Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS DAN PENENTUAN KONSTANTA DISOSIASI

ASAM DENGAN TITRASI pH YANG DIKONTROL DENGAN


KOMPUTER

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

Nama : Siti Zulaicha


NIM : 141810301021
Kelompok/Kelas : 6/A
Asisten : Agus Wedi Pratama

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstanta disosiasi asam (Ka) merupakan tetapan kesetimbangan dari suatu


asam. Konstanta disosiasi berhubungan dengan derajat disosiasi begitupun derajat
disosiasi memiliki kaitan dengan konsentrasi sehingga derajat ionisasi ini tidak
bisa dijadikan untuk menyatakan kekuatan asam atau basa itu tanpa menyatakan
kondisi-kondisi saat pengukuran. Klasifikasi asam kuat dan lemah bisa di
indentifikasi dari nilai Ka atau pKa. Semakin besar nilai Ka atau semakin kecil
nilai pKa maka tingkat keasaman akan bertambah. Nilai Ka atau pKa sangat
karakteristik untuk asam-asam lemah sehingga dapat digunakan mengidentifikasi
sebuah asam lemah. Nilai pKa dari asam lemah yang dititrasi dapat ditentukan
dari pH larutan pada titik tengah titrasi.
Disosiasi asam lemah poliprotik dalam larutan melibatkan beberapa
kesetimbangan, sehingga asam lemah poliprotik memiliki beberapa tetapan
disosiasi (Ka1, ka2, ....dst.) yang juga sangat karakteristik untuk asam tersebut,
asam diprotik memiliki dua nilai tetapan disosiasi: Ka1 dan Ka2. Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan Ka dari CH 3COOH dan H3PO4 yang memiliki nilai
Ka1, Ka2, dan Ka3. Nilai pH larutan yang diperlukan untuk menetapkan nilai-nilai
tetapan disosiasi asam lemah tersebut dapat ditentukan secara langsung dari kurva
titrasi asam basa. Kurva titrasi asam basa dapat dibuat dengan mudah melalui
titrasi potensiometri. Metode potensiometri dapat menentukan harga pH suatu
larutan dalam sel elektrokimia. Penentuan ini merupakan penerapan potensiometri
secara langsung. Pengukuran pH pada setiap penambahan titran dengan pH meter
menggunakan prinsip potensiometri.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat banyak memunculkan teknologi
baru yang digunakan untuk mempermudah ilmuan dan peneliti yang bekerja di
laboratorium, seperti titrasi yang dikontrol dengan komputer menggunakan
software labview. Titrasi potensiometri ini menggunakan elektroda pH yang
dihubungkan dengan komputer menggunakan software labview sehingga data
yang terbaca berupa grafik volume terhadap pH. pH dalam titrasi ini dapat
dikontrol dan telah diketahui sehingga penentuan titik akhir titrasi ini tidak lagi
menggunakan indikator asam basa seperti titrasi asam basa secara konvensional.
Titrasi ini memanfaatkan sel elektroda, sehingga dapat menggambarkan reaksi
kesetimbangan untuk asam basa secara elektrokimia juga. Titrasi ini dikontrol
menggunakan komputer agar dapat menentukan volume ekivalen secara tepat.
Berdasarkan uraian tersebut maka percobaan ini perlu dlakukan.

1.2 Tujuan

Mengukur konstanta ionisasi dua asam dengan menggunakan teknik titrasi


potentiometrik.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan air suling dengan rumus molekul H2O. Akuades
memiliki sifat fisika dan kimia diantaranya keadaan fisik akuades adalah cair,
tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Akuades memiliki derajat
keasaman (pH) netral yaitu 7,0 dan berat molekul dari akuades sebesar 18,01
gram/mol. Akuades memiliki titik didih sebesar 100oC, dan titik lebur sebesar 0oC.
Akuades memiliki tekanan uap pada suhu 20oC sebesar 2,3 kPa, dan memiliki
massa jenis sebesar 1,00 gram/cm3. Akuades adalah pelarut yang kuat, dapat
melarutkan banyak jenis zat kimia, dan tidak bersifat korosif. Akuades tidak
berbahaya apabila terkena mata, kulit, terhirup, dan tertelan karena tidak
menyebabkan iritasi (Anonim, 2012).

2.1.2 Asam Asetat (CH3COOH)


Asam asetat memiliki rumus molekul CH 3COOH. Asam asetat memiliki
sifat fisik dan kimia diantaranya keadaan fisiknya cair, berbau, dan tidak
berwarna. Asam asetat ini memiliki berat molekul sebesar 60,05 g/mol dan massa
jenis sebesar 1,05 gram/mL. asam asetat memiliki titik didih sebesar 118,1C dan
titik leleh sebesar 16,6C. Asam asetat ini mudah larut dalam air, baik air dingin
maupun air panas, bahan ini juga larut dalam dietil eter, aseton. Asam asetat
sangat berbahaya apabila terjadi kontak kulit, kontak mata, tertelan, dan terhirup
karena dapat menyebabkan iritasi. Asam asetat apabila terkena mata sebaiknya
segera dibilas menggunakan air mengalir selama minimal 15 menit, apabila
terhirup asam asetat sebaiknya segera berpindah ke tempat yang udaranya lebih
segar. Kulit yang terkena asam asetat sebaiknya segera dibasuh dengan air
menggunakan sabun desinfektan dan menutup kulit yang terkena asam asetat
dengan barang yang lunak, dan apabila tertelan asam asetat sebaiknya segera
minum air atau susu 2-3 gelas untuk menetralisir (Anonim,2012).
2.1.3 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium Hidroksida memiliki rumus kimia NaOH. NaOH memiliki sifat
fisik dan kimia diantaranya memiliki berat molekul sebesar 40 g/mol, berwarna
putih dan memiliki pH 13,5. NaOH memiliki titik didih sebesar 1388C dan titik
leburnya sebesar 323C. NaOH tidak berbau dan tidak mudah terbakar. NaOH
berbahaya apabila terjadi kontak kulit, kontak mata, terhirup, dan tertelan karena
dapat menyebabkan iritasi. NaOH apabila terkena mata sebaiknya segera dibilas
menggunakan air mengalir selama minimal 15 menit, apabila terhirup NaOH
sebaiknya segera berpindah ke tempat yang udaranya lebih segar. Kulit yang
terkena NaOH sebaiknya segera dibasuh dengan air menggunakan sabun
desinfektan dan menutup kulit yang terkena NaOH dengan barang yang lunak, dan
apabila tertelan NaOH sebaiknya segera minum air atau susu 2-3 gelas untuk
menetralisir (Anonim, 2012).

2.1.4 Asam Fosfat (H3PO4)


Asam fosfat memilki rumus molekul yaitu H3PO4. Asam fosfat berwujud
cairan agak kental, tidak berwarna, tidak berbau, dan berasa asam. Asam fosfat
memiliki berat molekul sebesar 97,97 g/mol, titik didihnya sebesar 158oC, dan
titik lelehnya sebesar 21oC. Asam fosfat memiliki nilai Ka lebih dari satu karena
termasuk asam poliprotik, adapun nilai Ka1 dan Ka2 adalah 7,5x10-3 dan 6,2x10-8.
Asam fosfat bebahaya apabila terkena mata, kulit, terhirup, dan tertelan karena
dapat menyebabkan iritasi. Asam fosfat apabila terkena mata atau kulit maka
segera dibasuh bagian yang terkontaminasi dengan air mengalir dan sabun
desinfektan selama minimal 15 menit. Pertolongan pertama jika terhirup asam
fosfat maka korban segera berpindah ke tempat yang udaranya lebih sejuk, dan
apabila tertelan asam fosfat maka segera minum air atau susu secukupnya untuk
menetralisir (Anonim, 2012).
2.2 Landasan Teori

Asam kuat merupakan elektrolit kuat yang dianggap terionisasi sempurna


dalam air. Asam lemah hanya sedikit yang terionisasi dalam air. Kekuatan asam
lemah sangat beragam karena derajat ionisasinya yang beragam pula. Ionisasi
asam lemah berkaitan denga n konstanta kesetimbangan ionisasi. Asam
monoprotik lemah misalnya HA, maka ionisasinya dalam air adalah:

HA(aq) + H2O(l) H3O+ (aq) + A- (aq) (2.1)


Suatu kesetimbangan larutan berair dari asam lemah mengandung campuran
antara molekul asam yang tidak terionisasi, ion H3O+ dan basa konjugat
(Chang, 2005).
Konstanta ionisasi asam (Ka) adalah konstanta kesetimbangan untuk ionisasi
asam yang merupakan tetapan kesetimbangan untuk reaksi pemindahan proton
dari suatu asam ke air sehingga menghasilkan H 3O+. Konstanta ionisasi erat
kaitannya dengan derajat disosiasi/ionisasi. Derajat disosiasi berhubungan dengan
konsentrasi sehingga derajat ionisasi ini tidak bisa dijadikan untuk menyatakan
kekuatan asam atau basa tanpa menyatakan kondisi-kondisi saat pengukuran.
Nilai kesetimbangan disosiasi tidak bergantung pada konsentrasi, tetapi
bergantung pada keaktifan asam sehingga dapat memberikan ukuran kuantitatif
dari kekuatan asam atau basa itu. Konstanta ionisasi asam persamaan 2.1 diatas
dapat dituliskan:
+
H 3 O


Ka = A (2.2)


Kekuatan asam HA diukur secara kuantitatif dengan Ka pada suhu tertentu.


Semakin besar Ka semakin kuat asamnya yang artinya semakin tinggi konsentrasi
ion H+ pada kesetimbangan karena ionisasinya. Semua spesi baik asam yang tidak
terionisasi, ion H+ dan ion A- berada pada kesetimbangan, karena ionisasi asam
lemah tidak pernah sempurna. Ka dapat dihitung dari konsentrasi awal asam dan
pH larutan. Semua spesi dan pH larutan dapat mengggunakan Ka dan konsentrasi
awal asam apabila menghitung konsentrasi kesetimbangan (Chang, 2005).
Asam monoprotik adalah asam yang hanya menghasilkan satu proton per
molekul asam, namun pada kenyataannya terdapat asam yang dapat melepaskan
lebih dari satu proton dinamakan sebagai asam diprotik sedangkan yang dapat
melepaskan lebih dari dua proton dinamakan asam poliprotik. Asam ini dapat
menghasilkan lebih dari satu proton, sehingga pendekatan yang dilakukan untuk
asam poliprotik jauh lebih rumit daripada asam monoprotik. Asam diprotik dan
asam poliprotik terionisasi secara bertahap, dimana protonnya lepas satu per satu.
Persamaan konstanta ionisasinya dapat ditulis untuk setiap tahap ionisasi. Dua
atau lebih persamaan konstanta kesetimbangan yang dihasilkan digunakan untuk
menghitung konsentrasi-konsentrasi spesi dalam larutan asamnya. Asam tertentu,
konstanta ionisasi pertama jauh lebih besar daripada konstanta ionisasi kedua dan
seterusnya. Kecenderungan ini terjadi karena lebih mudah memindahkan satu ion
H+ dari molekul netral dibandingkan dengan memindahkan ion H+ berikutnya dari
ion bermuatan negatif yang diturunkan dari molekul itu. Salah satu contoh asam
diprotik adalah asam oksalat (H2C2O4) dimana Ka1 > Ka2, maka konsentrasi ion H+
pada kesetimbangan dianggap dihasilkan hanya dari tahap ionisasi pertama dan
konsentrasi basa konjugatnya untuk ionisasi tahap kedua sama dengan nilai Ka 2.
Contoh asam poliprotik adalah asam fosfat (H3PO4) dengan tiga atom hidrogen
yang dapat terionisasi:

H3PO4 (aq) H+ (aq) + H2PO4- (aq)


+
H


-3
Ka1 = H 2 PO 4 = 7,5 x 10 (2.3)


H2PO4- (aq) H+ (aq) + HPO42- (aq)


+
H

2
H PO4
Ka2 = = 6,2 x 10-3 (2.4)

H 2 PO 4


HPO42- (aq) H+ (aq) + PO43- (aq)


+
H

3
PO 4
Ka3= = 4,8 x 10-3 (2.5)
2

H PO 4


Asam fosfat diatas merupakan asam poliprotik lemah dan konstanta ionisasinya
menurun untuk tahap kedua dan ketiga. Berdasarkan hal tersebut dapat diprediksi
bahwa dalam larutan yang mengandung asam fosfat, konsentrasi asam yang tidak
terionisasi sangatlah tinggi dan spesi lain yang ada dalam konsentrasi yang tinggi
hanyalah ion H+ dan ion H2PO4- (Chang, 2005).
Metode analisis yang umum digunakan dalam penentuan konstanta disosiasi
adalah menggunakan titrasi potensiometri. Proses titrasi potensiometri dapat
dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang
sesuai. Selisih potensial antara kedua elektroda diamati selama titrasi. Titik akhir
dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume dimana
terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran.
Keuntungan melakukan pengukuran secara potensiometri untuk mendeteksi titik
akhir yaitu pengukuran dapat dilakukan dalam larutan yang berwarna, tidak
seperti deteksi titik akhir berdasarkan indikator, dan memberikan titik akhir yang
diperoleh secara pasti. Kelemahan titrasi potensiometri yaitu berlangsung lambat
karena membutuhkan waktu agar pembacaan stabil, terutama di dekat titik akhir
titrasi (Watson, 1801).
Titik ekuivalen pada titrasi potensiometri akan dideteksi dengan cara
memantau potensial sel yang terbentuk oleh elektroda platina di dalam campuran
dan elektroda lain yang berada di dalam kotak listrik dengan campuran melalui
jembatan garam. Titik ekuivalen terjadi perubahan potensial sel yang tajam, ketika
cukup tepat oksidan ditambahkan untuk mengoksidasi semua ion tereduksi.
Pengukuran pH dengan pH meter merupakan pengembangan dari potensiometri.
Nilai pH didapatkan dari pengukuran potensial elektrokimia yang terjadi antara
larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan
yang terdapat di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan
lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang
ukurannya relatif kecil dan aktif. Elektroda gelas tersebut akan mengukur
potensial elektrokimia dari ion hidrogen. Kalibrasi dengan menggunakan larutan
yang equivalent yang lainnya perlu dilakukan untuk menetapkan nilai pH
(Basset, 1994).
Program LabVIEW adalah sebuah software pemrograman yang diproduksi
oleh National Instruments dengan konsep yang berbeda. LabVIEW mempunyai
fungsi dan peranan yang sama seperti bahasa pemrograman lainnya yaitu C++,
matlab atau Visual Basic, perbedaannya bahwa labVIEW menggunakan bahasa
pemrograman berbasis grafis atau block diagram, sedangkan bahasa pemrograman
lainnya menggunakan basis text. Program labVIEW dikenal dengan sebutan Vi
atau Virtual Instruments karena penampilan dan operasinya dapat meniru sebuah
instrument. LabVIEW menggunakan metode dataflow programming dimana alur
data melalui berbagai ikon akan menentukan urutan eksekusi dari setiap instruksi
(Rakhman, 2012).
LabVIEW adalah program yang digunakan untuk mengotomatisasi
pengujian dan pengumpulan data. Bahasa pemrogramannya grafis atau block
diagram di mana pengguna dapat mengatur program untuk memanipulasi dan
menyimpan data. Transmisi data lewat chanel dapat berbentuk parallel dan serial.
Transmisi data parallel bahwa semua bit dari karakter yang diwakili oleh suatu
kode ditransmisikan secara serentak satu karakter tiap saat, sedangkan untuk
serial, masing masing bit dari suatu karakter dikirimkan secara berurutan yaitu bit
per bit. Software LabVIEW terdiri dari tiga komponen utama yaitu front panel,
blog diagram dari Vi, dan Control and function pallete. Front panel adalah bagian
window yang berlatar belakang abu-abu serta mengandung kontrol dan indikator
digunakan untuk membangun sebuah Vi, menjalankan program dan mendebug
program. Blok diagram adalah bagian window yang berlatar belakang putih berisi
source code yang dibuat dan berfungsi sebagai instruksi untuk front panel.
Control and function pallete digunakan untuk membangun sebuah Vi
(Rakhman, 2012).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

1.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Gelas beker
- Botol infuse
- Stirrer magnetic dan anak stirrernya
- statif
- Pipet mohr
- Komputer
- Botol semprot

3.1.2 Bahan
- Akuades
- NaOH
- CH3COOH
- H3PO4
3.2 Skema Kerja

3.2.1 Titrasi asam asetat dan asam fosfat


Asam Asetat 0,1 M
- dimasukan larutan 10 mL ke dalam gelas beker 100 mL .
- dicelupkan elektroda.
- dititrasi dengan larutan hidroksida standar dalam botol infus.
- dialurkan data sebagai pH lawan volume NaOH dan ditetapkan
volume kesetaraanya.
- dihentikan titrasi ketika telah melalui titik ekivalen dan pH
menjadi konstan.
- ditentukan nilai Ka.
- dilakukan duplo.
- dilakukan cara yang sama untuk asam fosfat.

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil pengamatan


Asam Asetat Asam Fosfat
Pengulangan
V.Ekuivalen pH V.Ekuivalen pH
1 546 mL 10,639 466 mL 5,221

2 618 mL 10,043 545 mL 4,985

4.1.2 Hasil pengolahan data


V. V.
Bahan Pengulangan Ekuivalen Ekuivalen pKa Ka
(mL) 3/2 (mL)
1 273 - 5,625 2,37 10-6
CH3COOH
2 309 - 5,453 3,52 10-6
2,837 1,45 10-3
1 233 699
7,453 3,52 10-8
H3PO4
2,813 1,54 10-3
2 272,5 817,5
7,379 4,18 10-8

4.2 Pembahasan

Percobaan lima ini adalah analisis dan penentuan konstanta disosiasi asam
dengan titrasi pH yang dikontrol dengan komputer. Konstanta disosiasi
merupakan angka yang menunjukkan banyaknya zat yang diuraikan menjadi
unsur-unsurnya yang lebih kecil atau lebih sederhana. Percobaan ini bertujuan
untuk mengukur konstanta ionisasi dua asam menggunakan teknik titrasi
potentiometrik. Konstanta ionisasi menunjukkan banyaknya zat yang terurai
menjadi ion-ionnya dimana konstanta ionisasi hanya dimiliki oleh senyawa-
senyawa yang dapat terurai menjadi ion-ionnya baik itu lemah maupun kuat.
Asam yang digunakan pada percobaan ini adalah asam asetat dan asam fosfat.
Asam menurut Bronsted-lowry didefinisikan sebagai sebuah molekul atau ion
yang mampu melepaskan atau mendonorkan kation hidrogen (proton, H+). Asam
monoprotik adalah asam yang dapat melepaskan hanya satu proton dalam pelarut
air. Asam poliprotik adalah asam yang dapat melepaskan lebih dari satu proton
dalam pelarut air. Asam asetat sebagai asam monoprotik yang dapat melepaskan
satu proton yaitu satu ion H+ dalam pelarut air, sedangkan asam fosfat sebagai
asam poliprotik dimana asam fosfat dapat melepaskan tiga proton dalam pelarut
air karena memiliki tiga ion H+.
Percobaan ini menggunakan teknik titrasi potensiometri dimana elektroda
pH digunakan untuk menentukan titik ekivalen larutan yang dititrasi. Titik
ekivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau
titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang
dinetralkan. Titik ekivalen ini biasanya ditunjukkan dengan perubahan warna
akibat penambahan larutan indikator, namun pada percobaan ini menggunakan
elektroda pH sehingga titik ekivalen ditunjukkan saat pH menunjukkan
kekonstanan, atau garis lurus pada grafik. Titrasi dilakukan secara kontinyu
hingga diperoleh kurva pH yang mengalami peningkatan secara drastis dan
setelah pH nya mulai stabil titrasi dapat dihentikan. Pengukuran pH dilakukan
pengulangan sebanyak 2 kali untuk mengetahui kepresisian dan diperoleh data
yang lebih valid. Titrasi ini antara asam lemah yaitu asam asetat dan asam fosfat
dengan basa kuat yaitu NaOH. Titrasi asam lemah dengan basa kuat akan
diperoleh pH basa karena suatu asam yang mempunyai pH kurang dari 7 jika
ditambah basa yang pHnya lebih dari 7, maka pH asam akan naik.
Titrasi pertama dilakukan pada asam asetat. Asam asetat 0.1M sebanyak
10mL dituangkan ke dalam gelas beaker untuk dititrasi dengan NaOH. Titrasi ini
tidak seperti biasanya menggunakan buret melainkan menggunakan botol infus
karena volume NaOH yang digunakan sudah terkontrol oleh komputer sehingga
tidak menggunakan buret utuk membaca skala volume NaOH yang digunakan.
Gelas beaker yang berisi asam asetat diletakkan diatas magnetic stirrer untuk
pengadukan agar komponen ionisasi dalam larutan homogen dan dapat terbaca
secara konstan pada alat potensiometri. Titrasi dimulai dengan menggunakan
elektroda pH yang dicelupkan secara bersama dengan tetesan NaOH pertama
dimana pH meter sudah terhubung dengan komputer dan menggunakan software
labview untuk membaca data hasil titrasi. selanjutnya dititrasi dengan NaOH.
Larutan asam asetat tersebut diberi pH meter yang dihubungkan dengan komputer
dan menggunakan software labview untuk membaca data hasil titrasi. LabVIEW
adalah program yang digunakan untuk mengotomatisasi pengujian dan
pengumpulan data yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu front panel, blog
diagram dari Vi, dan Control and function pallete. Bahasa pemrogramannya grafis
atau block diagram dimana pengguna dapat mengatur program untuk
memanipulasi dan menyimpan data. Elektroda pH setiap akan digunakan dan
selesai digunakan harus dibilas dengan akuades untuk kalibrasi dan agar ion-ion
sisa yang menempel pada permukaan elektroda hilang setelah dibilas dengan
akuades. Titrasi dihentikan setelah melalui titik ekivalen dimana titik akhirnya
diketahui saat pH konstan dari grafik yang dihasilkan pada komputer. Grafik yang
diperoleh berupa volume NaOH lawan pH pada pengulangan pertama sebagai
berikut:

Kurva Titrasi Asam Asetat Pengulangan Pertama


14,000
12,000
f(x) = 13.15x + 2752.14
10,000 R = 0.86
8,000
pH 6,000
Linear ()
4,000
2,000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800

Volume NaOH

Gambar 4.1 Kurva Titrasi Asam asetat dengan NaOH


Kurva titrasi asam asetat dengan NaOH yang diperoleh dari kedua
pengulangan tidak jauh berbeda. Hanya sedikit terjadi perbedaan kecil di beberapa
titik saja, hal ini dikarenakan laju volume NaOH tidak sama sehingga volume
NaOH yang ditambahkan berbeda-beda. Berdasarkan kurva tersebut maka dapat
ditentukan volume ekivalen yang digunakan untuk menentukan nilai Ka asam
asetat. Volume ekivalen tercapai saat terbentuk puncak yang menunjukan
terjadinya perubahan pH atau pH berubah secara drastik dengan penambahan
sedikit volume NaOH. Grafik yang dihasilkan pada titrasi asam asetat yaitu hanya
terbentuk satu puncak saja. Hal ini dikarenakan asam asetat merupakan asam
monoprotik yang hanya mampu menyumbangkan satu ion H+ saja, dalam hal ini
yaitu ion H+ yang di dalam air akan membentuk ion H 3O+. Reaksi disosiasi untuk
asam asetat dan konstanta disosiasi asam asetat adalah sebagai berikut:
CH3COOH (aq) + H2O (l) H3O+ (aq) + CH3COO- (aq)
+

H 3O



C H 3 CO O


K a=

Asam asetat adalah asam lemah dan dititrasi dengan NaOH akan mengalami
perubahan pH dari pH asam sampai tercapai titik akhir titrasi pada pH basa.
Berikut reaksi yang terjadi antara asam asetat dengan NaOH :
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O (aq)
Nilai pH pada titik ekivalen diperoleh dengan asumsi pH merupakan
separuh dari volume ekivalen. Volume setengah ekivalen ini dipilih karena pada
titik ini spesi HA dan A mempunyai konsentrasi sama, sehingga nilai pH sama
dengan nilai pK sesuai dengan persamaan Henderson-Hasselbach. pH yang
dihasilkan dari dua pengulangan yaitu setengah volume pertama diperoleh pH
5,625 dan setengah volume kedua diperoleh pH 5,453. Volume yang dihasilkan
dari kedua pengulangan berbeda-beda karena berhubungan dengan kecepatan
titrasi dalam hal ini adalah laju penambahan NaOH. Semakin cepat titrasi yang
berlangsung, maka grafik yang dihasilkan semakin cepat terbentuk. Nilai pH dari
masing-masing data tersebut kemudian digunakan untuk menentukan nilai Ka.
Hasil perhitungan diperoleh nilai Ka asam asetat pada pengulangan pertama
sebesar 2,37 10-6 dan pengulangan kedua sebesar 3,52 10-6. Berdasarkan
literatur nilai Ka pada percobaan tidak sesuai literatur yaitu 1,8 x 10 -5.
Ketidaksesuaian ini kemungkinan dikarenakan kurang tepat dalam menentukan
volume ekivalen, bisa juga dikarenakan konduktor yang digunakan tidak stabil
saat berada dalam larutan sehingga titik ekivalen dan titik akhir titrasinya kurang
tepat.
Percobaan yang kedua yaitu titrasi pada asam fosfat dengan basa kuat
NaOH. Asam fosfat ini tergolong dalam asam poliprotik karena melepas tiga ion
H+. Berikut reaksinya:

H3PO4 (aq) H+ (aq) + H2PO4- (aq)

H2PO4- (aq) H+ (aq) + HPO42- (aq)

HPO42- (aq) H+ (aq) + PO43- (aq)


Titrasi asam fosfat ini dilakukan dengan perlakuan yang sama seperti titrasi asam
asetat sebelumnya. Perbedaannya hanya pada waktu yang digunakan selama
titrasi, titrasi asam fosfat lebih lama dari titrasi asam asetat karena asam yang
digunakan adalah asam poliprotik dengan ionisasi sebanyak 3 kali. Adapun reaksi
yang terjadi antara asam fosfat dengan NaOH adalah sebagai berikut:

H3PO4 (aq) + 3NaOH (aq) Na3PO4 (aq) + 3H2O (aq)


Grafik titrasi antara asam fosfat dengan NaOH pada pengulangan pertama
digambarkan sebagai berikut:
Kurva Titrasi Asam Fosfat Pengulangan Pertama
14,000
12,000 f(x) = 7.81x + 1536.24
10,000 R = 0.97

8,000
pH 6,000 Linear ()
4,000
2,000
0
0 500 1000 1500

Volume NaOH

Gambar 4.2 Kurva Titrasi Asam Fosfat dengan NaOH


Grafik yang dihasilkan dari titrasi ini menunjukkan terbentuknya dua puncak yang
seharusnya 3 puncak, tetapi diberhentikan sampai dua puncak. Penyebab
terjadinya tiga puncak tersebut disebabkan karena asam fosfat termasuk asam
poliprotik yang dapat menyumbangkan tiga ion H+ sehingga garfik yang
seharusnya diperoleh menunjukkan tiga patahan. Nilai Ka asam fosfat hanya
dihitung Ka1 dan Ka2 saja karena hanya melewati dua titik ekivalen.
Hasil percobaan diketahui nilai pH pada titrasi asam fosfat dengan basa
kuat NaOH pada pengulangan pertama diperoleh pH pada titik ekivalen pertama
sebesar 2,837 dari setengah volume ekivalen dan pH pada titik ekivalen kedua
sebesar 7,453 dari 3/2 volume ekivalen pertama. Pengulangan kedua diperoleh
nilai pH pada titik ekivalen pertama sebesar 2,813 dari setengah volume ekivalen
dan pH pada titik ekivalen kedua sebesar 7,379 dari 3/2 volume ekivalen pertama.
Nilai pH yang diperoleh digunakan untuk menentukan nilai Ka asam fosfat. Nilai
Ka1 dan Ka2 diperoleh dari nilai pH pada titik ekivalen pertama dan kedua. pH
pertama digunakan untuk menentukan nilai Ka1. Hasilnya secara berturut-turut
pada kedua pengulangan yaitu nilai Ka1 sebesar 1,45 x 10-3 dan 1,54 x 10-3,
sehingga rata-rata nilai Ka1 yaitu 1,49 x 10-3. pH yang kedua digunakan untuk
menentukan nilai Ka2, nilai Ka2 berturut-turut dari kedua pengulangan yaitu 3,52
x10-8 dan 4,18 x 10-8, sehingga rata-rata nilai Ka2 yaitu 3,85 x 10-8. Nilai Ka2 selalu
lebih kecil dari Ka1 dikarenakan muatan negatif yang tertinggal akibat hilangnya
ion hidrogen dalam ionisasi pertama menyebabkan ion hidrogen kedua terikat
lebih kuat. Fenomena semakin kuatnya ion hidrogen terikat ini menyebabkan
semakin sulit dilepaskan sehingga tetapan kesetimbangannya semakin kecil. Ion
hidrogen dalam air tidak dapat berdiri sendiri sehingga akan membentuk ion
hidronium (H3O+).
Berdasarkan literatur nilai Ka1 dan Ka2 dari asam fosfat hasil percobaan ini
dikatakan kurang tepat karena nilai Ka1 dan Ka2 yang dihasilkan berbeda dengan
literatur yaitu Ka1 = 7,11 x 10-3 dan Ka2 = 6,32 x 10-8. Hal tersebut terjadi
kemungkinan saat titrasi dihentikan hasil yang diperoleh belum benar-benar
menunjukkan titik akhir titrasi sehingga volume ekivalen yang diperoleh kurang
tepat. Selain itu dikarenakan konduktor yang digunakan tidak stabil saat berada
dalam larutan.
Kurva yang diperoleh antara pH dan volume NaOH untuk asam fosfat dari
kedua pengulangan juga memiliki kemiripan baik bentuk maupun lekukan
puncak. Grafik H3PO4 ini berbeda dengan grafik CH 3COOH, pada grafik H3PO4
pH pada awal penambahan NaOH terjadi penurunan. Hal ini terjadi karena asam
fosfat merupakan asam poliprotik. Asam ini mengalami lebih dari satu ionisasi,
sehingga pelepasan ion H+ terjadi lebih dari satu. Pelepasan H+ ini terjadi saat
awal penambahan NaOH, karena pelepasan satu ion H+ pada asam fosfat akan
membuat larutan semakin asam sehingga akan membuat pH yang dihasilkan turun
kemudian naik kembali setelah semua ion H+ terlepas.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Konstanta ionisasi asam fosfat dan asam asetat dapat ditentukan


menggunakan teknik titrasi potensiometri menggunakan elektroda pH yang
dikontrol dengan komputer menggunakan aplikasi lab view sehingga diperoleh
kurva tittrasi volume NaOH versus pH yang digunakan untuk menetukan nilai Ka.
Konstanta ionisasi asam asetat rata rata yang diperoleh dari percobaan adalah
2,94 x 10-6, sedangkan kosntanta ionosasi asam fosfat rata rata yang diperoleh
dari percobaan adalah Ka1 = 1,49 x 10-3 dan Ka2 = 3,85 x 10-8.

5.2 Saran

Praktikan sebaiknya tepat dalam menentukan volume ekuivalen agar hasil


yang diperoleh sesuai literatur. Praktikan juga harus berhati-hati dalam melakukan
percobaan yaitu penggunaan elektroda dan penetesan NaOH tidak boleh mengenai
elektroda agar tidak mempengaruhi hasil yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Material Safety Data Sheet Water [Serial Online]


https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321. Diakses 23
November 2016.

Anonim. 2012. Material Safety Data Sheet Acetic acid [Serial Online]
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9922769. Diakses 23
November 2016.

Anonim. 2012. Material Safety Data Sheet Phosphoric acid [Serial Online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927393. Diakses 23
November 2016.

Anonim. 2012. Material Safety Data Sheet Sodium hydroxide [Serial Online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924998. Diakses 23
November 2016.

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi
Keempat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Chang, R. 2005. Konsep-Konsep Kimia Dasar Inti. Jakarta: Erlangga.

Rakhman, A. 2012. LabVIEW Software [Serial Online]


http://rakhman.net/labview-software/. Diakses 23 November 2016.

Tim Penyusun Kimia Fisik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Jember:
Universitas Jember.

Watson, D.G. 1801. Analisis Farmasi : BA untuk Mahasiswa Farmasi dan


Praktisi Kimia Farmasi. Jakarta : EGC.

LAMPIRAN
1 Asam Asetat (1)

Kurva Titrasi Asam Asetat Pengulangan Pertama


14,000
12,000
f(x) = 13.15x + 2752.14
10,000 R = 0.86
8,000
pH 6,000 Linear ()
4,000
2,000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800

Volume NaOH

Volume ekuivalen = 546 mL


Volume ekuivalen = 273 mL
pKa = pH setengah volume ekuivalen = 5,625
pKa = - log Ka
Ka = 10-pKa
= 10-5,625
= 2,37 10-6
2 Asam Asetat (2)

Kurva Titrasi Asam Asetat Pengulangan Kedua


14,000
12,000
10,000 f(x) = 10.79x + 2754.86
8,000 R = 0.81
pH 6,000 Linear ()
4,000
2,000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800

Volume NaOH

Volume ekuivalen = 618 mL


Volume ekuivalen = 309 mL
pKa = pH setengah volume ekuivalen= 5,453
pKa = - log Ka
Ka = 10-pKa
= 10-5,453
= 3,52 10-6
3 Asam Fosfat (1)

Kurva Titrasi Asam Fosfat Pengulangan Pertama


14,000
12,000 f(x) = 7.81x + 1536.24
10,000 R = 0.97

8,000
pH 6,000 Linear ()
4,000
2,000
0
0 500 1000 1500

Volume NaOH

Volume ekuivalen = 466 mL


Volume 1/2 ekuivalen = 233 mL ; pH = 2,837
pKa1 = pH (volume 1/2 ekuivalen)
= 2,837
pKa1 = - log Ka1
Ka1 = 10-2,837
= 1,45 10-3
Volume 3/2 ekuivalen = 699 mL ; pH = 7,453
pKa2 = pH (volume 3/2 ekuivalen)
= 7,453
pKa2 = - log Ka2
Ka2 = 10-7,453
= 3,52 10-8
4 Asam Fosfat (2)

Kurva Titrasi Asam Fosfat Pengulangan Kedua


14,000
12,000
f(x) = 6.61x + 1471.15
10,000 R = 0.97
8,000
pH 6,000 Linear ()
4,000
2,000
0
0 500 1000 1500 2000

Volume NaOH

Volume ekuivalen = 545 mL


Volume 1/2 ekuivalen = 272,5 mL ; pH = 2,813
pKa1 = pH (volume 1/2 ekuivalen)
= 2,813
pKa1 = - log Ka1
Ka1 = 10-2,813
= 1,54 10-3

Volume 3/2 ekuivalen = 817,5 mL ; pH = 7,379


pKa2 = pH (volume 3/2 ekuivalen)
= 7,379
pKa2 = - log Ka2
Ka2 = 10-7,379
= 4,18 10-8

Anda mungkin juga menyukai