Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PROGRAM BERMAIN

ANAK USIA SEKOLAH

Oleh :
Kelompok XIII
1. Andita Saraswati
2. Dini Arini
3. Erni Yunita
4. Perwita Jarulliati
5. Rizki Bonaliza
6. Teresia Fransiska Agustina TB

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA 1
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2010
PROGRAM BERMAIN ANAK USIA SEKOLAH

A. LATAR BELAKANG
Bermain merupakan sarana bagi anak anak untuk belajar mengenal
lingkungan kehidupannya. Pada saat bermain, anak anak mencobakan gagasan
gagasan mereka, bertanya serta mempertanyakan berbagai persoalan, dan
memperoleh jawaban atas persoalan persoalan mereka. Melalui permainan
menyusun balok misalnya anak anak belajar menghubungkan ukuran suatu
obyek dengan lainnya. Mereka belajar memahami bagaimana balok yang besar
menopang balok yang kecil. Mereka belajar konsep bagaimana hal-hal yang lebih
besar mampu menopang hal hal yang lebih kecil.
Anak yang sakit dirumah sakit umumnya mengalami krisis dikarenakan
perubahan lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi
beberapa faktor seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang
penyakit, dan ancaman perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat
dirumah sakit perlu mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat
seorang anak mengetahui dan kooperatif menghadapi permasalahan yang terjadi
saat dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan tersebut adalah
bermain dengan tujuan mengurangi rasa sakit akibat tindakan invansif yang
diterima.
GIBBON dan BOREN mendeskripsikan 3 tipe permainan yang
bermanfaat untuk mengurangi rasa stress yaitu:
1. Bermain rekreasi atau bermain dengan tujuan bersenang-senang yaitu
bermain bemain spontan yang tidak terstruktur.
2. Bermain terapetik yaitu bila orang dewasa menstruktur aktifitas untuk
tujuan tertent, biasanya sebelum atau sesudah pengobatan
3. Bermain dengan tujuan Terapi yaitu, bermain yang bertujuan
meninterprestasiakan permainan anak dan merekomendasikan intervensi
yang sesuai. Tipe bermain ini bertujuan untuk untuk memberikan
pengalaman pada anak menyelesaiakan konflik internal, dan tipe ini
merupakan komponen penting pendekatan psikososial untuk merawat
anak.
Dukungan dari orang tuapun merupakan faktor penting yang harus
diberikan untuk memotivasi anak. Hal-hal yang perlu diberikan sebagai orang tua
antara lain:
1. Memberikan dukungan
Dukungan positif dapat berupa menjaga anak saat dirawat di rumah
sakit, mendampingi anak saat diperiksa petugas medis, atau
memberikan beberapa treatment pengobatan. Yang tak kalah penting,
memberi sentuhann lembut, seperti pelukan atau mengelus saat anak
mengalami kesakitan.
2. Bersikap optimis dan tidak menampakkan kecemasan didepan
anak.
Orang tua yang menampakkan wajah ceria, meski beban yang
ditanggungnya cukup berat, akan membuat anak bersikap tabah dan
ceria dalam menghadapi kondisi sakitnya.
3. Menanamkan pengertian bahwa proses pengobatan dan
perawatan dirumah sakit adalah proses menuju kesembuhan.
Perlu diingat, beri pengertian kepada anak bahwa dokter atau petugas
medis lainnya adalah orang-orang yang menolongnya untuk sembuh

B. SASARAN USIA SEKOLAH ( 6-12 tahun )


Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak.
Tekanan sekolah, lingkungan sebaya (peer group), serta tuntutan belajar yang
semakin tinggi membuat anak harus lebih mampu menghadapi tuntutan sosial
masyarakat. Bahkan tidak jarang orang tua pun menuntut anak demikian besar
untuk berprestasi tinggi, dan adakalanya harapan orang tua melebihi kapasitas
anak untuk dapat mencapainya. Berbagai kondisi sosial yang penuh tuntutan baik
dari sekolah, teman sebaya maupun orang tua dapat menimbulkan berbagai
permasalahan bagi anak antara lain dalam proses belajar. Anak sulit
berkonsentrasi. Perstasi anak menurun dengan sangat tajam. Motivasi anak untuk
belajar sangat minim. Berbagai keluhan tersebut merupakan sebagian kecil
keluhan rutin yang kerap disampaikan oleh para orang tua pada konselor. Tidak
jarang bahakan orang tua justru menekankan keluhan bahwa anak-anak mereka
terlalu senang bermain, sehingga kurang belajar. Padahal justru melalui bermain,
mereka bisa belajar lebih banyak lagi.
C. Fungsi Terapeutik Bermain
Bermain dan alat-alat permainan memiliki fungsi terapeutik. Proses belajar
anak justru sebaiknya dilakukan melalui metode bermain dan dengan alat-alat
permainan, Namun hali ini hendaknya tidak disalah artikan dengan istilah main-
main . Proses belajar dapat merupakan proses yang sangat membosankan untuk
dikerjakan oleh anak-anak, sedangkan anak-anak biasanya lebih tertarik dengan
permainan. Karena, proses bermain dan alat-alat permainan merupakan perangkat
komunikasai bagi anak-anak. Melalui bermain anak-anak belajar mengerti dan
memahami lingkungan alam dan sekitarnya. Melalui bermain anak-anak belajar
mengerti dan memahami interaksi sosil dengan orang-orang disekelilingannya.
Melalui bermain anak-anak mengembangkan fantasi, daya imajinasi dan
kreativitasnya.
Bermain merupakan proses dinamis yang sesungguhnya tidak
menghambat anak dalam proses belajar, sebaliknya justru menunjang proses
belajar anak. Keberatan orana tua terhadap aktivitas bermain anak justru
menghambat kemampuan kreativitas anak untuk mengenal dirinya sendiri serta
lingkungan hidupnya. Hanya saja, proses bermain anak perlu diarahkan sesuai
dengan kebutuhannya. Anak-anak yang cenderung menyendiri sebaiknya tidak
dibiarkan untuk terlalu sibuk dengan solitary play . Sebaliknya mereka
sebaiknya diarahkan untuk lebih aktif dalam permainan kelompok ( social game ).
Mereka yang kurang mampu untuk berkonsentrasi dapat diberikan
berbagai jenis permainan yang lebih terarah pada pemusatan perhatian seperti
mengkonstruksi suatu benda tertentu. Anak-anak yang kurang mampu untuk
mengekspresikan diri secara verbal dapat dibina untuk mengembangkan bakat
kreatifnya melalui media misalnya menggambr. Namun pendidik juga selayaknya
membimbing anak dalam mengekspresikkan imajinasi serta fantasinya ke dalam
bentuk gambaran yang konkrit dan tidak membiarkan anak-anak berfantasi tanpa
arah yang jelas; karena hal ini dapat mengakibatkan konfabulasi dalam proses
berpikir anak.

D. Metode Bermain
Permainan untuk anak-anak tidak perlu memakai alat yang sulit dijangkau
tempatnya apalagi harganya. Cukup dengan barang-barang atau alat-alat di sekitar
kita bisa kita gunakan untuk memperkaya permainan anak. Misal ; bola, tali,
kertas, dan lain-lain. Yang terpenting kita bisa meramu dan menggunakan alat
sesuai dengan keinginan anak.
Pelatihan anak dengan metode bermain, menoton VCD dan diskusi dapat
membuat anak lebih berani tampil di depan umum, percaya diri, dapat menghargai
orang lain, dan dapat melihat kekurangan diri.
Event sangat efektif untuk membentuk kerja sama siswa, mengekspresikan
perasaan sisa, dn siswa dapat memberikan apreiasi terhadap karya orang lain.
Nilai-nilai yang diajarkan dalam model pendidikan multikultural ini dapat
diterapkan oleh iswa dalam kegiatan sehari-hari.
PROGRAM BERMAIN ANAK USIA SEKOLAH

Permainan 1
1. Jenis Permainan : Menggambar dan Mewarnai
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur : 6 12 tahun
4. Waktu Permainan : + 10 Menit
5. Tempat : Laboratorium Kampus
6. Tujuan : - Melatih perkembangan motorik kasar
- Melatih daya ingat
- Melatih perkembangan intelektual
7. Strategi permainan :
a. Atur posisi anak membuat lingkaran besar dan instruktor berada
ditengah-tengah lingkaran.
b. Memberi contoh gerakan kepada anak disertai nyanyian
c. Ajarkan bersama tentang gerakan tersebut
d. Ajak anak-anak untuk memulai gerakan tersebut ( mahasiswa
menginstruksikan)
e. Anjurkan anak untuk memulai gerakan tanpa bimbingan sampai
gerakan cepat.
f. Instruksikan dengan cepat gerakan nyanyian, lalu instruktur menunjuk
salah satu anggota tubuh yang diinstruksika.
f, jika anak salah menunjuk gerakan yang diinstruksikan maka anak
tersebut mendapat hukuman dari teman-temannya dan yang benar
melakukan permainan tersebut mendapatkan hadiah.

Anda mungkin juga menyukai