1.2 Tujuan
Mempelajari sifat larutan biner dengan membuat diagram temperatur versus
komposisi dengan menentukan indeks biasnya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1
mencampurkan a ml aseton dengan berat jenis dengan b ml. Kloroform dengan berat
2
jenis , maka komposisinya :
Keterangan:
M 1 = berat molekul Aseton = 58
Hasil dari grafik standar akan dapat diturunkan menjadi bentuk-bentuk grafik sperti gambar
berikut:
(a) (b) (c)
Gambar 2.1 Beberapa kemungkinan bentuk grafik diagram fase campuran. (a) campuran
ideal, (b) deviasi positif, (c) deviasi negatif
(Tim Kimia Fisik, 2016).
Diagram fasa adalah diagram yang menggambarkan daerah-daerah tekanan dan
temperatur di mana berbagai fasa bersifat stabil. Batas-batas fasa menunjukan nilai-nilai
tekanan dan temperatur di mana dua fasa berada dalam kesetimbangan. Titik kritis yaitu
titik pertemuan antara temperatur kritis (Tc) dan tekanan kritis (Pc). Tc yaitu temperatur di
mana batas antara dua fasa menghilang dan Pc yaitu tekanan di mana Tc terjadi. Sistem
biner di atas Tc menjadi fasa tunggal dan tidak ada lagi bidang pemisah (Atkins, 1996).
Beberapa sistem mempunyai temperatur kritis atas (Tuc) dan temperatur kritis
bawah (Tlc). Tuc adalah batas atas temperatur di mana terjadi pemisahan fasa. Kedua
komponen benar-benar bercampur ketika diatas temperatur batas atas. Temperatur ini ada
karena gerakan termal yang besar dan menghasilkan kemampuan campur yang lebih besar
pada kedua komponen. Tlc adalah batas bawah temperatur di mana terjadi pemisahan fasa.
Di bawah temperatur batas bawah kedua komponen bercampur dalam segala perbandingan
dan di atas temperatur itu kedua komponen membentuk dua fasa. Salah satu contohnya
adalah air dan trietilamina. Dalam hal ini, pada temperatur rendah kedua komponen lebih
dapat bercampur karena komponen-komponen itu membentuk kompleks yang lemah, pada
temperatur lebih tinggi kompleks itu terurai dan kedua komponen kurang dapat bercampur
(Atkins, 1996).
Sistem biner terdiri atas pasangan cairan campur sebagian yaitu cairan yang tidak
bercampur dalam semua proporsi pada semua temperatur. Sistem biner fenol-akuades
merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan
akuades pada temperatur tertentu dan tekanan tetap. Kelarutan adalah jumlah maksimum
zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Pelarut umumnya merupakan suatu
cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Sistem disebut biner karena terdiri
atas dua komponen yaitu fenol dan akuades. Sistem biner fenol-akuades tergolong fasa
padat-cair, fenol berupa padatan dan akuades berupa cairan. Kelarutan sistem ini akan
berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu
fenol atau akuades. Temperatur mempengaruhi komposisi kedua fasa pada kesetimbangan.
Kemampuan bercampurnya fenol dan akuades akan bertambah apabila temperatur
dinaikkan (Atkins, 1996).
Seluruh larutan biner apabila diuapkan secara parsial, komponen yang mempunyai
tekanan uap lebih tinggi akan terkonsentrasi pada fase uapnya, hingga terjadi perbedaan
komposisi antara cairan dengan uap yang setimbang. Uap tersebut dapat diembunkan
sebagai kondensat. Uap yang diperoleh dengan menguapkan secara parsial kondensat itu
akan mempunyai komposisi yang lebih kaya lagi akan komponen yang mudah menguap
(Alberty, 1987).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Konsentrasi Titik Didih Kadar Etanol dalam Kadar Etanol
Etanol (%) (C) Destilat (%) dalam Residu (%)
40 83 4,03 4,40
50 81 4,13 4,56
60 80 4,06 4,50
70 78 4,23 4,30
80 77 4,00 4,29
4.2 Pembahasan
Percobaan kesetimbangan uap-cair dalam sistem biner ini bertujuan untuk
mempelajari sifat larutan biner dengan membuat diagram temperatur versus komposisi
dengan menentukan indeks biasnya. Sistem biner merupakan sebuah larutan yang terdiri
dari dua komponen berbeda yaitu pelarut dan zat terlarut yang tercampur sempurna.
Larutan biner ini biasanya mengandung dua komponen zat yang memiliki sifat volatil yang
berbeda atau memiliki perbedaan titik didih. Komponen larutan biner yang lebih volatil
akan menguap lebih dahulu ketika dipanaskan sehingga suatu ketika akan terjadi
kesetimbangan uap-cair. Larutan yang dipanaskan pada temperatur tertentu akan
mengalami penguapan yang menunjukkan bahwa terjadi penguraian partikel dari fasa cair
menuju fasa uapnya. Larutan yang mengalami penguapan, tidak semua partikelnya
diuraikan menjadi fasa uap tetapi masih terdapat fasa cair. Keadaan dimana kecepatan
antara molekul-molekul campuran yang membentuk fasa uap sama dengan kecepatan
molekul-molekul campuran yang membentuk fasa cair disebut dengan kesetimbangan.
Kesetimbangan uap cair terjadi ketika tidak terjadi perubahan komposisi uap-cair
pada temperatur tertentu. Temperatur pada saat terjadi kesetimbangan uap-cair disebut
dengan temperatur kritis. Kesetimbangan uap-cair berlangsung saat komposisi uap dan
komposisi cair sama ketika larutan biner dipanaskan, dimana pada keadaan ini uap dan
cairan bercampur secara homogen sehingga batas antara fasa uap dan cairan tidak dapat
dibedakan. Larutan biner yang digunakan dalam percobaan kesetimbangan uap-cair pada
sistem biner ini adalah etanol dan air karena etanol dapat bercampur secara homogen
dengan air. Etanol 99,8% diencerkan dengan akuades menjadi berbagai variasi konsentrasi
yaitu 40%, 50%, 60%, 70%, dan 80% dalam 25 mL air. Variasi konsentrasi digunakan
untuk mengetahui kandungan alkohol pada masing-masing komposisi tersebut, semakin
tinggi konsentrasi etanol yang digunakan maka komposisi etanol dalam larutan semakin
banyak sehingga kandungan alkohol dalam larutan tersebut juga semakin bertambah.
Larutan dengan masing-masing konsentrasi selanjutnya didestilasi secara
bergantian. Destilasi merupakan proses pemisahan dua komponen dalam larutan biner
berdasarkan perbedaan titik didih. Destilasi ini bertujuan untuk memisahkan etanol dan
airnya sehingga diperoleh etanol dalam keadaan murninya, dimana titik didih etanol 78,5 oC
lebih rendah daripada air 100oC yang menyebabkan etanol akan menguap terlebih dahulu
dibanding air. Uap dari senyawa yang lebih mudah menguap ini akan melewati kondensor
dan uap tersebut akan terkondensasi menjadi bentuk cairan kembali. Pemanasan ini
dilakukan pada suhu yang tidak mendekati titik didih air agar air tidak ikut menguap
bersama etanol, sehingga etanol dapat dipisahkan dari air dengan baik. Suhu ketika distilat
menetes pertama kalinya diamati dengan tepat dan dicatat sebagai titik didih komponen
volatil. Proses distilasi ini dilakukan mulai dari konsentrasi terendah agar ketika
dilanjutkan ke konsentrasi yang lebih tinggi tidak mempengaruhi larutan dan hasilnya,
sehingga alat yang digunakan dapat dibilas dengan akuades saja. Destilasi dihentikan
ketika telah diperoleh destilat sebanyak minimal 1 mL yang selanjutnya akan diuji kadar
alkoholnya.
Destilat sebanyak 1 mL diencerkan hingga 10 mL dan residu diambil sebanyak 10
mL untuk dilakukan uji kadar alkohol yang terkandung pada destilat dan residu dengan
menggunakan alat sensor alkohol dan aplikasi Labview. Prinsip kerja dari sensor alkohol
ini adalah menghisap zat etanol yang menguap sehingga akan mengakibatkan hambatan
sensor (Rs) turun yang menyebabkan tegangan naik. Semakin besar konsentrasi gas maka
nilai V akan naik. Pengoperasiannya dengan mengaktifkan aplikasi pada PC yang telah
terhubung pada suatu rangkain alat yang memiliki ujung sensor. Zat yang akan diuji
dengan sensor alkohol, dimasukkan pada botol uji dan sensor tersebut diletakkan pada
mulut botol. Peletakannya harus tepat agar tidak ada alkohol yang menguap dan
menghasilkan nilai yang sesuai. Tombol run diklik dan ditunggu beberapa saat sampai nilai
yang dihasilkan menyimpan secara otomatis. Hasil dari uji sensor akan terlihat pada layar
komputer.
Kurva kalibrasi potensial versus konsentrasi pada alkohol dibuat terlebih dahulu
sebelum dilakukan uji kadar alkohol untuk menentukan konsentrasi yang belum diketahui
agar masuk dalam range kadar standar kalibrasi. Konsentrasi yang digunakan untuk
kalibrasi sangat rendah yang bertujuan agar menghasilkan garis dengan kelinieran yang
baik. Kurva tersebut didapatkan hasil yang linier dengan koefisien korelasinya sebesar
0,994. Hal tersebut menunjukkan hubungan yang linier antara konsentrasi alkohol dengan
potensial yang dibutuhkan. Kurva kalibrasi sensor alkohol adalah sebagai berikut:
Konsentrasi % Etanol
82
80 f(x) = 12.24x + 25.83
f(x) = - 4.44x + 97.95
R = 0.38
temperatur (C) 78
R = 0.03
76
Linear (Kadar Residu)
74
3.9 4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
kadar etanol
Gambar 4.2 Grafik antara komposisi destilat dan residu terhadap temperatur.
5.1 Kesimpulan
Sifat larutan biner yaitu pada etanol-air dapat digambarkan dengan kurva temperatur
versus komposisi. Larutan etanol-air dalam percobaan ini merupakan larutan non ideal.
Kurva kesetimbangan uap-cair sistem biner etanol-air yang dihasilkan seharusnya berupa
kurva deviasi negatif dan tidak terjadi titik azeotrop. Komposisi alkohol dalam destilat
pada percobaan ini lebih rendah dibandingkan dengan komposisi alkohol dalam residu
sehingga diperoleh kurva kesetimbangan yang tidak sesuai dengan literatur.
5.2 Saran
Praktikan seharusnya tepat dalam menentukan titik didih etanol agar tidak terjadi
kesalahan. Praktikan juga seharusnya melakukan percobaan sesuai prosedur yaitu
membersihkan labu destilasi setiap melakukan destilasi untuk setiap perubahan
konsentrasi. Praktikan juga seharusnya mengukur kadar residu dan destilat dengan tepat
sesuai petunjuk agar diperoleh hasil yang sesuai literarur.
DAFTAR PUSTAKA
V2 = 20 mL
Faktor Pengenceran
M1 V1 = M2 V2
M1 V1 = 10M1 V2
V1 = 10 V2
10
V2 = 10 mL
V2 = 1mL
Pengenceran 10 mL
1. Komposisi 40 %
M1 V1 = M2 V2
40 % 1mL = M2 10 mL
M2 =4%
2. Komposisi 50 %
M1 V1 = M2 V2
50 % 1mL = M2 10 mL
M2 =5%
3. Komposisi 60 %
M1 V1 = M2 V2
60 % 1mL = M2 10 mL
M2 =6%
4. Komposisi 70 %
M1 V1 = M2 V2
70 % 1mL = M2 10 mL
M2 =7%
5. Komposisi 80 %
M1 V1 = M2 V2
40 % 1mL = M2 10 mL
M2 =8%
Grafik Kesetimbangan Uap-Cair
Larutan Binner Etanol-Air
Kadar Distilan 84 Linear (Kadar Distilan) Kadar Residu
82
80 f(x) = 12.24x + 25.83
f(x) = - 4.44x + 97.95
R = 0.38
temperatur (C) 78
R = 0.03
76
Linear (Kadar Residu)
74
3.9 4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
kadar etanol