Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGARUH PEMBERIAN LAVENDER AROMATHERAPY


TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA

OLEH:

EKA MEILINDA SUMIARSIH

142.0030

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

T.A 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur.
Pertambahan umur pada individu merupakan suatu proses yang fisiologis yang akan
terjadi pada setiap manusia, pada proses penuaan seseorang akan mengalami berbagai
masalah tersendiri baik secara fisik maupun mental. Gangguan tidur atau insomnia
merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada lansia. Keadaan ini merupakan keluhan
tidur yang paling sering, dapat bersifat sementara maupun persisten. Periode singkat
insomnia paling sering berhubungan dengan kecemasan. (Saryono dan Widianti, 2011)
World Health Organization (WHO) tahun 2012 memperkirakan di seluruh dunia
jumlah orang lanjut usia berjumlah 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun dan pada
tahun 2025 diperkirakan mencapai 1,2 milyar jiwa. Data Badan Pusat Statistik pada tahun
2011 menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia sebanyak 18,27 juta jiwa
(7,58%), pada tahun 2013 meningkat menjadi 19 juta jiwa (7,7% dari 245 juta jiwa
jumlah penduduk). Jumlah penduduk lansia di provinsi Jawa Timur pada tahun 2013
mencapai 10,4% dari jumlah penduduk Jawa Timur. Sedangkan di wilayah Mojokerto
pada tahun 2013 jumlah penduduk lansia sebesar 9,46% dari 1.123.239 jiwa penduduk.
Di Indonesia, pada kelompok lanjut usia (empat puluh tahun) dijumpai 7% kasus yang
mengeluh mengenai masalah tidur. Hal yang sama dijumpai pada 22% kasus pada
kelompok usia tujuh puluh tahun. Demikian pula kelompok lanjut usia lebih banyak
mengeluh terbangun lebih awal di pagi hari. Angka ini ternyata 7 kali lebih besar
dibanding dengan kelompok usia 20 tahun. (Bandiyah, 2009).
Lansia mengalami penurunan efektifitas tidur pada malam hari 70% sampai 80%
dibandingkan dengan usia muda. Prosentase penderita insomnia lebih tinggi dialami oleh
orang yang lebih tua, dimana 1 dari 4 pada usia 60 tahun atau lebih mengalami sulit tidur
yang serius. Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan pada bulan Maret 2014
menggunakan kuisioner yang disusun oleh KSPBJ, dari 46 orang jumlah lansia di UPT
Panti Wherda Mojopahit Mojokerto 34 orang lansia diantaranya mengalami insomnia dan
12 orang lansia tidak mengalami insomnia.
Lansia beresiko mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh banyak faktor
misalnya pensiunan dan perubahan pola sosial, kematian pasangan hidup atau teman
dekat, peningkatan penggunaan obat-obatan, penyakit yang dialami, dan perubahan irama
sirkadian3. Gangguan mood, ansietas, kepercayaan terhadap tidur, dan perasaan negatif
merupakan indikator terjadinya insomnia.Tidur membantu pikiran dan tubuh untuk pulih
dan mengembalikan energi yang digunakan sehari-hari, agar tetap aktif dan sigap saat
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Saat tidur, kita memasuki suatu keadaan istirahat
periodik dan pada saat itu kesadaran terhadap alam menjadi terhenti, sehingga tubuh
dapat beristirahat. Otak memiliki sejumlah fungsi, struktur, dan pusat-pusat tidur yang
mengatur siklus tidur dan terjaga. Pada saat yang sama, tubuh menghasilkan substansi
yang ketika dilepaskan ke aliran darah akan membuat kita mengantuk. Jika proses ini
diubah oleh stres, kecemasan, gangguan, dan sakit fisik, kita dapat mengalami insomnia
(Akoso dan Galuh, 2009). Sebagian besar lansia mempunyai risiko tinggi mengalami
gangguan tidur akibat berbagai faktor. Luce dan Segal mengungkapkan bahwa faktor usia
merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur. Dikatakan bahwa
keluhan terhadap kualitas tidur meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia di
atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah yang menimbulkan masalah fisik,
mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Orang lanjut usia yang sehat sering mengalami
perubahan pada pola tidurnya yaitu memerlukan waktu yang lama untuk dapat tidur.
Mereka menyadari lebih sering terbangun dan hanya sedikit waktu yang dapat digunakan
untuk tahap tidur dalam sehingga mereka tidak puas terhadap kualitas tidurnya (Padila,
2013).
Aromaterapi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Aromaterapi dapat
bermanfaat bagi mereka yang menderita beberapa gangguan mental. Manfaat minyak
esensial untuk keseimbangan fisik dan mental sangatlah luar biasa. Aroma dan
kelembutan minyak esensial dapat mengatasi keluhan fisik dan psikis. Dengan mencium
aroma minyak dari minyak esensial indra penciuman dapat merangsang daya ingat kita
yang bersifat emosional dengan memberikan reaksi fisik berupa tingkah laku. Aroma
lavender memiliki bau yang kuat dan harum. Dipakai untuk memudahkan tidur,
membantu mengatur detak jantung, dan insomnia (Budi dan Galuh, 2009).

1.2. Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui konsep teori lavender
1.2.2. Untuk mengetahui spesifikasi terapi lavender

1.3. Manfaat
Dapat mengetahui beberapa pengobatan dengan terapi lavender
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KONSEP TEORI LAVENDER
Kata aromaterapi berarti terapi dengan memakai minyak esensial yang ekstrak dan
unsur kimianya diambil dengan utuh. Aromaterapi adalah bagian dari ilmu herbal
(herbalism) (Poerwadi, 2006, hlm. 1). Sedangkan menurut Sharma (2009, hlm. 7)
aromaterapi berarti pengobatan menggunakan wangi-wangian. Istilah ini merujuk pada
penggunaan minyak esensial dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan
dan kenyamanan emosional dan dalam mengembalikan keseimbangan badan. Terapi
komplementer (pelengkap), seperti homoeopati, aromaterapi dan akupuntur harus
dilakukan seiring dengan pengobatan konvensional (Jones, 2006, hlm. 190).
Aromaterapi adalah salah satu teknik pengobatan atau perawatan menggunakan bau-
bauan yang menggunakan minyak esensial aromaterapi. Proses ekstraksi (penyulingan)
minyak esensial ini secara umum dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penyulingan
dengan dengan air (direbus), penyulingan dengan air dan uap (dikukus), dan penyulingan
dengan uap (diuapkan). Salah satu aroma yang paling digemari adalah lavender.
Tumbuhan aromatik menghasilkan minyak aromatik. Apabila disuling, senyawa yang
manjur ini perlu ditangani secara hati-hati. Sebagian besar senyawa ini akan
menimbulkan reaksi kulit, tetapi jika digunakan secara tepat, senyawa ini memilki nilai
teraupetik. Senyawa ini dapat dihirup, digunakan dalam kompres, dalam air mandi, atau
dalam minyak pijat (Jones, 2006, hlm. 191).
Salah satu aroma untuk aromaterapi yang paling digemari adalah lavender. Berasal
dari bunga levender yang berbentuk kecil dan berwarna ungu. Bunga lavender dapat
digosokkan ke kulit, selain memberikan aroma wangi, lavender juga dapat
menghindarkan diri dari gigitan nyamuk. Aromaterapi menggunakan minyak lavender
dipercaya dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang
(carminative) setelah lelah beraktivitas5. Bunga lavender juga memiliki efek memberikan
rasa kantuk (sedatif).
Aromaterapi telah digunakan sejak zaman Mesir kuno yang memang terkenal dengan
ilmu pengetahuan yang tinggi. Merekalah yang menciptakan dan meramaikan dunia
pengobatan, farmasi, parfum serta kosmetik. Dari Mesir, aromaterapi dibawa ke Yunani,
Cina, India serta Timur Tengah sebelum masuk ke Eropa di abad pertengahan.
Pada abad ke 19 dimana ilmu kedokteran mulai terkenal, beberapa dokter pada zaman
itu tetap memakai minyak esensial dalam praktek sehari-hari mereka. Pada zaman
aromaterapi modern, aromaterapi digali oleh Robert Tisserand yang meniulis buku The
Art of aromatherapy (Poerwadi, 2006, hlm.1).
Dewasa ini, riset membuktikan aneka penggunaan minyak aroma. Riset kedokteran
pada tahun-tahun belakangan ini mengungkapkan fakta bahwa bau yang kita cium
memiliki dampak penting pada perasaan kita. Menurut hasil penelitian ilmiah, bau
berpengaruh secara langsung terhadap otak seperti obat. Misalnya, mencium lavender
meningkatkan frekuensi gelombang alfa terhadap kepala bagian belakang dan keadaan ini
dikaitkan dengan relaksasi (Sharma, 2009, hlm. 13).

2.2. SPESIFIK TERAPI LAVENDER


Bunga lavender memiliki 25-30 spesies, beberapa diantaranya adalah Lavandula
angustifolia, lavandula lattifolia, lavandula stoechas (Fam. Lamiaceae)8. Penampakan
bunga ini adalah berbentuk kecil, berwarna ungu kebiruan, dan tinggi tanaman mencapai
72 cm. Asal tumbuhan ini adalah dari wilayah selatan Laut Tengah sampai Afrika tropis
dan ke timur sampai India. Lavender termasuk tumbuhan menahun, tumbuhan dari jenis
rumput-rumputan, semak pendek, dan semak kecil. Tanaman ini juga menyebar di
Kepulauan Kanari, Afrika Utara dan Timur, Eropa selatan dan Mediterania, Arabia, dan
India. Karena telah ditanam dan dikembangkan di taman-taman di seluruh dunia,
tumbuhan ini sering ditemukan tumbuh liar di daerah di luar daerah asalnya.
Tanaman ini tumbuh baik pada daerah dataran tinggi, dengan ketinggian berkisar
antara 600-1.350 m di atas permukaan laut. Untuk mengembangbiakkan tanaman ini
tidaklah sulit, dimana menggunakan biji dari tanaman lavender yang sudah tua dan
disemaikan. Bila sudah tumbuh, dapat dipindahkan ke polybag. Bila tinggi tanaman telah
mencapai 15-20 cm, dapat dipindahkan ke dalam pot atau bisa ditanam di halaman
rumah.
Nama lavender berasal dari bahasa Latin lavera yang berarti menyegarkan dan
orang-orang Roma telah memakainya sebagai parfum dan minyak mandi sejak zaman
dahulu9. Bunga lavender dapat digosokkan ke kulit, selain memberikan aroma wangi,
lavender juga dapat menghindarkan diri dari gigitan nyamuk. Bunga lavender kering
dapat diolah menjadi teh yang dapat kita konsumsi. Manfaat lain bunga lavender adalah
dapat dijadikan minyak esensial yang sering dipakai sebagai aromaterapi karena dapat
memberikan manfaat relaksasi dan memiliki efek sedasi yang sangat membantu pada
orang yang mengalami insomnia. Minyak esensial dari lavender biasanya diencerkan
terlebih dahulu dengan minyak lain dari tumbuh-tumbuhan (carrier oil) seperti sweet
almond oil, apricot oil, dan grapeseed oil agar dapat diaplikasikan pada tubuh untuk
massage aromaterapi
Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas beberapa kandungan.
Menurut penelitian, dalam 100 gram bunga lavender tersusun atas beberapa kandungan,
seperti: minyak esensial (1-3%), alpha-pinene (0,22%), camphene (0,06%), beta-myrcene
(5,33%), p-cymene (0,3%), limonene (1,06%), cineol (0,51%), linalool (26,12%), borneol
(1,21%), terpinen-4-ol (4,64%), linalyl acetate (26,32%), geranyl acetate (2,14%), dan
caryophyllene (7,55%). Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kandungan
utama dari bunga lavender adalah linalyl asetat dan linalool (C10H18O).
Diteliti efek dari tiap kandungan bunga lavender untuk mencari tahu zat mana yang
memiliki efek anti-anxiety (efek anti cemas/relaksasi) menggunakan Geller conflict test
dan Vogel conflict test. Cineol, terpinen-4-ol, alpha-pinene, dan beta-myrcene tidak
menghasilkan efek anti cemas yang signifikan pada tes Geller. Linalyl asetat sebagai
salah satu kandungan utama pada lavender tidak menghasilkan efek anti cemas yang
signifikan pada kedua tes. Borneol dan camphene memberikan efek anti cemas yang
signifikan pada tes Geller, tapi tidak signifikan pada tes Vogel. Linalool, yang juga
merupakan kandungan utama pada lavender, memberikan hasil yang signifikan pada
kedua tes. Dapat dikatakan, linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada
efek anti cemas (relaksasi) pada lavender.
Kandungan minyak esensial dari tumbuh-tumbuhan, seperti pada batang, daun, akar,
buah, dan bunga dapat diisolasi atau dipisahkan dengan berbagai cara, salah satunya
adalah dengan penyulingan (distilation). Penyulingan merupakan proses yang sangat
menentukan untuk mendapatkan minyak esensial dari suatu tanaman. Terdapat beberapa
cara penyulingan yang dapat dilakukan untuk menghasilkan minyak esensial dan cara-
cara tersebut tergantung pada volume serta ketersediaan alat-alat pendukung di lokasi
penyulingan. Alat penyulingan minyak sebaiknya terbuat dari bahan stainless steel. Jika
proses penyulingan dibuat dari bahan lain (non-stainless steel), minyak yang dihasilkan
akan tampak keruh.
Pertama yang harus kita lakukan sebelum penyulingan adalah memotong bunga
lavender menjadi bagian yang lebih kecil. Hal ini bertujuan agar kelenjar minyak pada
bunga dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga memaksimalkan produksi minyak
esensial.
Tahap selanjutnya adalah mengeringkan bunga lavender pada tempat yang teduh atau
ruang tertutup selama kurang lebih dua hari. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses
penyulingan dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Jangan langsung mengeringkan di
bawah sinar matahari karena dapat mengakibatkan sebagian minyak dari bunga ikut
menguap. Selain itu, pengeringan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan bunga menjadi
rapuh dan sulit untuk disuling. Bila dua tahap di atas telah dikerjakan, bunga lavender
siap untuk disuling menjadi minyak esensial.
Menurut Tuhana Taufik (2007), teknik penyulingan minyak esensial dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu penyulingan dengan air (direbus), penyulingan dengan air dan uap
(dikukus), dan penyulingan dengan uap (diuapkan).
Lansia beresiko mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh banyak faktor
misalnya pensiunan danperubahan pola sosial, kematian pasangan hidup atau teman
dekat, peningkatan penggunaan obat-obatan, penyakit yang dialami, Gangguan mood,
ansietas, kepercayaan terhadap tidur, danperasaan negatif merupakan indikator terjadinya
insomnia (Akoso dan Galuh, 2009). Perubahan pola tidur lansia disebabkan perubahan
system saraf pusat yang mempengaruhi pengaturan tidur (Saryono dan Widianti,
2011).Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Diantara faktor penyakit misalnya penyakit yang
disebabkan oleh infeksi (infeksi limpa), latihan dan kelelahanakibat beraktivitas yang
tinggi, stres psikologisakibat ketegangan jiwa, obat-obatan, selain itu nurtisi yang
tercukupi beserta keadaan lingkungan yang aman dan nyaman serta adanya motivasi
dapat mempercepat terjadinya proses tidur (Hidayah, 2006). (Hidayah, 2006). Dalam
konsep teori model keperawatan Virginia Hendersonmemperhatikan 14 unsur fungsi
keperawatan dapat dikategorikan sembilan unsur pertama mengandung unsur psikologi,
unsur ke 10 dan 14 mengandung unsur komunikasi dan proses belajar, unsur ke 11
mengandung unsur spiritual dan moral, unsur ke 12 dan ke 13 mengandung unsur sosial
yang berorientasi pada pekerjaan dan rekreasi. Hendersonberpandangan bahwa manusia
memiliki kebutuhan dasar sebagaimana yang terdapat dalam 14 unsur tersebut
diantaranya terdapat kebutuhan tidur. Insomnia dapat dialami oleh siapa saja, tidak
terkecuali pada lansia. Proses tidur pada lansia dapat dipengaruhi oleh gangguan fisik,
keteraturan waktu tidur, kenyamanan dan kecemasan saat tidur.
Lavender Aromatherapy sangat bermanfaat untuk membantu serangan insomnia
karena khasiat psikologi yang menenangkan yang diantaranya dapat mencairkan rasa
marah yang tersimpan, menenangkan emosi yang tidak stabil, meringankan stress,
mengatasi kepanikan, ketidak sabaran, menenangkan jiwa, mengurangi rasa ketagihan,
memberikan rasa aman dan kenyamanan (Poerwadi, 2006).
Insomnia dapat diatasi dengan cara non-farmakologi diantaranya dengan pemberian
lavender aromatherapyyang mampu membantu lansia pada kondisi yang lebih tenang
sehingga dapat mengontrol dan mengelola stressor yang mempengaruhi tingkat insomnia
pada lanjutusia. Selain pemberian lavender aromatherapyada cara lain untuk mengatasi
masalah insomnia diantaranya latihan relaksasi pernapasan, senam ergonomis dan terapi
air hangat. Lavender aromatherapy dapat menurunkan insomnia. Dengan mencium aroma
minyak dari minyak esensial indra penciuman dapat merangsang daya ingat kita yang
bersifat emosional dengan memberikan reaksi fisik berupa tingkah laku. Sehingga ini bisa
digunakan untuk salah satu cara untuk menurunkan tingkat insomnia pada lanjut usia.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Insomnia dapat diatasi dengan cara non-farmakologi diantaranya dengan pemberian
lavender aromatherapyyang mampu membantu lansia pada kondisi yang lebih tenang
sehingga dapat mengontrol dan mengelola stressor yang mempengaruhi tingkat insomnia
pada lanjutusia. Selain pemberian lavender aromatherapyada cara lain untuk mengatasi
masalah insomnia diantaranya latihan relaksasi pernapasan, senam ergonomis dan terapi
air hangat. Lavender aromatherapy dapat menurunkan insomnia. Dengan mencium
aroma minyak dari minyak esensial indra penciuman dapat merangsang daya ingat kita
yang bersifat emosional dengan memberikan reaksi fisik berupa tingkah laku. Sehingga
ini bisa digunakan untuk salah satu cara untuk menurunkan tingkat insomnia pada lanjut
usia.
3.2. SARAN
Zaman sudah semakin maju, jenis pengobatan penyakit suda semakin berkembang
dan sekarang pengobatan tidak hanya berpacu pada pengobatan medis dan obat obatan
tetapi juga bisa menggunakan pengobatan tradisional dengan tanaman. Bahan obat
obatan memiliki kandungan kimia yang memiliki efek samping pada tubuh manusia.
Dengan adanya pengobatan alami dapat mengurangi efek samping pada tubuh manusia
dan lebih murah dalam mendapatkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Yeni Tri Lestari dan Rodiyah. PENGARUH PEMBERIAN LAVENDER AROMATHERAPY


TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA. 2014

Anda mungkin juga menyukai