dan Kalium yodida. Alat dan Bahan : Alat dan Bahan Ukuran/satuan Tabung U Elektroda karbon dan kabel 0,5 m 1,5 V Baterai/catudaya Jepit buaya Statif dan klem Tabung reaksi dan rak Pipet tetes 100 cm3 Gelas kimia 0,5 M Larutan Natrium sulfat 0,5 M Larutan Kalium yodida Fenoftalein Indikator universal Larutan kanji/amilum Cara Kerja : 1. Pasang alat elektrolisis. 2. Elektrolisis larutan Na2SO4. Tambahkan 10 tetes indikator universal ke dalam 50 cm3 larutan Na2SO4 dalam gelas kimia. Tuangkan larutan ini ke dalam tabung U sampai 1,5 cm dari mulut tabung. Celupkan elektroda karbon ke dalam masing-masing tabung U, dihubungkan kedua elektroda dengan sumber arus searah 6 V selama beberapa menit. Catat perubahan warna yang terjadi dalam kedua kaki tabung U itu. 1. Elektrolisis larutan KI. 2. Masukkan larutan KI ke dalam tabung U sampai 1,5 cm dari mulut tabung. Celupkan kedua elektroda karbon ke dalam masing-masing kaki tabung U dan hubungkan elektroda itu dengan sumber arus searah 6 V selama 5 menit. Catat perubahan yang terjadi pada tiap-tiap elektroda. 3. Keluarkan dengan hati-hati kedua elektroda, cium baunya dan catat. 4. Pipet 2 cm3 larutan dari ruang katoda ke dalam 2 tabung reaksi tambahkan setetes penoftalein pada tabung 1 dan beberapa tetes larutan Amilum pada tabung 2. 5. Ulangi cara kerja ini dengan larutan dari ruang anoda. Amati dan catat yang terjadi. 1. Elektrolisis larutan Na2SO4. Hasil larutan + indicator universal Jumlah 2 2/2 4/1 4 1/1 4/1 1 3 50 cm3 50 cm3 Sebotol
K (-) : 2 H2O + 2 e 2 OH- + H2 Na2SO4 + 6 H2O 2 Na+ + SO42- + 4 H+ + 4 OH- + O2 + 2 H2 Katoda Anoda : NaOH + gas H2 : H2SO4 + gas O2
2. KI K+ + IA (+) : 2 I- I2 + 2 e
K (-) : 2 H2O + 2 e 2 OH- + H2 2 KI + 2 H2O 2 K+ + I2 + 2 OH- + H2 2 KI + 2 H2O 2 KOH + I2 + H2 Katoda : KOH + gas H2
Dasar Teori : Sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta. Dalam sel elektrolisis, listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan. Sel elektrolisis terdiri dari sebuah electrode, elektrolit, dan sumber arus searah. Electron memasuki sel elektrolisis melelui kutub negatif (katoda). Spesi tertentu dalam larutan menyerap electron dari katoda dan mengalami reduksi. Sedangkan spesi lain melepas electron di anoda dan mengalami oksidasi. Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katoda, yaitu reduksi, dan reaksi anoda, yaitu oksidasi. Spesi yang terlibat dalam reaksi katoda dan anoda bergantung pada potensial elektroda dari spesi tersebut. Ketentuannya sebagai berikut.
Spesi yang mengalami reduksi di katoda adalah spesi yang potensial reduksinya terbesar.
Spesi yang mengalami oksidasi di anoda adalah spesi yang potensial oksidasinya terbesar.
Sel elektrolisis terbagi menjadi 2, yaitu: 1. Elektrolisis larutan elektrolit. 2. Elektrolisis larutan non elektrolit. Elektroda dalam sel elektrolisis terbagi menjadi 2, yaitu: 1. Elektroda inert/tidak aktif (elektroda karbon, platina, dan emas) 2. Elektroda selain inert/aktif. Kesimpulan : 1. Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katoda (reduksi) dan reaksi anoda (oksidasi). 2. Sel elektrolisis terbagi menjadi 2, yaitu elektrolisis larutan elektrolit dan elektrolisis leburan elektrolit. 3. Elektroda dalam sel elektrolisis terbagi menjadi 2, yaitu elektroda inert dan elektroda selain inert.
Siapkan Larutan yang di uji Masukan Steker Power Supply ke Stop Kontak Nyalakan Power suplly atur tegangan di 3 Volt Kemudian masukan kedua batang karbon ke dalam gelas kimia yang berisi larutan Ingat!!! Jangan sampai kedua batang karbon bersentuhan Jika Kedua batang karbon mengeluarkan gelembung gas,dan lampu menyala terang maka larutan itu merupakan larutan elektrolit kuat Jika Kedua batang karbon mengeluarkan gelembung gas dan lampu menyala redup atau mati maka larutan itu termasuk larutan elektrolit lemah. Dan jika Kedua batang karbon tidak muncul gelembung gas maka larutan itu termasuk larutan non elektrolit. Jika hambatan kawat tinggi,Power Suplly bisa di atur pada tegangan 6V 9V Jika larutan yang satu telah di uji,bersihkan batang karbon dengan air,dan selanjutnya menguji larutan yang lain,Begitu seterusnya. HASIL PENGAMATAN : NAMA LARUTAN HCL CH3COOH NaOH NH3 ALKOHOL AQUADES NaCl LAMPU TERANG MATI TERANG MATI MATI MATI TERANG GELEMBUNG GAS ADA ADA ADA ADA TIDAK ADA TIDAK ADA ADA KETERANGAN ELEKTROLIT KUAT ELEKTROLIT LEMAH ELEKTROLIT KUAT ELEKTROLIT LEMAH NON ELEKTROLIT NON ELEKTROLIT ELEKTROLIT
A. Hasil dan Perhitungan 1. Hasil a. Pembuatan dan Pengenceran Larutan HCl No. 1. 2. Percobaan Ditimbang Berat gelas ukur kosong Diukur volume HCl pekat Pengamatan m = 29,90 gr 4,15 mL
3. 4. 5.
Diisi dengan akuades 20-25 mL Dimasukkan HCl ke dalam labu takar Ditambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tanda batas Ditutup labu takar dan mengocok larutan hingga homogen Ditimbang berat labu takar berisi larutan Diukur volume larutan A Dipindahkan larutan A ke dalam labu takar 100 mL yang baru Ditambahkan akuades ke dalam labu
6.
7. 8. 9.
10.
takar hingga tanda batas b. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl melalui Titrasi
Teori Asam Basa A. MENURUT ARRHENIUS Menurut teori Arrhenius, zat yang dalam air menghasilkan ion H + disebut asam danbasa adalah zat yang dalam air terionisasi menghasilkan ion OH - . HCl --> H + + Cl NaOH --> Na + + OH Meskipun teori Arrhenius benar, pengajuan desertasinya mengalami hambatan berat karena profesornya tidak tertarik padanya. Desertasinya dimulai tahun 1880, diajukan pada 1883, meskipun diluluskan teorinya tidak benar. Setelah mendapat bantuan dari Van Hoff dan Ostwald pada tahun 1887 diterbitkan karangannya mengenai asam basa. Akhirnya dunia mengakui teori
Arrhenius pada tahun 1903 dengan hadiah nobel untuk ilmu pengetahuan. Sampai sekarang teori Arrhenius masih tetap berguna meskipun hal tersebut merupakan model paling
sederhana. Asam dikatakan kuat atau lemah berdasarkan daya hantar listrik molar. Larutan dapat menghantarkan arus listrik kalau mengandung ion, jadi semakin banyak asam yang terionisasi berarti makin kuat asamnya. Asam kuat berupa elektrolit kuat dan asam lemah merupakan elektrolit lemah. Teori Arrhenius memang perlu perbaikan sebab dalam lenyataan pada zaman modern diperlukan penjelasanyang lebih bisa diterima secara logik dan berlaku secara umum. Sifat larutan amoniak diterangkan oleh teori Arrhenius sebagai berikut: NH 4 OH --> NH 4 + + OH Jadi menurut Svante August Arrhenius (1884) asam adalah spesi yang mengandung H
+
spesi yang mengandung OH , dengan asumsi bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap sifat asam dan basa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa: Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H + . Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH - . Contoh: 1) HCl(aq) --> H + (aq) + Cl - (aq) 2) NaOH(aq) --> Na + (aq) + OH - (aq) B. MENURUT BRONSTED-LOWRY Asam ialah proton donor, sedangkan basa adalah proton akseptor.
Teori asam basa dari Arrhenius ternyata tidak dapat berlaku untuk semua pelarut, karena khusus untuk pelarut air. Begitu juga tidak sesuai dengan reaksi penggaraman karena tidak semua garam bersifat netral, tetapi ada juga yang bersifat asam dan ada yang bersifat basa. Konsep asam basa yang lebih umum diajukan oleh Johannes Bronsted, basa adalah zat yang dapat
menerima proton. Ionisasi asam klorida dalam air ditinjau sebagai perpindahan proton dari asam ke basa. HCl + H 2 O --> H 3 O + + Cl Demikian pula reaksi antara asam klorida dengan amoniak, melibatkan perpindahan proton dari HCl ke NH . HCl + NH 3 NH 4 + + Cl Ionisasi asam lemah dapat digambarkan dengan cara yang sama. HOAc + H 2 O H 3 O + + OAc Pada tahun 1923 seorang ahli kimia Inggris bernama T.M. Lowry juga mengajukan hal yang sama dengan Bronsted sehingga teori asam basanya disebut Bronsted-Lowry. Perlu diperhatikan disini bahwa H
+ 3
Reaksi umum yang terjadi bila asam dilarutkan ke dalam air adalah: HA + H 2 O H 3 O + + A -
asam
Penyajian ini menampilkan hebatnya peranan molekul air yang polar dalam menarik proton dari asam. Perhatikanlah bahwa asam konjugasi terbentuk kalau proton masih tinggal setelah asam kehilangan satu proton. Keduanya merupakan pasangan asam basa konjugasi yang terdi dari dua zat yang berhubungan satu sama lain karena pemberian proton atau penerimaan proton. Namun demikian disosiasi asam basa masih digunakan secara Arrhenius, tetapi arti yang sebenarnya harus kita fahami. Johannes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry
membuktikan bahwa tidak semua asam mengandung ion H + dan tidak semua basa mengandung ion OH - . Bronsted Lowry mengemukakan teori bahwa asam adalah spesi yang memberi H
+
maka sisanya akan menjadi basa konjugasi dari asam semula. Begitu juga bila basa menerima H + maka sisanya adalah asam konjugasi dari basa semula. Teori Bronsted Lowry jelas menunjukkan adanya ion Hidronium (H
3
secara
nyata.
Contoh: HF + H 2 O H 3 O + + F -
Asam basa asa m konjugasi basa konjugasi HF merupakan pasangan dari F pasangan dari H 3 O + . Air mempunyai sifat ampiprotik karena dapat sebagai basa dan dapat sebagai asam. HCl + H 2 O --> H 3 O + + Cl Asam Basa NH 3 + H 2 O NH 4 + + OH Basa Asam Manfaat dari teori asam basa menurut Bronsted Lowry adalah sebagai berikut: 1. Aplikasinya tidak terbatas pada pelarut air, melainkan untuk semua pelarut yang mengandunh atom Hidrogen dan bahkan tanpa pelarut. 2. Asam dan basa tidak hanya berwujud molekul, tetapi juga dapat berupa anion dan kation. Contoh lain: 1) HAc(aq) + H 2 O(l) --> H 3 O+(aq) + Ac - (aq) asam-1 basa-2 asam-2 basa-1 HAc dengan Ac - merupakan pasangan asam-basa konyugasi. H 3 O+ dengan H 2 O merupakan pasangan asam-basa konyugasi. 2) H 2 O(l) + NH 3 (aq) --> NH 4 + (aq) + OH - (aq) asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
-
dan H
O merupakan
H 2 O dengan OH - merupakan pasangan asam-basa konyugasi. NH 4 + dengan NH 3 merupakan pasangan asam-basa konyugasi. Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik (amfoter). Penulisan Asam Basa Bronsted Lowry
C. Menurut G. N. Lewis Selain dua teori mengenai asam basa seperti telah diterangkan diatas, masih ada teori yang umum, yaitu teori asam basa yang diajukan oleh Gilbert Newton Lewis ( 1875-1946 ) pada awal tahun 1920. Lewis lebih menekankan pada perpindahan elektron bukan pada perpindahan proton, sehingga ia mendefinisikan : asam penerima pasangan elektron dan basa adalah donor pasangan elekton. Nampak disini bahwa asam Bronsted merupakan asam Lewis dan begitu juga basanya. Perhatikan reaksi berikut: Reaksi antara proton dengan molekul amoniak secara Bronsted dapat diganti dengan cara Lewis. Untuk reaksireaksi lainpun dapat diganti dengan reaksi Lewis, misalnya reaksi antara proton dan ion Hidroksida: Ternyata teori Lewis dapat lebih luas meliput reaksi-reaksi yang tidak ternasuk asam basa Bronsted-Lowry, termasuk kimia Organik misalnya:
CH 3 + + C 6 H 6 C 6 H 6 CH 3 + Asam ialah akseptor pasangan elektron, sedangkan basa adalah Donor pasangan elektron. Contoh:
Asam Lewis