KIMIA DASAR
LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)
MATERI III
LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)
TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Praktikan mampu memahami sifat larutan penyangga (Buffer)
2. Praktikan mampu membuat larutan buffer
3. Praktikan mampu mengatur pH larutan penyangga menggunakan pH meter
A. PRE-LAB
1. Jelaskan pengertian dan fungsi dari larutan penyangga!
Larutan penyangga adalah larutan yang harus memiliki komponen asam/basa lemah
dan garamnya. Larutan ini memiliki kemampuan untuk menolak perubahan pH pada
penambahan sedikit asam atau basa. Larutan penyangga sangat penting untuk
mempertahankan pH dalam sistem organ tubuh kita. Contohnya pada getah lambung
memiliki pH sekitar 1,5 dan pH darah sekitar 7,4. Disini, larutan penyangga berfungsi untuk
mempertahankan pH pada getah lambung dan darah agar enzim dapat bekerja dengan baik
juga menjaga kesetimbangan tekanan osmotik (Chang and Jason, 2019).
2. Jelaskan prinsip dan mekanisme kerja dari buffer asam dan buffer basa!
Larutan penyangga harus mengandung konsentrasi asam yang relatif besar untuk
bereaksi dengan setiap ion OH− yang ditambahkan padanya, dan harus mengandung
konsentrasi basa yang sama dengan bereaksi dengan ion H+ yang ditambahkan. Selanjutnya,
komponen asam dan basa dari larutan penyangga tidak boleh ternetralisasi sempurna atau
harus bersisa. Persyaratan ini dipenuhi jika dalam larutan tersebut terdapat pasangan
konjugasi asam-basa, misalnya, asam lemah dan basa konjugasinya (disediakan oleh garam)
atau basa lemah dan asam konjugasinya (disediakan oleh garam). Larutan buffer sederhana
dapat dibuat dengan menambahkan jumlah molar yang sebanding asam asetat (CH3COOH)
dan garamnya natrium asetat (CH3COONa) menjadi air. Konsentrasi kesetimbangan asam
dan basa konjugasi (dari CH3COONa) dianggap sama dengan konsentrasi awal. Larutan
mengandung dua zat ini memiliki kemampuan untuk menetralkan asam atau basa yang
ditambahkan. Natrium asetat, elektrolit kuat, terdisosiasi sempurna dalam air (Chang and
Jason, 2019).
3. Jelaskan fungsi dan mekanisme kerja larutan penyangga karbonat dan fosfat dalam tubuh
manusia!
Dalam tubuh kita, darah berperan penting dalam sirkulasi oksigen dan bahan bakar
untuk proses kehidupan dan pembuangan limbah. Darah harus dijaga pH nya agar dapat
bekerja dengan baik. Sistem tubuh kita telah menyediakan larutan penyangga untuk
mempertahankan pH plasma darah di kisaran 7,4. Jika pH terlalu asam atau basa, organ-
organ tubuh tidak dapat bekerja secara normal. pH plasma darah dipertahankan pada kisaran
7,4 oleh sistem larutan penyangga HCO₃⁻/H₂CO₃. Karbon dioksida yang dihasilkan oleh
proses metabolisme berdifusi ke dalam eritrosit, di mana ia dengan cepat diubah menjadi
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3
H2CO3 oleh karbonat anhidrase: CO₂ (aq) + H₂O(l)⇌ H₂CO₃ (aq). Ionisasi asam karbonat
H₂CO₃ (aq)⇌H⁺(aq) + HCO₃⁻ (aq) membentuk ion bikarbonat. Ketika terjadi penambahan
asam pada darah maka H⁺ akan bereaksi dengan ion bikarbonat membentuk asam karbonat
H⁺(aq) + HCO₃⁻ (aq) ⇌ H₂CO₃ (aq). Ketika terjadi penambahan basa maka OH⁻ akan
bereaksi dengan asam bikarbonat membentuk asam karbonat OH⁻ (aq) + H₂CO₃ ⇌ HCO₃⁻
+ H₂O (Chang and Jason, 2019).
Sel di tubuh kita bekerja dengan baik pada kisaran pH 7,4. Agar fungsi intraseluler tidak
terganggu, pH dalam sel dipertahankan oleh sistem larutan penyangga fosfat (HPO₄
²⁻/H₂PO₄). Ketika terjadi penambahan asam maka akan HPO₄ ²⁻ akan bereaksi dengan ion
H⁺ membentuk H₂PO₄, 2H⁺(aq) + HPO₄ ²⁻ (aq) ⇌ H₂PO₄ (aq). Ketika terjadi penambahan
basa maka OH⁻ akan bereaksi dengan H₂PO₄ membentuk HPO₄ ²⁻, 2OH⁻ (aq) + H₂PO₄ ⇌
HPO₄ ²⁻ + 2H₂O (Chang and Jason, 2019).
4. Jelaskan fungsi, prinsip kerja, dan mekanisme perubahan warna dari kertas lakmus!
Kertas lakmus merupakan pengukur pH konvensional. Lakmus biru untuk menguji
basa dan lakmus merah untuk menguji basa. Kertas lakmus memiliki prinsip kerja yang
sederhana yaitu melihat perubahan warna pada kertas. Larutan asam akan memerahkan
lakmus biru dan larutan basa akan membirukan lakmus merah. Larutan garam netral tidak
mengubah warna kedua lakmus. Senyawa yang menyebabkan perubahan warna pada lakmus
adalah 7-hiroksiphenoxazon. 7-hiroksiphenoxazon merupakan asam lemah yang tidak
terionisasi sempurna. 7-hiroksiphenoxazon membentuk kesetimbagan HA⇌ H⁺+ A⁻. Jika
lakmus dicelupkan ke dalam senyawa asam maka jumlah ion hidrogen akan bertambah
sehingga kesetimbagan bergeser ke kiri dan lakmus berubah warna menjadi merah. Jika pada
larutan basa maka, kesetimbangan bergeser ke kiri dan mengubah warna lakmus menjadi
biru (Matiin dkk., 2012).
tetap dalam larutan apapun. Aliran listrik yang terbentuk bergantung dari potensial elektroda
kaca. Nilai pH sangat dipengaruhi oleh temperatur larutan. Jika larutan netral temperature
memang tidak berpengaruh. Namun, pada larutan asam atau basa, temperatur sangat
mempengaruhi pembentukan ion. Pembacaan pH distandarisasi pada suhu ruang yaitu 25°C.
keberadaan thermometer sangatlah penting untuk mendapatkan derajat keasaman yang
akurat. Karena voltase yang dihasilkan oleh elektroda kaca dan referensi terlalu kecil,
dibutuhkanlah amplifier untuk memperkuat voltase. Voltase yang dihasilkan oleh kedua
elektroda hanya berkisar 60 mV. Padahal jika pada pH 7 beda potensial antara kedua
elektroda sama dengan nol, maka besar voltase yang dihasilkan pada pH tertinggi dan
terendah harusnya -350 mV hingga +350 mV (Desmira dkk., 2018).
Prinsip kerja utama dari pH meter adalah sensor probe yang berupa elektroda kaca
(glass electrode) Dengan mengukur jumlah ion H₃O⁺ larutan. Ujung elektroda kaca adalah
lapisan kaca yang tebal 0,1 mm berbentuk bulat atau disebut bulb. Pasangkan bulb dengan
silinder kaca non-konduktor atau plastik tipis, lalu isi dengan larutan asam klorida (0,1
mol/dm³). Pada permukaan kawat elektroda panjang yang terendam dalam larutan HCl,
terbentuk senyawa setimbang AgCl. Jumlah larutan HCl konstan sehingga nilai elektroda
Ag/AgCl potensi stabil. Terdapat lapisan gel pada permukaan bulb. Ion H⁺ akan melekat ke
permukaan bulb jika larutan bersifat asam. Muatan positif terakumulasi pada lapisan gel.
Jika larutan basa, ion H⁺ akan bereaksi dengan larutan sehingga pada dinding bulb
menghasilkan muatan negatif. Kunci pengukuran jumlah ion H₃O⁺ di dalam larutan dilihat
dari adanya pertukaran ion hydronium (H⁺) yang terjadi antara permukaan bulb kaca dengan
larutan. Kesetimbangan dari pertukaran ion di permukaan gel dan larutan menghasilkan
voltase di antara keduanya. Perhitungan aktivitas ion H₃O⁺ memiliki rentang sangat lebar
yaitu antara 10 hingga 10¹⁵⁻ mol/dm³. Untuk kedua elektroda sama-sama menggunakan
menggunakan larutan HCl untuk merendam elektroda kecil Ag/AgCl. Terdapat liquid
junction pada ujung elektroda referensi untuk pertukaran ion. Liquid junction berupa
keramik. Pertukaran ion dibutuhkan agar terjadi aliran listrik sehingga pengukuran derajat
keasaman dapat dilakukan (Desmira dkk., 2018).
dari NH4OH dan NH4Cl. NH4OH merupakan basa lemah dan NH4Cl adalah asam
konjugasinya (Watson, 2012).
B. TINJAUAN BAHAN
1. HCl
Nama bahan chloric acid atau asam klorida. Berbentuk cair dan merupakan asam kuat.
Bersifat korosif. Uap yang dihasilkan dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa, dan
kulit. Karena hidrogen merupakan unsur yang dapat kontak dengan logam, jauhkan HCl dari
agen oksidator. Jika kontak langsung dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar. Dalam
konsentrasi tinggi, lakukan eksperimen pada lemari asam. Pada praktikum kali ini senyawa
HCl berperan sebagai asam kuat dan unsur Cl merupakan unsur pembentuk garam (Hartutik,
2012).
2. NaOH
NaOH atau biasa disebut natrium hidroksida ialah basa kuat. Larutan ini bersifat
korosif sehingga apabila kontak dengan kulit harus segera dibilas. NaOH merupakan
senyawa higroskopis. Hindarkan dari panas dan air. Jika kontak langsung dengan air, maka
pelepasan panasnya dapat berlebihan dan gasnya dapat mengiritasi praktikan. Pada
praktikum ini NaOH berperan sebagai basa kuat dan pembentuk garam (Hartutik, 2012).
3. NaCl
Nama bahan natrium klorida dengan rumus molekul NaCl. Sering disebut garam dapur.
NaCl merupakan garam netral karena terbentuk dari asam kuat dan basa lemah.
Perbandingan ion natrium dan ion klorida 1:1. Massa molar 58,44 g/mol. NaCl merupakan
jenis garam yang paling banyak ditemukan di laut dan cairan ekstraseluler pada banyak
organisme multiseluler. Pada praktikum ini NaCl berperan sebagai garam dan merupakan
hasil reaksi dari asam kuat dan basa lemah (Syarief dan Ade, 2020).
4. CH3COONa
CH3COONa adalah jenis garam. Garam CH3COONa bersifat basa lemah karena
terbentuk dari asam lemah basa kuat. CH3COONa terbentuk dari CH3COOH dan NaOH.
Natrium asetat merupakan basa konjugasi pembentuk larutan penyangga asam (Sihaloho,
2013).
5. CH3COOH
CH3COOH atau asam asetat merupakan asam lemah. Larutan ini harus disimpan dan
dijauhkan dari bahan yang mudah teroksidasi. Larutan ini akan berbahaya juga bereaksi
dengan asam kromat, natrium peroksida, atau asam nitrat. Bersifat korosif jika kontak
dengan logam. Asam asetat merupakan asam lemah pembentuk larutan penyangga asam
(Hartutik, 2012).
6. NH3
NH3 termasuk ke dalam basa lemah. NH3 dapat menyebabkan iritasi bila kontak
langsung. Dalam bentuk cairan, merupakan cairan kaustik. Jika berbentuk gas, maka dapat
bereaksi kuat dengan oksidator. Amonia adalah basa lemah pembentuk larutan penyangga
basa (Hartutik, 2012).
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3
7. NH4Cl
NH4Cl adalah jenis garam. Garam NH4Cl bersifat asam lemah karena terbentuk dari
asam kuat basa lemah. NH4Cl terbentuk dari HCl dan NH4OH. NH4Cl merupakan
asam konjugasi pembentuk larutan penyangga basa (Sihaloho, 2013).
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3
C. DIAGRAM ALIR
a. Kalibrasi pH Meter
Dihidupkan alat
Dilakukan hal yang sama untuk larutan pH 4,01 kemudian larutan pH 9,21
Hasil
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3
Dicampur
70 ml larutan campuran
Hasil
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3
c. Pembuatan dan pengujian Larutan Buffer CH3COOH 0.1 M dan CH3COONa 0.1
Dicampur
70 ml larutan campuran
Hasil
NAMA Nurul Hikmah Adieb
NIM 215100501111032
KELAS R
KELOMPOK R3
d. Pembuatan dan pengujian Larutan Buffer NH3 0.1 M dan NH4Cl 0.1 M
Dicampur
70 ml larutan campuran
Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond, Jason Overby. 2019. Chemistry Ed. 13e. New York: McGraw-Hill Education
Desmira, Didik Aribowo, dan Rian Pratama. 2018. Penerapan Sensor pH pada Area Elektrolizer di
PT. Sulfindo Adiusaha. Jurnal PROSISKO. (5): 1. 9-12
Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang: Universitas Brawijaya Press
Krisdianto. 2013. Variasi Keasaman dan Kapasitas Penyangga Kayu Tampui Beras (Baccaurea
macrocarpa (Miq.) Muell.Arg.) dan Manggis Hutan (Garcinia cornea Miq.). Jurnal penelitian
Hasil Hutan. 31(4): 242-249
Matiin, Nafi’ul, Agus Muhammad Hatta, dan Sekartedjo. 2012. Pengaruh Variasi Bending Sensor pH
Berbasis Serat Optik Plastik Menggunakan Lapisan Silica Sol Gel terhadap Sensitivitas. Jurnal
Teknik Pomits. 1(1): 1-6
Syarief, Akhmad, dan Ade Azhari Ramatuloh. 2020. Pengaruh Udara dan Perendaman Larutan NaCl
terhadap Laju Korosi pada Lasan Baja S45C. Scientific Journal of Mechanical Engineering
Kinematika. 5 (1): 67-74
Watson, David G. 2012. Pharmaceutical Analysis. USA: Elsevier Health Sciences
Zumdahl, Steven and Susan A. Z. 2013. Chemistry Ed. 9. Belmont: Brooks/Cole Cengage Learning