Anda di halaman 1dari 16

Puji Syukur Kami Panjatkan Ke Hadirat Allah Swt, Karena Berkat Rahmat Dan

Hidayah-Nya Penulis Dapat Menyelesaikan Makalah PATOLOGI ANFIS


RESPIRATORY tentang Embolisme Pulmonal. Dalam Menyusun Makalah Ini, Tidak
Sedikit Kesulitan Dan Hambatan Yang Kami Alami, Namun Berkat Dukungan,
Dorongan Dan Semangat Dari Orang Terdekat, Sehingga Kami Mampu
Menyelesaikan Tugas Ini. Tak Lupa Pula Kami Ucapkan Terima Kasih Kepada Dosen
Yang Telah Memberikan Tugas Makalah Ini Demi Meningkatkan Kemampuan Dan
Pengetahuan Kami Dalam Bidang Keperawatan.

Penulis Menyadari Bahwa Makalah Ini Masih Jauh Dari Kata Sempurna. Untuk
Itu, Penulis Mengharapkan Kritik Dan Saran Yang Bersifat Membangun Dari
Berbagai Pihak Demi Sempurnanya Makalah Ini. Semoga Makalah Ini Dapat
Bermanfaat Baik Bagi Penulis Maupun Pembaca.

Gorontalo,21 Maret 2016

Penulis

1
KATA PENGANTAR............................................................1

DAFTAR ISI....................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................4

Bab II PEMBAHASAN

2.1 Definisi.......................................................................................................5

2.2 Etiologi/Penyebab.......................................................................................7
2.3 Patogenesis................................................................................................10
2.4 Faktor Predisposisi.........................................................................................11
2.5 Gambaran Klinik................................................................................................11
2.6 Pemeriksaan fisik dan penunjang......................................................................13
2.7 Terapi.................................................. ..................................................... ....14

Bab III PENUTUP

1.1 Kesimpulan..................................................................................................15
1.2 Saran...........................................................................................................15
1.3 Daftar Pustaka......................................................................................................16

2
Emboli Paru (Pulmonary Embolism) adalah peristiwa infark jaringan paru

akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh

peristiwa emboli.

Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga

berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung

udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh

darah.

Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam

jumlah yang memadai ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian

jaringan bisa dihindari. Tetapi bila yang tersumbat adalah pembuluh yang sangat

besar atau orang tersebut memiliki kelainan paru-paru sebelumnya, maka jumlah

darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah kematian paru-paru.

Insiden emboli paru di Amerika Serikat dilaporkan hampir 200.000 kasus

pertahun dengan angka kematian mencapai 15% yang menunjukkan bahwa

penyakit ini masih merupakan problema yang menakutkan dan salah satu

penyebab emergensi kardiovaskuler yang tersering. Laporan ini menyebutkan

bahwa emboli paru secara langsung menyebabkan 100.000 kematian dan menjadi

faktor kontribusi kematian oleh penyakit-penyakit lainnya.

Sekitar 10% penderita emboli paru mengalami kematian jaringan paru-paru,

yang disebut infark paru. Jika tubuh bisa memecah gumpalan tersebut,

kerusakan dapat diminimalkan. Gumpalan yang besar membutuhkan waktu lebih

lama untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan yang ditimbulkan. Gumpalan

yang besar bisa menyebabkan kematian mendadak.

3
Makalah ini akan membahas tentang :
Definisi Emolisme Pulmonal
Etologi/Penyebab
Patogenesis
Faktor Predisposisi
Gambaran Klinik
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Terapi

Mengetahui Definisi Emolisme Pulmonal


Mengetahui Etologi/Penyebab Embolisme Pulmonal
Mengetahui Patogenesis dari Embolisme Pulmonal
Mengetahui Faktor Predisposisi dari Embolisme Pulmonal
Mengetahui Gambaran Klinik dari Embolisme Pulmonal
Mengetahui Pemeriksaan Fisik dan Penunjang dari Embolisme Pulmonal
Mengetahui Terapi dari Embolisme Pulmonal

2.1 Definisi
Pulmonary embolism (PE) adalah peristiwa infark jaringan paru akibat

tersumbatnya pembuluh darah arteri pulmonalis oleh peristiwa emboli.

4
Ada juga sumber lain yang mengatakan bahwa Emboli paru adalah

penyumbatan pembuluh darah paru akibat lepasnya gumpalan sumbatan

pada pembuluh darah balik di bagian tubuh lain (trombosis vena dalam).

Emboli paru bukan suatu penyakit tersendiri, namun suatu komplikasi dari

penyakit lain. Komplikasi ini sering terjadi dan berpotensi menyebabkan

kematian.
o Emboli paru merupakan suatu obstruksi sebagian atau total arteri

pulmonalis atau cabang-cabangnya akibat tersangkutnya trombo emboli

atau material emboli yang lain pada cabang-cabang pembuluh darah

pulmonal. ( Pasiyen Rahmatullah, 894 )


o Emboli paru merupakan salah satu komplikasi trombus vena dalam yang

serius mungkin fatal. Biasanya emboli berasal dari trombus vena dalam

di betis. Bila emboli kecil biasanya tidak disertai gejala yang nyata. ( R.

Syamsuhidajat, 172 ).
o Pulmonary Embolism (PE) adalah keadaan yang sudah umum, yang

mempunyai potensi komplikasi yang fatal dan serius akibat

pembentukan trombus didalam sirkulasi vena.

(http://rapidshare.com/files/130863019/EMBOLI_PARU.doc.html)
o Embolisme pulmonari adalah tersumbatnya jaring-jaring vascular

(vascular-bed) oleh suatu embolus, yang dapat berupa thrombus

(bekuan darah), fragmen jaringan, lipid (lemak), atau gelembung udara.

Emboli yang paling umum adalah trombi yang terlepas dari vena

profunda betis (DVT). Trombi dapat juga berasal dari pelvis, terutama

pada wanita hamil. . Trombus terbentuk dari beberapa elemen sel dan

fibrin yang kadang-kadang berisi protein plasma seperti plasminogen.


o Menurut virchow (dalam Himawan S. 1986) terdapat tiga faktor

penting yang memegang peranan timbulnya trombus(trias virchow),

yaitu;
1) Perubahan permukaan endotel pembuluh darah
2) Perubahan pada aliran darah dan

5
3) Perubahan pada konstitusi darah.
Jika terjadi kerusakan pada trombosit maka akn dilepaskan suatu zat

tromboplastin. Zat inilah yang merangsang proses pembentukan beku

darah (trombus). Tromboplastin akan mengubah protrombin yang

terdapat dalam darah menjadi trombin, kemudian bereaksi dengan

fibrinogen menjadi fibrin.

Trombo emboli adalah penyakit pulmonal akut yang paling umum terjadi pada

pasien-pasien di rumah sakit. Pembentukan emboli jarang terjadi tanpa adanya

faktor-faktor risiko tertentu Emboli pulmonary terjadi akibat kerusakan pada

dinding pembuluh darah (akibat tindakan bedah), statis darah (varicose), atau

hiperkoagulabilitalis (terapi estrogen).

Bekuan darah menjadi satu emboli jika semua atau sebagian dari bekuan

darah tersebut terpecah dan terlepas dari tempat terbentuknya dan mulai

mengembara dalam aliran darah.

2.2 Etiologi/Penyebab
Emboli paru disebabkan lepasnya sumbatan pembuluh darah balik

yang umumnya terdapat pada tungkai. Namun, sumbatan dapat juga berasal

dari pembuluh darah panggul, ginjal, lengan, dan jantung. Gumpalan

sumbatan yang terlepas dari tempat tempat ini terbawa aliran darah

sampai ke paru dan menyumbat pembuluh darah paru. Sumbatan di

pembuluh darah paru menyebabkan kematian jaringan paru sehingga

terjadi gangguan pernapasan.


Ada 3 faktor utama yang menyebabkan emboli paru, yaitu :
1. Darah

6
Darah yaitu cairan yang terdiri atas plasma, sel-sel merah dan putih

yang mengalir dalam pembuluh darah manusia atau binatang.


Jika pada tubuh manusia mengalami pendarahan atau perdarahan

maka akan merangsang pengeluaran zat beku darah ( fibrinogen ).


2. Udara
Udara yaitu campuran dari berbagai gas yang tidak berwarna dan

tidak berbau ( seperti oksigen, nitrogen 0 yang memenuhi ruang di

atas bumi ini seperti yang kita hirup bila kita bernafas.
3. Lemak
Minyak yang melekat pada daging, terdapat pada kulit yang

bertindak sebagai pelindung kulit terhadap rangsangan kimia dan

jasad renik, pada punggung timbunan lemak sepanjang punggung

yang merupakan salah satu kriteria kualitas karkas.

Dari ke tiga faktor di atas, maka dapat menimbulkan beberapa

penyebab lain yang mengakibatkan terjadinya emboli paru. Penyebabnya

yaitu :

1. Luka Bakar
Luka bakar dapat menyebabkan emboli paru karena adanya perlukaan di

jaringan tubuh yang mengakibatkan rusaknya penbuluh darah dan pada

darah terjadi trombus. Kemudian trombus ikut masuk dalam aliran darah

melalui pembuluh darah yang rusak. Aliran pembuluh darah mengalirkan

darah menuju jantung ( pembuluh darah vena ) dari vena masuk ke jantung

( atrium kanan, ventrikel kanan ) dari jantung mengalir ke paru melalui a.

Pulmonalis dan terjadi sumbatan di arteri pulmonalis yang menuju ke paru-

paru.
2. Persalinan
Persalinan adalah salah satu penyebab terjadinya emboli paru. Dapat

dikarenakan apabila pada saat persalinan mengalami banyak perdarahan,

dan merangsang pembentukan fibrinogen. Akibat terlalu banyak

7
pembentukan fibrinogen dapat menyebabkan trombosis. Pada akhirnya

trombus ikut mengalir bersama aliran darah vena.


3. Pembedahan
Pembedahan merupakan suatu proses, perbuatan, atau cara membedah.

Proses pembedahan kadang kala menyebabkan pendarahan, dan dapat

membentuk trombus. Kemudian trombus mengalir bersama aliran darah

pada penbuluh darah vena yang menuju jantung.


4. Patah tulang tungkai
Patah tulang tungkai dapat menyebabkan terputus atau rusaknya jaringan

tulang yang mengakibatkan sumsum tulang terurai. Pada peristiwa patah

tulang tungkai juga menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan uraian

sumsum tulang masuk dalam pembuluh darah. Masuknya sumsum tulang

dalam pembuluh darah, terbawa oleh aliran darah yang menuju jantung.
5. Stroke
Stroke dapat terjadi karena adanya trobus atau trombosis, perdarahan

mendadak yang mengenai pasokan darah serebral. Akibatnya dapat

menyebabkan suplay O2 ke otak berkurang sehingga terjadi hipoxia

jaringan otak dan penurunan keseimbangan.


6. Obesitas
Obesitas yaitu penumpukan lemak yang berlebih di dalam tubuh atau

sering orang menyebut kegemukan. Dapat pula diartikan kelainan nutrisi

yang sering dijumpai dan ditandai oleh penimbunan lemak tubuh yang

berlebihan. Definisinya bervariasi kendati indeks massa tubuh yang

melebihi 30 diterima sebagai kriteria obesitas oleh banyak ahli. Oleh

karena itu, berdasarkan definisi obesitas di atas peningkatan lemak yang

berlebih di dalam tubuh dapat menyebabkan ateroma, dan ateroma

bisasaja ikut terbawa oleh aliran darah vena yang mengalir menuju

jantung.

Ketika trombus menyumbat sebagian atau seluruh arteri pulmonal, ruang

rugi alveola membesar karena area, meski terus mendapat ventilasi, menerima

8
aliran darah sedikit atau tidak sama sekali. Selain itu sejumlah substasi yang

dilepaskan dari bekuan dan menyebabkan pembuluh darah dan bronkiolus

berkontriksi.

Reaksi ini bersamaan dengan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi,

menyebabkan sebagian darah terpirau ( tidak ada pertukaran gas yang terjadi )

dan mengakibatkan penurunan kadar O2 dan peningkatan CO2.

Konsekuensi hemodinamik adalah peningkatan tahan vaskular paru akibat

penurunan ukuran jaring-jaring vaskular pulmonal, mengakibatkan peningkatan

tekanan arteri pulmonal dan, pada akhirnya meningkatkan kerja ventrikel kanan

untuk mempertahankan aliran darah pulmonal.

Bila kebutuhan kerja ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan

terjadi gagal ventrikel kanan, yang mengarah pada penurunan tekanan darah

sistemik dan terjadinya syok.

2.3 Patogenesis
Thrombus dapat berasal dari arteri dan vena. Thrombus arteri terjadi

karena rusaknya dinding pembuluh arteri ( lapisan intima ). Thrombus vena

terjadi karena aliran darah vena yang lambat, selain itu dapat pula karena

pembekuan darah dalam vena apabila terjadi kerusakan endotel vena. Thrombus

vena dapat juga berasal dari pecahnya thrombus besar yang terbawa aliran

vena. Biasanya thrombus berisi partikel partikel fibrin ( terbanyak ), eritrosit

dan trombosit. Ukurannya bervariasi, mulai dari beberapa millimeter sampai

sebesar lumen venanya sendiri.


Adanya perlambatan aliran darah vena ( stasis ) akan makin mempercepat

terbentuknya thrombus yang makin besar. Adanya kerusakan dinding pembuluh

darah vena ( misalnya operasi rekonstruksi vena femoralis ) jarang menimbulkan

thrombus vena. Thrombus yang lepas ikut aliran darah vena ke jantung kanan

dan sesudah mencapai sirkulasi pulmonal tersangkut pada beberapa cabang

9
arteri pulmonalis, dapat menimbulkan obstruksi total atau sebagian dan

memberikan akibat lebih lanjut. Thrombus pada vena dalam tidak seluruhnya

akan lepas dan menjadi tromboemboli tetapi kira kira 80% nya akan mengalami

pencairan spontan ( lisis endogen ).


Hanya 10% dari kasus emboli paru yang diikuti infark, hal ini terjadi

karena paru mendapat oksigen melalui 3 cara yaitu :

1. Dari sirkulasi arteri pulmonalis


2. Dari sirkulasi arteri bronkhialis
3. Dari saluran udara pernafasan
Pada infark paru, hemoptisis timbul setelah 12 jam terjadi emboli paru

dan sesudah 24 jam daerah infark menjadi terbatas dikelilingi oleh daerah paru

yang sehat karena adanya konsolidasi perdarahan dan atelektasis. Selanjutnya

sel - sel septum intraalveoli akan mengalami nekrosis dengan pembengkakan dan

menghilangnya struktur histology. Dua minggu sesudahnya mulai terjadi

perubahan dengan adanya penetrasi kapiler kapiler baru dari arah paru yang

sehat kearah paru yang terkena infark. Peredaran mulai diserap perlahan

lahan dan jaringan nekrosis diganti dengan jaringan ikat yang selanjutnya akan

menjadi parut atau fibrosis.

2.4 Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi terjadinya emboli menurut Virchow ( 1856 ) :
1. Adanya aliran darah lambat
2. Kerusakan dinding pembuluh darah vena
3. Keadaan darah mudah membeku ( hiperkoagulasi )

2.5 Gambaran Klinik

Kecurigaan emboli paru merupakan dasar dalam menentukan test

diagnostik. Dispnoe merupakan gejala yang paling sering muncul, dan

tachypnoe adalah tanda emboli paru yang paling khas. Pada umumnya,dispnoe

berat, sinkop atau sianosis merupakan tanda utama emboli paru yang

10
mengancam nyawa. Nyeri pleuritik menunjukkan bahwa emboli paru kecil dan

terletak di arteri pulmonalisdistal, berdekatan dengan garis pleura.

Emboli paru patut dicurigai pada penderita hipotensi jika :

1. Adanya bukti trombosis vena atau faktor predisposisi emboli paru


2. Adanya bukti klinis akut kor pulmonale (gagal ventrikel kanan akut)

seperti distensi vena leher, S3 gallop, pulsasi jantung kanan di dinding

dada (a right ventricular heave) , takikardia, atau takipnea


3. Adanya temuan ekokardiografis berupa gagal jantung kanan dengan
hipokinesis atau bukti EKG yang menunjukkan manifestasi akut kor

pulmonale dengan gambaran S1Q3T3, gambaran incomplete right bundle

branch blockatau iskemia ventrikel kanan

2.6 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


a. Lung Scan (Ventilation/Perfusion Scan)
Dapat menunjukkan pola perfusi abnormal pada area ventilasi atau tidak

adanya ventilasi dan perfusi.


b. Pulmonary Angiography
Terdapatnya efek atau arteri cut off dengan tidak adanya darah pada

distal aliran darah.


c. Chest X-ray
Sering kali normal (terutama pada keadaan subakut), tetapi dapat

menunjukkan bayangan bekuan darah, kerusakan pembuluh darah, elevasi

diafragma pada area yang terkena, efusi pleura, dan infiltrasi/konsolidasi.


d. ABGs
Dapat menunjukkan penurunan PaO2, PaCO2 (hipoksemia/hipokapnia), dan

elevasi pH (respiratory alkalosis) terutama jika obstruksi paru-paru berat.


e. Darah Lengkap
Dapat menunjukkan peningkatan Ht (hemokosentrasi), peningkatan RBCs

(Red Blood Cells-polisitemia).


f. ECG (Electro Cardio Graph)

11
Mungkin normal atau menunjukkan perubahan yang mengindikasikan

gangguan ventrikel kanan, misal: perubahan pada gelombang T atau segmen

ST, aksis deviasi/RBB, takikardia, dan distritmia sering kali timbul.

Adapun pemeriksaan fisik dan penunjang lainnnya antara lain :


Laboratorium ( leokositosis , LED sedikit meningkat )
Kimia darah ( peningkatan SGOT, LDH, CPK, FDP )
Elektrokardiografi
Radiografi
Dupleks ultrasonografi
Computed tomography
Ventilation perfusion Scanning
Angiografi paru

Pemeriksaan untuk menilai fungsi paru-paru:

- Gas darah arteri

- Oksimetri denyut nadi.

Pemeriksaan untuk menentukan lokasi dan luasnya emboli:

- Rontgen dada

- Skening ventilasi/perfusi paru

- Angiogram paru.

Pemeriksaan untuk trombosis vena dalam (sebagai penyebab tersering):

- USG Doppler pada aliran darah anggota gerak

- Venografi tungkai

- Pletsimografi tungkai.

2.7 Terapi

12
Komponen utama dari pengobatan medis emboli pulmonal adalah tarapi

anti-koagulan. Terapi antikoagulan mungkin merupakan terapi profilaktik bagi

individu berisiko tinggi atau kuratif bagi kejadian patologis actual.


Jika klien tidak responsive terhadap terapi heparin atau jika terapi

antikoagen merupakan kontraindiksi, maka diperlukan intervensi pembedahan.

Dua prosedur yang mungkin digunakan untuk menangani emboli pulmonal

adalah: pertama terapi trombolitik . Terapi trombolitik adalah terapi klinis

yang ditujukan untuk reperfusi jaringan miokardium dengan memperbaiki

aliran darah pada pembuluh darah yang tersumbat. Bekuan darah yang

terdapat dalam pembuluh darah akan mengganggu aliran darah ke bagian tubuh

yang dialiri oleh pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan suatu kerusakan

serius pada bagian-bagian tubuh. Jika bekuan terdapat pada arteri yang

memasok darah ke jantung, maka dapat menyebabkan serangan jantung. Jika

bekuan terdapat pada aliran darah ke otak, maka dapat terjadi stroke. Terapi

trombolitik digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang akan mengancam

kehidupan jika tidak segera diatasi.

Terapi ini dapat meningkatkan disolusi imediat dari embolus dengan

pemulian cepat fungsi paru. Dalam prosedur ini digunakan salah satu agens

trombolitik, urokinase, strepkinase, atau activator plasminogen tipe jaringan

(rt-PA) rekombinan. Terapi dapat diberikan baik secara sistemik atau secara

langsung kedalam arteri pulmonalis melalui katetarisasi selektif, meskipun

terapi secara sistemik menunjukka hasil lebih baik. Progam yang paling umum

mencakup pemberian 100 mg rt-PA sebagai infus perifer kontinu selama 2 jam.

Sejauh ini , hasil yang dilaporkan menunjukkan strategi ini efektif dalam

mencapai disolusi bekuan pada lebih dari 80%pasien, dengan komplikasi

perdarahan yang terjadi kurang dari 5%. Bentuk terapi ini tidak sesuai bagi

banyak klien pascabedah karena peningkatan risiko komplikasi perdarahan

pada tempat operasi.

13
Kedua adalah embolektomi pulmonal. Dalam prosedur ini dilakukan

ekstraksi emboli pulmonal dari vaskulator pulmonal. Prosedur ini biasanya

dilakukan dengan anesthesia umum, meskipun kemungkinan dapat dilakukan

dengan kateter pengisap IV tertentu dibawah anestesi local.


Ada juga terapi lain yaitu terapi Embolektomi Suatu tindakan bedah

untuk mengeluarkan embolus thrombus dari arteri atau vena yang tersumbat

melalui suatu arteriotomi atau venotomi.

14
Dapat disimpulkan bahwa Emboli Paru (Pulmonary Embolism) adalah

peristiwa infark jaringan paru, akibat tersumbatnya, pembuluh darah arteri

pulmonalis oleh peristiwa emboli dan penyebab utama dari emboli paru adalah

trombo emboli vena, namun demikian penyebab lain dapat berupa emboli udara,

emboli lemak, cairan amnion, fragmen tumor dan sepsis.

Dua prosedur yang mungkin digunakan untuk menangani emboli pulmonal adalah:

pertama terapi trombolitik dan embolektomi pulmonal.

. Agar terhindar dari penyakit emboli paru maka kita harus menjaga pola

hidup sehat seperti olahraga teratur,memngonsumsi makanan yang sehat dan

jangan merokok,agar paru tetap sehat .

15
Price, A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit Edisi 4. EGC: Jakarta.


Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Salemba Medika: Jakarta


Kusmana D, dkk. Standar pelayanan medik RS. Jantung pembuluh darah

Harapan Kita. Edisi ke-2. Jakarta. 2003.h.209-11

16

Anda mungkin juga menyukai