjut akan diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sel-sel kankernya
telah diangkat.

Histerektomi

Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup jaringan yang berada di
dekatnya. Baik vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat
diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut (perut) atau melalui vagina. Setelah operasi
ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa
34

kanker serviks stadium awal (I). Hal ini juga digunakan untuk stadium pra-kanker serviks (o),
jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi.

Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: pada operasi ini, dokter
bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, bagian atas vagina yang berbatasan
dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Operasi
ini paling sering dilakukan melalui pemotongan melalui bagian depan perut dan kurang sering
melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Sebuah
histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul adalah pengobatan yang umum
digunakan untuk kanker serviks stadium I, dan lebih jarang juga digunakan pada beberapa kasus
stadium II, terutama pada wanita muda.

Trachelektomi

Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan wanita muda tertentu
dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini
melibatkan pengangkatan serviks dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada jahitan
berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim.
Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini dilakukan baik melalui vagina
ataupun perut.

Ekstenterasi Panggul

Selain mengambil semua organ dan jaringan yang disebutkan di atas, pada jenis operasi ini:
kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar juga diangkat. Operasi ini digunakan
ketika kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya. Jika kandung kemih
telah diangkat, sebuah cara baru untuk menyimpan dan membuang air kecil diperlukan.
Sepotong usus pendek dapat digunakan untuk membuat kandung kemih baru. Urine dapat
dikosongkan dengan menempatkan sebuah tabung kecil (disebut kateter) ke dalam lubang kecil
di perut tersebut (disebut: urostomi). Atau urin bisa mengalir ke kantong plastik kecil yang
ditempatkan di bagian depan perut.

Radioterapi untuk Kanker Serviks

Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk membunuh
sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Sebelum radioterapi dilakukan, biasanya Anda
akan menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah Anda menderita Anemia. Penderita
kanker serviks yang mengalami perdarahan pada umumnya menderita Anemia. Untuk itu,
transfusi darah mungkin diperlukan sebelum radioterapi dijalankan.

Pada kanker serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi (external
maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah pembedahan. Akhir-akhir ini,
35

dokter seringkali melakukan kombinasi terapi (radioterapi dan kemoterapi) untuk mengobati
kanker serviks yang berada antara stadium IB hingga IVA. Yaitu, antara lain bila ukuran
tumornya lebih besar dari 4 cm atau bila kanker ditemukan telah menyebar ke jaringan lainnya
(di luar serviks), misalnya ke kandung kemih atau usus besar.

Radioterapi ada 2 jenis, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal.

1. Radioterapi eksternal : berarti sinar X diarahkan ke tubuh Anda (area panggul) melalui
sebuah mesin besar.

2. Radioterapi internal : berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam rahim/leher rahim
Anda selama beberapa waktu untuk membunuh sel-sel kankernya. Salah satu metode
radioterapi internal yang sering digunakan adalah brachytherapy.

Efek Samping Radioterapi . Ada beberapa efek samping dari radioterapi, yaitu:

- Kelelahan

- Sakit maag

- Sering ke belakang (diare)

- Mual

- Muntah

- Perubahan warna kulit (seperti terbakar)

- Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan senggama menyakitkan

- Menopause dini

- Masalah dengan buang air kecil

- Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang

- Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia)

- Rendahnya jumlah sel darah putih

- Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)

Brachytherapy untuk Kanker Serviks


36

Brachytherapy telah digunakan untuk mengobati kanker serviks sejak awal abad ini. Pengobatan
yang ini cukup sukses untuk mengatasi keganasan di organ kewanitaan. Baik radium dan cesium
telah digunakan sebagai sumber radioaktif untuk memberikan radiasi internal

Kemoterapi untuk Kanker Serviks

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Biasanya obat-
obatan diberikan melalui infuse ke pembuluh darah atau melalui mulut. Setelah obat masuk ke
aliran darah, mereka menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-kadang beberapa obat diberikan dalam
satu waktu.

Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek samping ini akan tergantung pada jenis obat
yang diberikan, jumlah/dosis yang diberikan, dan berapa lama pengobatan berlangsung. Efek
samping bisa termasuk:

- Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan obat mual/muntah)

- Kehilangan nafsu makan

- Kerontokan rambut jangka pendek

- Sariawan

- Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel darah putih)

- Pendarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)

- Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)

- Kelelahan

- Menopause dini

- Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas)


37

LO.1.9. Memahami dan menjelaskan Komplikasi Ca Serviks

1 Pasca operatif
- Gangguan berkemih
- Fistula ureter atau kandung kemih
- Emboli paru
- Obstruksi saluran cerna
- Trauma syaraf
2 Pasca kemoteraphy
- Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan obat mual/muntah
- Kehilangan nafsu makan
- Kerontokan rambut jangka pendek
- Sariawan
- Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel darah putih)
- Pendarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)
- Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)
- Kelelahan
38

- Menopause dini
- Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas)
3 Pasca radiotheraphy
- Kelelahan
- Sakit maag
- Sering ke belakang (diare)
- Mual
- Muntah
- Perubahan warna kulit (seperti terbakar)
- Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan senggama menyakitkan
- Menopause dini
- Masalah dengan buang air kecil
- Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang
- Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia)
- Rendahnya jumlah sel darah putih
- Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)

LO.1.10. Memahami dan menjelaskan Pencegahan Ca Serviks

Pencegahan memiliki arti yang sama dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, yaitu
pemeriksaan atau tes yang dilakukan pada orang yang belum menunjukkan adanya gejala
penyakit untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau masih berada pada stadium
praklinik. Program pemeriksaan atau skrining yang dianjurkan untuk kanker serviks (WHO) :
skrining pada setiap wanita minimal satu kali pada usia 35-40 tahun. Jika fasilitas tersedia,
lakukan tiap 10 tahun pada wanita usia 35-55 tahun. Jika fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5
tahun pada wanita usia 35-55 tahun. Ideal atau optimal, lakukan tiap 3 tahun pada wanita usia
25-60 tahun. (Imam Rasjidi, 2009)

Test PAP (Paps Smear)

Secara umum, kasus kanker mulut rahim dan kematian akibat kanker mulut rahim bisa
dideteksi dengan mengetahui adanya perubahan pada daerah mulut rahim dengan cara
pemeriksaan sitologi menggunakan tes Pap. American College of Obstetrician and Gynecologists
(ACOG), American Cancer Society (ACS), dan US Preventive Task Force (USPSTF)
mengeluarkan panduan bahwa setiap wanita seharusnya melakukan tes Pap untuk skrining
kanker mulut rahim saat 3 tahun pertama dimulainya aktivitas seksual atau saat usia 21 tahun.
Karena tes ini mempunyai risiko false negatif sebesar 5-6%, Tes Pap yang kedua seharusnya
dilakukan satu tahun pemeriksaan yang pertama. Pada akhir tahun 1987, American Cancer
Society mengubah kebijakan mengenai interval pemeriksaaan Tes Pap tiap tiga tahun setelah dua
kali hasil negatif. (Imam Rasjidi, 2009)

Saat ini, sesuai dengan American College of Obstetry and Gynecology dan National
Cancer Institute, dianjurkan pemeriksaan Tes Pap dan panggul setiap tahun terhadap semua
39

wanita yang aktif secara seksual atau yang telah berusia 18 tahun. Setelah wanita tersebut
mendapatkan tiga atau lebih Tes Pap normal, tes dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih
jarang sesuai dengan yang dianjurkan dokter. Diperkirakan sebanyak 40% kanker serviks invasif
dapat dicegah dengan skrining pap interval 3 tahun. (Imam Rasjidi, 2009)
IVA

IVA merupakan tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 2%) dan
larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan
olesan. Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu
metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak direkomendasikan pada wanita pascamenopause,
karena daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan
pemeriksaan inspekulo. IVA positif bila ditemukan adanya area berwarna putih dan
permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar zona transformasi. (Imam Rasjidi,
2009)

Pencegahan Primer

Menunda Onset Aktivitas Seksual

Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara monogami akan
mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan. (Imam Rasjidi, 2009)

Penggunaan Kontrasepsi Barier

Dokter merekomendasikan kontrasepsi metode barier (kondom, diafragma, dan spermisida) yang
berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan lateks lebih dianjurkan daripada
kondom yang dibuat dari kulit kambing. (Imam Rasjidi, 2009)

Penggunaan Vaksinasi HPV

Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human Papiloma Virus,
karena mempunyai kemampuan proteksi > 90%. Tujuan dari vaksin propilaktik dan vaksin
pencegah adalah untuk mencegah perkembangan infeksi HPV dan rangkaian dari event yang
mengarah ke kanker serviks. (Imam Rasjidi, 2009)

Kebanyakan vaksin adalah berdasarkan respons humoral dengan penghasilan antibodi yang
menghancurkan virus sebelum ia menjadi intraseluler. Masa depan dari vaksin propilatik HPV
sangat menjanjikan, namun penerimaan seluruh populasi heterogenous dengan tahap pendidikan
berbeda dan kepercayaan kultur berbeda tetap dipersoalkan. (Imam Rasjidi, 2009)
40

Sebagai tambahan, prevelansi tinggi infeksi HPV mengindikasikan bahwa akan butuh beberapa
dekade untuk program imunisasi yang sukses dalam usaha mengurangi insiden kanker serviks.
(Imam Rasjidi, 2009)

Pencegahan Sekunder

Pencegahan Sekunder (Pasien dengan Risiko Sedang)

Hasil tes Pap yang negatif sebanyak tiga kali berturut-turut dengan selisih waktu
antarpemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien (atau
partner hubungan seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui), dianjurkan untuk melakukan
tes Pap tiap tahun. (Imam Rasjidi, 2009)

Pencegahan Sekunder (Pasien dengan Risiko Tinggi)

Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia < 18 tahun dan wanita yang mempunyai
banyak partner (multipel partner) seharusnya melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset
seksual intercourse aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan menjadi setiap 6 bulan untuk
pasien dengan risiko khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang.
(Imam Rasjidi, 2009)

LO.1.11. Memahami dan menjelaskan Prognosis Ca Serviks

Menurut T.C. Krivak et.al pada tahun 2002, ketahanan hidup penderita pada kanker serviks
stadium awal setelah histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis bergantung pada 5 faktor,
yaitu :

1. Status KGB

Penderita tanpa metastasis ke KGB, memiliki 5-year survival rate (5-YSR) antara 85-90%. Bila
didapatkan metastasis ke KGB maka 5-YSR antara 20-74%, bergantung pada jumlah, lokasi, dan
ukuran metastasis.

2. Ukuran Tumor

Penderita dengan ukuran tumor < 2 cm angka survivalnya 90% dan bila > 2 cm angka survival-
nya menjadi 60%. Bila tumor primer > 4 cm, angka survival turun menjadi 40.

Analisis dari GOG terhadap 645 penderita menunjukkan 94,6% tiga tahun bebas kanker untuk
lesi yangtersembunyi; 85,5% untuk tumor < 3 cm; dan 68,4% bila tumor > 3 cm.

3. Invasi ke Jaringan Parametrium

Penderita dengan invasi kanker ke parametrium memiliki 5-YSR 69% dibandingkan 95% tanpa
invasi. Bila invasi disertai KGB yang positif maka 5-YSR turun menjadi 39-42%.
41

4. Kedalaman Invasi

Invasi < 1 cm memilki 5-YSR sekitar 90% dan akan turun menjadi 63-78% bila > 1 cm.

5. Ada Tidaknya Invasi ke Lymph-Vascular Space

Invasi ke lymph-vascular space sebagai faktor prognosis masih menjadi kontroversi.

Beberapa laporan menyebutkan 50-70% 5-YSR bila didapatkan invasi ke lymph-vascular space
dan 90% 5-YSR bila invasi tidak didapatkan. Akan tetapi, laporan lain mengatakan tidak ada
perbedaan bermakna dengan adanya invasi atau tidak.

(Imam Rasjidi, 2009)

Menurut www.cancerhelp.org.uk prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit.


Umumnya, 5-years survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%,
stadium III kira - kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30% :

1. Stadium 0

100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh.

2. Stadium 1

Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi 2, IA dan IB. dari semua wanita yang
terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate sebesar 95%. Untuk stadium IB 5-
years survival rate sebesar 70 sampai 90%. Ini tidak termasuk wanita dengan kanker pada
limfonodi mereka.

3. Stadium 2

Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. dari semua wanita yang terdiagnosis
pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar 70 - 90%..
Untuk stadium 2B 5-years survival rate sebesar 60 sampai 65%.

4. Stadium 3

Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%

5. Stadium 4

Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30%

LI.2. Memahami dan menjelaskan Etika Pemeriksaan dalam Islam


PANDANGAN ISLAM TERHADAP IKHTILAT
42

Pembahasan tentang ikhtilat sangat penting untuk menjawab persoalan di atas.Yakni untuk
menjaga kehormatan dan menghindarkan dari perbuatan yang mengarah dosa dan kekejian.

Yang dimaksud ikhtilat, yaitu berduanya seorang lelaki dengan seorang perempuan di tempat
sepi. Dalam hal ini menyangkut pergaulan antara sesama manusia, yang rambu-rambunya sangat
mendapat perhatian dalam Islam.Yaitu berkait dengan ajaran Islam yang sangat menjunjung
tinggi keselamatan bagi manusia dari segala gangguan. Terlebih lagi dalam masalah mu'amalah
(pergaulan) dengan lain jenis. Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita telah diatur dengan
batasan-batasan, untuk membentengi gejolak fitnah yang membahayakan dan mengacaukan
kehidupan. Karenanya, Islam telah melarang pergaulan yang dipenuhi dengan ikhtilat (campur
baur antara pria dan wanita).

Dalam hadits di bawah ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan kaum
lelaki untuk lebih berhati-hati dalam masalah wanita.

"Berhati-hatilah kalian dari menjumpai para wanita, maka seorang sahabat dari Anshar
bertanya,"Bagaimana pendapat engkau tentang saudara ipar, wahai Rasulullah? Rasulullah
menjawab,"Saudara ipar adalah maut (petaka).

[HR Bukhari dan Muslim].

PERINTAH MENJAGA AURAT DAN MENAHAN PANDANGAN

Di antara keindahan syariat Islam, yaitu ditetapkannya larangan mengumbar aurat dan perintah
untuk menjaga pandangan mata kepada obyek yang tidak diperbolehkan, lantaran perbuatan itu
hanya akan mencelakakan diri dan agamanya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman (yang artinya):

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan
perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau
putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita . . ." [an-Nr/24: 30-31].

Larangan melihat aurat, tidak hanya untuk yang berlawan jenis, akan tetapi Islam pun
43

menetapkan larangan melihat aurat sesama jenis, baik antara lelaki dengan lelaki lainnya,
maupun antara sesama wanita.

Disebutkan dalam sebuah hadits:

"Dari Abdir-Rahman bin Abi Sa`id al-Khudri, dari ayahnya, bahwasanya Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: Janganlah seorang lelaki melihat kepada aurat lelaki (yang lain), dan
janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita (yang lain)". [HR Muslim]

IDEALNYA MUSLIMAH BEROBAT KE DOKTER WANITA

Hukum asalnya, apabila ada dokter umum dan dokter spesialis dari kaum Muslimah, maka
menjadi kewajiban kaum Muslimah untuk menjatuhkan pilihan kepadanya.Meski hanya sekedar
keluhan yang paling ringan, flu batuk pilek sampai pada keadaan genting, semisal persalinan
ataupun jika harus melakukan pembedahan.

Berkaitan dengan masalah itu, Syaikh Bin Bz rahimahullah mengatakan:

Seharusnya para dokter wanita menangani kaum wanita secara khusus, dan dokter lelaki
melayani kaum lelaki secara khusus kecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa. Bagian
pelayanan lelaki dan bagian pelayanan wanita masing-masing disendirikan, agar masyarakat
terjauhkan dari fitnah dan ikhtilat yang bisa mencelakakan.Inilah kewajiban semua orang.

Lajnah D-imah juga menfatwakan, bila seorang wanita mudah menemukan dokter wanita yang
cakap menangani penyakitnya, ia tidak boleh membuka aurat atau berobat ke seorang dokter
lelaki. Kalau tidak memungkinkan maka ia boleh melakukannya.

Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk
menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan.Selama mendatangkan maslahat, seperti
untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya. Seorang muslimah yang keadaannya
benar-benar dalam kondisi terhimpit dan tidak ada pilihan, (maka) ia boleh pergi ke dokter lelaki,
baik karena tidak ada ada seorang dokter muslimah yang mengetahui penyakitnya maupun
memang belum ada yang ahli.Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'm/6
ayat 119:

"(padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya)"

Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-
rambu yang wajib untuk ditaati.Tidak berlaku secara mutlak.Keberadaan mahram adalah
keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslimah terpaksa harus bertemu
dan berobat kepada dokter lelaki, ia harus didampingi mahram atau suaminya saat pemeriksaan.
Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang periksa.

Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Bz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh yang
44

nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita,
meskipun sudah ada perawat wanita umpamanya- maka keberadaan suami atau wanita lain
(selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyono. Kanker serviks. Sinopsis Kanker Ginekologi. Jakarta, 2003:14-28


Anonim.2012.Differential diagnosis of cervical cancer. Diakses pada 11 April 2012 melalui
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/259/diagnosis/differential.html
Arumugam, V.2011.Ca serviks. Diakses pada 11 April 2012 melalui
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21709/.../Chapter%20II.pdf
Campion M. Preinvasive disease. In: Berek Js, Hacker NF. Practical gynecologic oncology.
3rd Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000; 271-315
Cotran RS, Kumar V, Robbins SL. 1996. Pathologic Basis of Disease 5th Ed. WB Saunders
Co.
Harahap RE. Neoplasia intraepithelial serviks (NIS). Jakarta: UI Press, 1984:1-77
Jong WD, Syamsuhidayat R. 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. EGC. Jakarta
45

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2003.Robbins Basic Pathology, 7 th ED. Saunders
Wolfgang A Schulz. 2005. Molecular Biology of Human Cancer. Springer.
Kusuma F, Moegni EM. Penatalaksanaan Tes Pap Abnormal. Cermin Dunia Kedokteran
2001; 133:19-22
Mardjikoen P. Tumor ganas alat genital. Dalam : Wiknjosastro H, Saifuddin AB,
Rachimhadhi T. Editor. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999;380-9
Mary Calvagna, MS. Diagnosis of Cervical Cancer. American Cancer Society website.
Available at: http://www.cancer.org. Last reviewed April 2007.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta
Rawiroharjo, S. Hanifa, W. Abdul, B, S. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiro. Jakarta
Sjamsuddin S. Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Cermin Dunia Kedokteran
2001;133:9-14
Wright TC, Kurman RJ, Ferenzy A. Precancerous lesions of the cervix. In: Kurman RJ. Ed.
Blausteins pathology of the female genital tract. 4 th ed. New York: Springer-Verlag,
1994;229-277

Zuhroni. 2010. Pandangan Islam terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan. Universitas
YARSI. Jakarta
http://almanhaj.or.id/content/2883/slash/0 diakses 11 April 2017 jam 21.00

Anda mungkin juga menyukai

  • Multipara
    Multipara
    Dokumen8 halaman
    Multipara
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Hipokalemia
    Hipokalemia
    Dokumen46 halaman
    Hipokalemia
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen11 halaman
    Laporan Kasus
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Referat Radiologi Urolithiasis
    Referat Radiologi Urolithiasis
    Dokumen71 halaman
    Referat Radiologi Urolithiasis
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Osce 5
    Osce 5
    Dokumen49 halaman
    Osce 5
    Fulristami Zaenab
    Belum ada peringkat
  • Data T Jurnal
    Data T Jurnal
    Dokumen6 halaman
    Data T Jurnal
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • An 2
    An 2
    Dokumen14 halaman
    An 2
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • TUGAS
    TUGAS
    Dokumen26 halaman
    TUGAS
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
    Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
    Dokumen105 halaman
    Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
    Fadhli Quzwain
    100% (3)
  • Otitis Media Akut
    Otitis Media Akut
    Dokumen28 halaman
    Otitis Media Akut
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • TUGAS
    TUGAS
    Dokumen26 halaman
    TUGAS
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Faal
    Faal
    Dokumen1 halaman
    Faal
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Osce 6
    Osce 6
    Dokumen43 halaman
    Osce 6
    shabrina ardelia
    Belum ada peringkat
  • Pedoman
    Pedoman
    Dokumen122 halaman
    Pedoman
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Urolithiasis
    Urolithiasis
    Dokumen20 halaman
    Urolithiasis
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • USG ABDOMEN OPTIMAL
    USG ABDOMEN OPTIMAL
    Dokumen11 halaman
    USG ABDOMEN OPTIMAL
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • PA JJJ
    PA JJJ
    Dokumen2 halaman
    PA JJJ
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Preskas Nph-1
    Preskas Nph-1
    Dokumen27 halaman
    Preskas Nph-1
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Poster PPOK Yarsi
    Poster PPOK Yarsi
    Dokumen1 halaman
    Poster PPOK Yarsi
    Ain F
    100% (1)
  • TB Paru di Sumsel
    TB Paru di Sumsel
    Dokumen11 halaman
    TB Paru di Sumsel
    LuluFanDy
    Belum ada peringkat
  • PBL Kedkel 1
    PBL Kedkel 1
    Dokumen29 halaman
    PBL Kedkel 1
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Poster
    Poster
    Dokumen9 halaman
    Poster
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • PBL Medkol 1
    PBL Medkol 1
    Dokumen35 halaman
    PBL Medkol 1
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • PBL Kedkel 2
    PBL Kedkel 2
    Dokumen26 halaman
    PBL Kedkel 2
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • PBL Kedkel 1
    PBL Kedkel 1
    Dokumen29 halaman
    PBL Kedkel 1
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mandiri Skenario 2 Blok Emergency
    Tugas Mandiri Skenario 2 Blok Emergency
    Dokumen52 halaman
    Tugas Mandiri Skenario 2 Blok Emergency
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • PBL Kedkel 3
    PBL Kedkel 3
    Dokumen22 halaman
    PBL Kedkel 3
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • PBL Medkol 2
    PBL Medkol 2
    Dokumen36 halaman
    PBL Medkol 2
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat
  • EKG Dasar
    EKG Dasar
    Dokumen56 halaman
    EKG Dasar
    Ain Fitrah Aulia Nur
    Belum ada peringkat