Anda di halaman 1dari 5

STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK DAN

POLA MAKAN KELUARGA DI DESA LHOK DALAM KECAMATAN


PEUREULAK KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2017

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan

Oleh :

AYU RISMA

NIM : 1213210004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA NUSANTARA IDI
TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang

mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan

yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Anak balita merupakan kelompok umur

yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi atau termasuk salah satu

kelompok masyarakat yang rentan gizi (Sediaoetama, 2000). Balita yang kurang

gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi dibandingkan balita yang tidak

kurang gizi. Setiap tahun kurang lebih 11 juta balita di seluruh dunia meninggal

oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, malaria, campak dan

lain-lain. Ironisnya, 54% dari kematian tersebut berkaitan dengan adanya kurang

gizi (WHO, 1995).

Masalah gizi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat, dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti pendapatan keluarga. Menurut Sajogya, dkk (1994)

pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam memberikan

efek terhadap taraf hidup mereka. Efek di sini lebih berorientasi pada

kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan

tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan

dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dll) yang dapat

mempengaruhi keadaan status gizi terutama balita. Berlainan dengan faktor

pendapatan, ternyata ada penduduk atau masyarakat yang berpendapatan cukup

dan lebih dari cukup, namun dalam penyediaan makanan keluarga banyak yang
tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan oleh faktor

lain, seperti kurangnya pengetahuan gizi ibu. Semakin bertambah pengetahuan

gizi ibu, maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan

untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk anak balitanya. Hal ini

dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi

atau mencegah gangguan gizi pada keluarga (Suhardjo, 1996).

Besarnya jumlah anggota keluarga juga termasuk salah satu faktor yang

mempengaruhi status gizi balita, dimana jumlah pangan yang tersedia untuk suatu

keluarga besar, mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari

keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga

besar tersebut. Menurut Suhardjo (2003) anak-anak yang tumbuh dalam keluarga

besar rawan terhadap kurang gizi, sebab dengan bertambahnya jumlah anggota

keluarga maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua yang

tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda perlu zat gizi yang relatif

lebih banyak dari pada anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian anak-anak

yang lebih muda mungkin tidak diberi cukup makanan yang memenuhi kebutuhan

gizi.

Dalam keluarga besar dengan keadaan ekonomi lemah, anak-anak dapat

menderita oleh karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.

Semakin banyak jumlah anggota keluarga, tentunya akan semakin bervariasi

aktivitas, pekerjaan dan seleranya, sehingga jumlah anggota keluarga berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan gizi yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan.

Dalam hal ini faktor selera dari masing-masing anggota keluarga sangat
berpengaruh, karena tidak semua anggota keluarga menyukai jenis makanan yang

sama (Suhardjo, 2003).

Tingkat pendidikan orang tua juga merupakan salah satu faktor yang

secara tidak langsung dapat mempengaruhi keadaan status gizi balita, karena

dengan pendidikan orang tua yang tinggi akan menjamin diberikan stimulus yang

mendukung bagi perkembangan anak-anaknya dibandingkan orang tua dengan

pendidikan rendah. Tingkat pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi

mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi

pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi-informasi gizi.

Dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang

baik dan sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi dan pengetahuan yang

terkait dengan pola makan lainnya (Suhardjo, 2003).

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik mengetahui status gizi

anak balita ditinjau dari karakteristik dan pola makan keluarga di Desa Lhok

Dalam Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2017..

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimana status gizi anak balita ditinjau dari

karakteristik dan pola makan keluarga di Desa Lhok Dalam Kecamatan Peureulak

Kabupaten Aceh Timur Tahun 2017.


1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak

balita ditinjau dari karakteristik dan pola makan keluarga di Desa Lhok Dalam

Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2017.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakterisik keluarga yang terdiri dari umur orang tua, pendidikan

orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan

keluarga dan pengetahuan gizi ibu.

2. Mengetahui pola makan keluarga yang meliputi jumlah konsumsi energi dan

protein keluarga

3. Mengetahui status gizi anak balita

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan puskesmas dalam

menyusun program gizi masyarakat yang berkaitan dengan peningkatan status gizi

anak balita.

Anda mungkin juga menyukai