Anda di halaman 1dari 21

Puji syukur atas kehadirat Tuhan YME karena atas segala limpahan rahmat-

Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul EKSHIBISIONISME
SEKSUAL, SADISME SEKSUAL dan MASOKISME SEKSUAL.
Makalah ini berisikan tentang pengertian, ciri, penyebab, gejala, cara
penyembuhan dan lainya mengenai kelainan seksual Ekshibisionisme, Sadisme,
Masokisme Seksual. Kami akan membahas secara mendalam tentang proses tersebut.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah KDM.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
Mahasiswa/Mahasiswi Stikes Wira Husada Yogyakarta. Kami mengakui makalah yang
kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami membutuhkan kritik
dan saran dari berbagai pihak.

Yogyakarta,21 Oktober 2013


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelainan seksual merupakan Kelainan yang paling banyak di jumpai, ciri utamanya
adalah tidak adanya girah untuk melakukan hubunagan seks, hal ini bisa di karenakan
oleh faktor usia, ketidak puasan seks terhadap pasangan, lingkungan yang
menimbulkan ketidak inginan untuk berhubungan seks. Hilangnya gairah seks bisa
bersifatmenyeluruh maupun situasional.
Belakangan ini banyak terjadi kasus pelecehan seksual di tempat umum, berbagai
macam praktiknya.Belum lagi perilaku seksual aneh-aneh pada film porno yang
ekstrim, ada saja tingkahnya, melakukan hubungan intim dengan tidak wajar. Zaman
sekarang manusia sudah tambah edan. Berikut ini merupakan perilaku seks
menyimpang yang pernah ditemui di kalangan masyarakat. Hal ini disampaikan hanya
untuk pengetahuan dan bukan untuk di contoh.
Manusia senantiasa mengembangkan daya khayalnya untuk menciptakan variasi
aktivitas demi mendapatkan kenikmatan seksual.Dari sinilah timbul istilah kelainan
seksual, meskipun ini bersifat subyektif, karena apa yang disebut kelainan bagi
seseorang, biasanya merupakan kegiatan normal bagi yang lain.
Parafilia merupakan satu dari kelainan seksual yang boleh dibagi lagi kepada
beberapa subtipe.Parafilia adalah istilah yang mengambarkan seksual arousal yang
terjadi terhadap suatu objek, atau pada suatu situasi, atau pada seseorang bukan
disebabkan oleh stimulasi normal dan ini dapat menimbulkan distress atau masalah
pada orang tersebut atau pasangannya, atau orang lain yang dilibatkan dalam hal
ini.Parafilia melibatkan gairah seksual terhadap perilaku seksual yang atipikal dan
ekstrem.Parafilia dapat berkisar dari perilaku yang hampir normal hingga perilaku yang
bersifat merusak atau menyakiti hanya bagi satu orang atau bagi seseorang dan
pasangannya, dan akhirnya hingga perilaku yang dianggap merusak atau mengancam
masyarakat secara luas.
Parafilia telah dikategorikan menjadi beberapa bagian, yaitu pedofilia,
frotteurisme,voyeurisme,ekshibisionisme, sadisme, mesokisme, fetisisme dan zoofilia.
Dalam makalah ini lebih dijelaskan tentang ekshibisionisme, sadisme, dan mesokisme.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah di uraikan, maka pokok permasalah adalah :
1. Apa yang di maksud dengan ekshibisionisme, sadisme, masokisme
2. Apa penyebab terjadinya ekshibisionisme, sadisme, masokisme
3. Bagaimana gejala-gejala timbulnya ekshibisionisme, sadidme, masokisme

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan pada permasalahan diatas, maka penulis perlu mencantumkan tujuan penulisan.
Tujuan penulisan adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekshibisionisme, sadisme, masokisme
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya ekshibisionisme, sadisme, masokisme
3. Untuk mengetahui gejala-gejala timbulnya ekshibisionisme, sadisme, masokisme

D. MANFAAT PENULISAN
Ada beberapa manfaat yang penulis harapkan dalam penulisan makalah ini
yaitu sebagai berikut :
1. Menigkatkan wawasan dan pengetahuan pada masyarakat tentang berbahanya
penyimpangan seksual dalam lingkungan masyarakat.
2. Menigkatkan wawasan dan pengetahuan tentang penyimpangan seksual
khususnya ekshibisionisme, sadisme, masokisme.
3. Sebagai panduan untuk memperluas pengetahuan pada mata kuliah KDM
4. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan seksual khususnya ekshibisionisme,
sadisme, masokisme.
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan teori
Asuhan keperawatan EKSHIBISIONISME,SADISME SEKSUAl DAN MASOKISME SEKSUAL
Pengertian

A. Pengertian Ekshibisionisme, Sadisme, Masokisme

a. Definisi Ekshibisionisme
Ekshibisionis adalah suatu gangguan mental dimana seseorang mendapatkan
kepuasaan seksual dengan memamerkan genitaliannya sendiri kepada orang asing di
tempat umum yang tidak mau melihatnya. Bagi seorang ekshibisionis kepuasaan
berasal dari reaksi orang lain secara keliru diduga oleh si penderitannya sebagai
ekspresi kepuasaan seksual.
Kepuasaan seksual diperoleh penderita saat melihat terperanjat, takut, kagum, jijik,
atau menjerit dari orang yang melihatnya, kemudian hal tersebut digunakan sebagai
dasar untuk fantasi manstrubasi. Para peneliti menyatakan ekshibisionis memiliki
pendekatan yang tidak dewasa terhadap seks, dengan kebutuhan besar untuk
diperhatikan seksual yang ditangani oleh polisi.

b. .Gejala Ekshibisionisme
Pada dasarnya, secara kasat mata penderita ekshibisionisme ini tidak memiliki
ciri-ciri yang tampak dari luar. Jadi para penderita ekshibisionisme ini sama seperti
orang kebanyakan.
Banyak diantara mereka pemalu, kurang percaya diri barasal dari keluarga yang keras
dalam soal seks.
Para peneliti manyatakan ekshibisionis memiliki pendekatan yang tidak dewasa
terhadap kebutuhan yang besar untuk diperhatikan. Sebelum bereaksi mereka selalu
gelisah, tercekam dan tegang perasaan akan terasa lega setelah berhasil memamerkan
kemaluannya kepada lawan jenisnya.
Penderita ekshibisionis ini sering menimbulkan gangguan ketertiban umum, meskipun
jarang membahayakan masyarakat. Sebanyak 30 40% wanita pernah menjadi korban/
terpapar oleh ekshibisionisme.
c.Penyebab Ekshibisionisme
Penyebab ekshibisionisme masih belum jelas. Namun, ada beberapa teori tentang
penyebab ekshibisionisme yaitu:
a. Teori biologi. Yang memegang peranan dalam hal ini adalah hormon testosteron,
dimana hormon ini mempengaruhi pengendalian seksual pada pria maupun wanita,
meningkatkan kerentanan pada pria untuk melakukan sebuah perilaku penyimpangan
seksual.
b. Teori penelitian. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perlakuan kejam
terhadap anak-anak dan ketidakharmonisan keluarga merupakan faktor risiko
terjadinya ekshibisionisme.
c. Teori psikoanalitik. Teori ini berdasarkan asumsi bahwa anak laki-laki terpisah
secara psikologis dengan ibu mereka. Orang dengan ekshibisionisme menganggap ibu
mereka malakukan penolakan terhadap mereka karena perbedaan kelamin. Sehingga,
mereka bertumbuh dengan hasrat memaksa wanita untuk menerima mereka dengan
cara melihat alat genital mereka.
d. Trauma kepala. Ada sejumlah kasus pria menjadi ekshibisionisme setelah mendapat
trauma kepala tanpa riwayat alkohol dan kelainan seksual.
e. A childhood of Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD). Hubungan antara
ADHD dengan ekshibisionisme belum diketahui, tapi penelitian di Harvard menemukan
bahwa pasien dengan multiple parafilia mempunyai kemungkinan yang lebih besar
mengalami ADHD di masa anak-anak daripada laki-laki dengan satu parafilia saja.

d.Contoh kasus Ekshibisionnisme

Kasus ini dialami oleh seorang lelaki yang berumur 24 tahun. Dimana ketika lelaki ini
menaiki angkot. Lelaki ini bersikap sewajarnya, ia duduk di pojok mobil, sambil
membaca buku. Tetapi ternyata, ia dengan sengaja membuka resleting celananya, dan
membiarkan alat kelaminnya diperlihatkan kepada para penumpang yang ada
didalam mobil dan kebetulan didalam mobil itu para penumpangnya adalah wanita.
Seketika itu banyak dari para wanita itu menjerit kaget atau ketakutan. Tetapi anehnya
lelaki itu tidak malu, ia malah menikmati jeritan dan ketakutan para wanita itu .

e.Medikasi / Penyembuhan
Beberapa kelompok obat digunakan dalam pengobatan ekshibisionisme dan parafilia
lainnya. Kategori obat yang digunakan pada ekshibisionisme sebagai berikut:
1. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Obat ini memberi hasil yang baik pada
parafilia, dengan cara menurunkan kadar seroronin di otak sehingga akan
meningkatkan pengendalian akan sexs.
2. Hormon wanita. Estrogen digunakan sebagai obat untuk pelaku kajahatan seksual sejak
1940. Medroxyprogesteron asetat, atau MPA, merupakan obat hormonal yang banyak
digunakan U.S.
3. LHRH agonist. Obat ini bekerja dengan mengurangi gonadotropin hormon.
4. Antiandrogen. Antiandrogen memblok uptake dan metabolisme testosterone dan
mengurangi kadar testosteron.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKSUALITAS.


1. Pertimbangan Perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional,
dan biologi k kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu.
2. Hidup Kebiasaan Sehat dan Kondisi Kesehatan.
Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat
mencapai kepuasan seksual.
3. Konsep diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung
terhadap seksualitas.
4. Peran dan Hubungan.
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi
kualitas hubungan seksualnya.
5. Agama
Pandangan agama tertentu yang di ajarkan, ternyata berpengaruh terhadap
ekspresi seksualitas seseorang.

TINJAUAN ASUPAN KEPERAWATAN


A.Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.

Tahap pengkajian terdiri dari :


1. Pengumpulan data
Merupakan kegiatan dalam penghimpunan informasi (data-data) dari klien yang
meliputi biopsiko spiritual yang kopenhensif.
a. Gejala Ekshibisionisme: para penderita ekshibisionisme ini sama seperti orang
kebanyakan. Banyak diantara mereka pemalu, sebelum bereaksi mereka selalu gelisah,
tercekam dan tegang perasaan akan terasa lega setelah berhasil memamerkan
kemaluannya kepada lawan jenisnya.
b. Penyebab Ekshibisionisme: penyebab ekshibisionisme masih belum jelas.
c .Faktor-faktor penyebab Ekshibisionisme
~ pertimbangan perkembangan
~ kebiasaan hidup sehat dan kodisi kesehatan
~ peran dan hubungan
~ budaya, nilai kebudayaan
~ budaya, nilai kebudayaan
d. Fakto-faktor yang mempengaruhi seksualitas:
- pertimbangan perkembangan
- kebiasaan hidup sehat dan kodisi kesehatan
- peran dan hubungan
- kondisi diri

2. Pengelompokan data

Data yang telah di kumpulkan selanjutnya di kelompokan salah satu caranya adalah
teori Abraham Maslow yang berpendapat bahwa semua manusia mempunyai
kebutuhan dasar umum yang terdiri dari beberapa tingkat, di mana tingkat
kebutuhan dasar fisik harus terpenuhi lebih dahulu sebelum kebutuhan tingkat
yang lebih tinggi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah
pasien dapat di tanggulangi atau di kurangi.
1. Disfungsi seksual.
~Tidak adanya hasrat untuk aktivitas seksual
~Perasaan jijik, ansietas, panik sebagai respons terhadap kontak genital
~Tidak adanya pelumaan atau sensai subjektif dari rangsangan seksual selama aktivitas
~Kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis selama aktivitas seksual
ketidakmampuan untuk mencapai orgasme atau ejakulasi
~Ejakulasi prematur
~nyeri genital selama koutis
~Kontriksi vagina yang mencegah penetrasi penis.

C. INTERVENSI
1. Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelum nya dalam hubungan seksual.
Rasional: Hal ini menetapkan suatu data dasar untuk bekerja dan memberikan dasar
untuk tujuan
2. Kaji persepsi pasien terhadap masalah
Rasional: Ide pasien tentang apa yang merupakan suatu masalah mungkin beberapa dari ide
perawat. Ide adalah persepsi pasien yang dari nya tujuan perwat harus di tetapkan.

a. Definisi Sadisme

Sadisme seksual adalah gangguan mental di mana seorang individu mencapai


kepuasan seksual dengan menimbulkan rasa sakit pada orang lain. Dalam teori
psikoanalitik, sadisme terkait dengan rasa takut , sedangkan penjelasan behavioris dari
sadomasokisme (praktek seksual menyimpang yang menggabungkan sadisme dan
masokisme) adalah bahwa unsur perasaannya secara fisiologis mirip dengan gairah
seksual.
b. Faktor Penyebab

Kekurangan dan kemiskinan


Trauma
Dendam di masalalu
Perasaan putus asa
Perlakuan kasar orang tua
Kelainan jiwa
c. Ciri- ciri Pelaku Sadisme

Orang-orang sadis yang berada di tengah-tengah masyarakat amat sulit dikenali dan
diketahui. Benar,mereka adalah orang-orang keras dan kejam,akan tetapi mereka
memiliki penampilan yang lembut,jujur,dan baik budi.
Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang terdapat pada pelaku sadisme berdasarkan
penelitian psikoanalis.
1. Pelaku sadisme adalah orang yang penakut. Oleh karena itu,mereka selalu menutup
diri dan menjaga agar tak seorang pun mengetahui kondisi dan perbuatannya.
2. Mereka adalah orang yang pemalu dan merasa amat bersedih serta kecewa lantaran
tidak bisa menjalin hubungan dengan orang lain.
3. Mereka adalah orang-orang lemah yang berusaha menyiksa orang dengan kekuatan
absolut.
4. Mereka tidak memiliki perasaan manusiawi dan tidak merasa iba saat menyiksa
korbannya.
5. Mereka tidak mampu menyimpan rahasia dan selalu merasa tidak aman.

d. Hakikat-hakikat Sadisme

Sadisme bersumber dari keinginan agar tidak seorangpun mencampuri urusannya dan
semua berada di bawah kendali kekuasaannya.
Sadisme adalah sejenis upaya menghilangkan penderitaan dengan melakukan berbagai
tindakan keji.
Sadisme bersumber dari keinginan membalas dendam dan perseteruan yang
mengubah seseorang menjadi haus darah,sehingga terdorong melenyapkan rasa haus
tersebut.

e. Contoh kasus Sadisme

Kasus penyiksaan terhadap Junko Furuta seorang gadis kebangsaan Jepang dari
Saitama pada tahun 1998, dimana 4 orang laki-laki menculiknya . Furuta ditahan
selama 44 hari, selama ditahan Furuta diperkosa berkali-kali, dipaksa makan kecoak,
ditendang, dipukuli, digantung dan dijadikan sarana untuk berlatih tinju. Pada hari ke
44 dengan alasan kalah bermain mahyong, Furuta dijatuhi barbel besi , di tuangi cairan
korek api dan akhirnya dibakar.

f. Dampak Sadisme

Sadisme memiliki dampak yang sangat krusial dan mengancam kehidupan


individu maupun sosial. Lingkungan dimana pelaku sadisme berada dan keluarga
sekitarnya tidak akan aman dari tindak kejahatannya dan tidak akan dapat tidur dengan
tenang. Bahaya selalu mengancam kehidupan anak-anak mereka.
Seorang yang sadis, di satu sisi akan merasa benci dan berburuk sangka kepada orang
lain, sehingga menyakitinya. Di sisi lain, ia berburuk sangka dan muak kepada dirinya
sendiri lantaran ulah dan perilakunya yang selalu sibuk merancang rencana untuk
melakukan kejahatan kepada orang lain sehingga melalaikan jalan menuju
pertumbuhan dan
kesempurnaan. Buruk sangka dan kelalaian tersebut akan senantiasa bergayut sehingga
membuatnya menjadi bengis dan kejam.
Selain itu, perilaku sadis juga dapat menular , dan pelaku sadisme juga akan terkucilkan
serta tersingkirkan dari tengah masyarakat.

g. Cara Pembenahan Sadisme

Dalam membenahi dan menjauhkan anak-anak dari perbuatan sadisme, orang tua atau wali
dari anak tersebut harus melenyapkan berbagai faktor yang dapat menumbuhkan sadisme
pada sang anak, memenuhi kebutuhan anak secara wajar agar anak tidak merasa kekurangan,
menghapus peraturan dan tata tertib yang terlalu berat dan mengekang mereka, menciptakan
suasana kehidupan yang hangat, saling pengertian, dan harmonis, melakukan suatu usaha
agar anak menjadi cenderung pada norma norma agama, akhlak, dan sosial.

Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas

1. Pertimbangan Perkembangan

Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional dan


biologik kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu
Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi

2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan

Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat
mencapai kepuasan seksual
Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk
melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga
mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit
Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif
mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan

3. Peran dan Hubungan

Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi


kualitas hubungan seksualnya
Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman
seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang
yang dicintai dan dipercayainya
Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan oleg dengan
siapa individu tersebut berhubungan seksual

4. Konsep Diri

Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung


terhadap seksualitas

5. Budaya, Nilai dan Keyakinan

Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat


mempengaruhi individu
Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas dan perilaku
seksual
Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi seksual dan hal
lain terkait dengan kegiatan seksual

6. Agama

Pandangan agama tertenmtu yang diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap


ekspresi seksualitas seseorang
Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan, dianggap tidak wajar
Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan
seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu

7. Etik

Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) tergantung pada
terbebasnya individu dari rasa berssalah dan ansietas
Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang lain

Pengkajian

Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan
dengan aspek psikoseksual :

1. Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari


bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual
2. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien
3. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan
terburu-buru
4. Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan
informasi mengenai pengetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan
dengan seksualitas
5. Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan
terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang
6. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat
dipakai untuk mulai membahas masalah seksual\
7. Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah ap
yang dibahs, bigitu pula masalah apa yang dihindari klien
8. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum
jelas
9. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai kjlien sebagai
makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah
seksual.

Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk
mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :

1. Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual


2. Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau
ketidakpuasan seksual
3. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau
penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
4. Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan
ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh,


penganiayaan fisik (seksual), depresi.

Batasan Karakteristik :

Tidak adanya hasrat untuk aktivitas seksual


Perasaan jijik, ansietas, panik sebagai respons terhadap kontak genital
Tidak adanya pelumasan atau sensasi subjektif dari rangsangan seksual selama
aktivitas seksual
Kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis selama aktivitas
seksual
Ketidakmampuan untuk mencapai orgasme atau ejakulasi
Ejakulasi prematur
Nyeri genital selama koitus
Kontriksi vagina yang mencegah penetrasi penis

Tujuan Jangka Panjang :

Pasien akan mendapatkan kembali aktivitas seksual pada tingkat yang


memuaskan untuk dirinya dan pasangannya (dimensi waktu ditentukan oleh
situasi individu)

Intervensi :

Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual
Kaji persepsi pasien terhadap masalah
Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan awitan
masalah dan diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada
waktu itu
Kaji alam perasaan dan tingkat energi pasien
Tinjau aturan pengobatan, observasi efek samping
Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin
menambah disfungsi seksual
Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan
fungsi yang mungkin menyusahkan dirinya

Hasil Pasien Yang Diharapkan / Kriteria Pulang

1. Pasien mampu menghubungkan faktor-faktor fisik atau psikososial yang


mengganggu fungsi seksual
2. Pasien mampu berkomunikasi dengan pasangannya tentang hubungan seksual
mereka tanpa merasa tidak nyaman
3. Pasien dan pasangannya mengatakan keinginan dan hasrat untuk mencari
bantuan dari terapi seks yang professional
4. Pasien mengatakan kembali bahwa aktivitas seksualnya ada pada tahap yang
memuaskan dirinya dan pasangannya
5. Pasien dan pasangannya mengatakan modifilkasi dalam aktivitas seksual dalam
berespon pada keterbatasan karena penyakit atau tindakan medis.

a. Definisi Masokisme
Masokisme adalah kepuasan seksual yang berasal dari rasa nyeri, penderitaan,
atau penghinaan dimana rasa nyeri, penderitaan, dan penghinaan ini terjadi secara
nyata baik secara fisik atau psikologis yang dibuatnya sendiri atau ditimbulkan oleh
orang lain kepadanya.
Masokisme mungkin melibatkan pencambukan, pemukulan, perbudakan, dan
penyerahan total kepada pasangan seksual yang lebih dominan.
Seseorang yang di diagnosis masokisme disebut masokis.

b. Ciri-ciri Masokisme
Selama waktu sekurangnya 6 bulan terdapat khayalan yang merangsang secara
seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan
(nyata, atau distimulasi) sedang dihina, dipukuli, diikat atau hal lain yang membuat
menderita.
Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

c. Penyebab Masokisme
Masokisme jarang dilaporkan sehingga tidak ada informasi yang spesifik. Namun,
kelainan ini lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita.
Menurut teori psikoanalitik, orang dengan masokisme mengatasi ketakutan mereka
terhadap cedera dan perasaan tak berdaya dengan menunjukkan bahwa mereka tahan
terhadap kerusakan. Beberapa teori menyebutkan bahwa pada masa kanak-kanak para
penderita biasanya mengalami trauma (seperti sexual abuse) ataupun pemukulan pada
daerah aerogen dimana ia mendapatkan kepuasan seks yang sangat mendalam atau
mereka memiliki pengalaman yang mengesankan bagi mereka bahwa rasa sakit
diperlukan untuk kenikmatan seksual sehingga mereka selalu ingin mengulangi kembali
peristiwa tersebut.

d. Gambaran Klinik
Individu dengan masokisme memiliki preokupasi yang rekuren dengan desakan dan
fantasi seksual karena dihina, dipukul, diikat, atau hal lain yang menyebabkan
penderitaan. Penderitaan atau penghinaan ini, fisik ataupun psikis, didapatkan dari
orang lain ataupun oleh dirinya sendiri.
Fantasi masokistik biasanya sudah mulai muncul pada masa kanak-kanak. Usia dimana
perilaku ini mulai muncul bervariasi pada tiap individu tetapi umumnya perilaku ini
mulai muncul pada usia dewasa muda. Masokisme biasanya bersifat kronik, penderita
cenderung untuk terus mengulangi perilakunya.
Akibat dari fantasi, dorongan seksual dan perilakunya, penderita atau masokis
mengalami gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
e. Penataletakan Masokisme

Penyembuhan Masokisme bisa menggunakan terapi penderita masokisme


meliputi psikoterapi, terapi perilaku, terapi seks, terapi hormonal, dan terapi
medikamentosa.
Psikoterapi
Psikoterapi bertujuan untuk menemukan dan menyelesaikan penyebab yang
mendasari terjadinya perilaku masokistik. Dengan psikoterapi, mereka menjadi
menyadari peristiwa sehari-hari yang menyebabkan mereka bertindak atas impulsnya.
Psikoterapi juga
memungkinkan pasien meraih kembali harga dirinya dan memperbaiki kemampuan
interpersonal dan menemukan metode yang dapat diterima untuk mendapatkan
kepuasan seksual.
Terapi seks
Dengan terapi seks pasien mencoba melakukan aktivitas seksual yang tidak
menyimpang dengan pasangannya.
Terapi kognitif-perilaku
Terapi ini melibatkan teknik terapi perilaku untuk memodifikasi deviasi seksual pasien
dengan mengubah pola pikir dan menyadarkan pasien mengenai pembenaran yang
irasional yang menimbulkan perilaku seksualnya. Terapi ini juga menggabungkan
teknik yang mencegah terjadinya relaps yaitu dengan membantu pasien untuk
mengontrol perilaku yang tidak diinginkan dengan cara menghindari situasi yang
mungkin membangkitkan keinginannya tersebut.
Terapi hormonal
Hormone medroxyprogesteron asetat (Depo-Provera) dan cyproterone asetat
menurunkan kadar testoteron dalam sirkulasi sehingga rangsangan seks berkurang.
Hormone ini menyebabkan berkurangya frekuensi ereksi, fantasi seksual, dan inisiasi
perilaku seksual seperti masturbasi dan intercourse. Hormone ini digunakan selama
menjalani terapi kognitif-perilaku.

Terapi medikamentosa
Obat antidepresan seperti fluoxetin dapat pula digunakan untuk mengurangi
rangsangan seks, tetapi kurang berhasil dalam mengurangi fantasi seks. Obat ini juga di
gunakan pada mereka yang disertai dengan depresi.

f. Prognosis Masokisme

Prognosis masokisme bervariasi tergantung pada motivasi pasien. Prognosis akan baik
jika pasien memiliki motivasi tinggi untuk berubah dan mencari terapi atas
kemauannya sendiri.

Bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal


Banyak dorongan seksual abnormal yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi
seksual atau terjadinya abnormalitas seksual. Beberapa bentuk abnormalitas seksual
akibat dorongan seksual abnormal antara lain :
1. Prostitusi. Bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak wajar
dan tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks bersifat impersonal,
tanpa adanya afeksi dan emosi yang berlangsung cepat, dan tanpa adanya orgasme pada
wanita. Kejadian ini dapat berlaku pada laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki,
prostitusi disebabkan karena keinginan mencari variasi dalam seks, iseng, dan ingin
menyalurkan kebutuhan seksual. Pada wanita, kejadian ini dapat di sebabkan karena
factor ekonomi, adanya diorganisasi kehidupan keluarga, dan adanya nafsu seks yang
abnormal.
2. Perzinahan. Bentuk relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan suami istri.
Perzinahan pada wanita baru mengarah ke hubungan seksual dengan laki-laki lain
setelah adanya relasi emosional dan afeksional yang sangat kuat. Pada pria, perzinahan
biasanya disebabkan oleh rasa iseng atau dorongan untuk memuaskan seks secara
sesaat.
3. Frigiditas. Merupakan ketidak mampuan wanita mengalami hasrat seksual atau
orgasme selama senggama. Frigiditas ditandai dengan berkurangnya atau
ketidaktertarikan sama sekali pada hubungan seksual atau tidak mampu menghayati
orgasme pada koitus (hubungan intim). Beberapa faktor yang menyebabkan frigiditas
adalah kelainan pada rahim atau vagina, adanya hubungan yang tidak baik dengan
suami, rasa cemas, bersalah, atau takut.
4. Impotensi. Ketidakmampuan pria untuk melakukan relasi seks atau senggama atau
ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi. Gangguan ini
dapat disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kecemasan atau ketakutan, pengalaman
buruk masa lalu, dan persepsi seks yang salah.
5. Ejakulasi premature. Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan sperma
yang terlalu dini sebelum zakar melakukan penetrasi dalam liang senggama atau
berlangsung ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi. Masalah ini umumnya
disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri serta kagagalan dalam membangun
hubungan suami istri.
6. Vaginismus. Peristiwa yang ditandai dengan kejang yang berupa penegangan atau
pengerasan yang sangat menyakitkan pada vagina atau kontraksi yang sangat kuat
sehingga penis terjepit dan tidak bisa keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan
organis dan psikologis (ketakutan).
7. Dispareunia. Keadaan yang ditandai dengan timbulnya kesulitan dalam melakukan
senggama atau perasaan sakit pada saat koitus. Kejadian ini dapat terjadi pada saat
sperma keluar, karena kurangnya cairan vagina, dan lain-lain.
8. Anorgasme. Kondisi kegagalan dalam mencapai klimaks selama bersenggama,
biasanya bersifat psikis, ditandai dengan pengeluaran sperma tanpa mengalami puncak
kepuasan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikis atau adanya faktor organik seperti
ketidakmampuan penetrasi untuk memberi rangsangan atau vagina yang longgar.
9. Kesukaran koitus pertama. Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam melakukan
koitus pertama dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan di antara pasangan,
adanya ketakutan atau rasa cemas dalam berhubungan seks, dan lain-lain.

Siklus respon seksual


Siklus respon seksual terdiri atas beberapa tahap berikut :
1. Tahap suka cita. Merupakan tahap awal dalam respons seksual pada wanita ditandai
dengan banyaknya lendir pada daerah vagina, dinding vagina mengalami ekspansi atau
menebal, meningkatnya sensitifitas klitoris, putting susu menegang, dan ukuran buah
dada meningkat. Pada laki-laki ditandai dengan ketegangan atau ereksi pada penis dan
penebalan atau elevasi pada skrotum.
2. Tahap kestabilan. Pada tahap ini wanita mengalami retraksi di bawah klitoris, adanya
lendir yang banyak dari vagina dalam labia mayora, elevasi dari serviks dan uterus,
serta meningkatnya otot-otot pernafasan. Pada laki-laki ditandai dengan meningkatnya
ukuran gland penis dan tekanan otot pernafasan.
3. Tahap orgasme (puncak). Tahap puncak dalam siklus seksual pada wanita ditandai
adanya kontraksi yang tidak disengaja dari uterus, rectal dan spinchter, uretra, dan
otot-otot lainnya, terjadi hiperventilasi dan meningkatnya denyut nadi. Pada laki-laki
ditandai dengan relaksasi pada spinchter kandung kencing, hiperventilasi, dan
meningkatnya denyut nadi.
4. Tahap resolusi (peredaan). Merupakan tahap terakhir dalam siklus respons seksual,
pada wanita ditandai dengan adanya relaksasi dari dinding vagina secara berangsur-
angsur, perubahan warna dari labia mayora, pernafasan, nadi tekanan darah, otot-otot
kembali berangsur normal. Pada laki-laki ditandai dengan menurunnya denyut
pernafasan dan denyut nadi serta melemasnya penis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah Masokisme seksual

a. Perkembangan manusia berpengaruh terhadap psiko-sosial, emosional, dan biologis


~ Kultur / budaya : berpakaian,tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai
norma. Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya
~ Nilai-nilai Realigi :Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait
seksualitas. Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa nikah
~ Status Kesehatan : Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan
fisik. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk,
terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang
mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara
seksual.

b. Hospitalisasi :
~ Kesepian, tidak lagi memiliki privasi, merasa tidak berguna.
~ Beberapa klien di rumah sakit mungkin dapat berperilaku secara seksual melalui
pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll
~ Klien yang mengalami pembedahan dapat merasa kehilangan harga diri dan perasaan
kehilangan yang mencakup maskulinitas dan femininitas.

Beberapa Masalah Yang Berhubungan Dengan Masokisme Seksualitas


a. Penganiayaan seksual :
~ Mencakup tindak kekerasan pada wanita, pelecehan seksual, perkosaan, pedofilia,
pornografi anak
~ Efek traumatik --- masalah fisik dan psikologis --- disfungsi seksual. Contoh : Ibu yang
yang mengalami penganiayaan selama masa kehamilan cenderung melahirkan anak
dengan berat badan lahir rendah.
~ Anak-anak yang mengalami penganiayaan dapat berisiko terhadap masalah kesehatan,
emosional, kinerja di sekolah dan dapat terjadi peningkatan keagresifan dan menjadi
orang dewasa yang suka melakukan tindak kekerasan.
~ Dukungan perlu diberikan kepada korban dan keluarga. Pelaku penganiayaan harus
dilaporkan kepada yang berwenang.
b. Aborsi :
~ Dilakukan oleh wanita yang telah menikah maupun oleh wanita yang berhubungan seks
sebelum nikah.
~ Kontroversi baik yang pro maupun kontra.
~ Klien mungkin dapat mangalami rasa bersalah dan berduka

c. Penyakit menular seksual (PMS) :


~ Individu terlibat dalam melakukan hubungan seksual
~ PMS ditularkan dari individu yang terinfeksi kepada pasangannya selama kontak seksual
yang intim. Tempat penularannya biasanya genital, tetapi mungkin juga tertular melalui
oral-genital atau anal-genital.
~ Penyakit Gonorrea, Klamidia, Sfilis disebabkan oleh bakteri
~ Penyakit Herpes genital dan HIV/AIDS oleh virus

d. Penyakit/Stress Yang Akan Mempengaruhi Kemampuan Seksual Seseorang


~ Nyeri kronis
~ Diabetes melitus
~ Penyakit kardio vaskular
~ Gangguan mental
~ Penyakit menular seksual
Masalah keperawatan Pada Seksualitas.

Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola seksual dan
perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung arti bahwa suatu kondisis
seorang individu mengalami atau berisiko mengalami perubahan kesehatan seksual,
sedangkan kesehatan sendiri adalah integrasi dari aspek somatic, emosional,
intelektual, dan social dari keberadaan seksual yang dapat meningkatkan rasa cinta,
komunikasi, dan kepribadian. Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang
mengalami atau berisiko mengalami perubahan fungsi seksual yang negative, yang di
pandang sebagai tidak berharga dan tidak memadainya fungsi seksual.

Asuhan Keperawatan Pada Masalah Seksual


A. Pengkajian Keperawatanga
Riwayat seksual
~ Klien yang menerima perawatan kehamilan, PMS, infertility, kontrasepsi.
~ Klien yang mengalami disfungsi seksual / problem (impoten, orgasmic dysfuntion, dll)
~ Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan mempengaruhi fungsi seksual
(peny.jantung, DM, dll)
Pengkajian seksual mencakup :
~ Riwayat Kesehatan seksual
Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien mempunyai
masalah atau kekhawatiran seksual.
Merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan seksual
secara langsung pertanyaan isyarat
Pengkajian fisik
~ Inspeksi dan palpasi
~ Beberapa riwayat kesehatan yang memerlukan pengkajian fisik misalnya riwayat PMS,
infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tdk normal dari genital, perubahan warna
pada genital, ggn fungsi urinaria, dll.
Identifikasi klien yang berisiko
~ Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya :
Adanya gangguan struktur/fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan, setelah melahirkan,
abnormalitas anatomi genital
Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
~ Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar (masektomi) dan
adanya ostomi pada tubuh
~ Gangguan aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan
~ Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi

B.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual, antara lain :

1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan b.d


- Ketakutan tentang kehamilan
- Efek antihipertensi
- Depresi terhadap kematian atau perpisahan dengan pasangan
2. Disfungsi seksual b.d
- Cedera medulla spinalis
- Penyakit kronis
- Nyeri
- Ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
3. Gangguan citra tubuh b.d
- Efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan
- Disfungsi seksual
- Perubahan pasca persalinan
4. Gangguan harga diri b.d
- cedera medulla spinalis
- penyakit kronis
- nyeri
- ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti

Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa keperawatan yang lain misalnya :
a. Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan seksual normal) b.d
salah informasi dan mitos-mitos seksual
b. Nyeri b.d tidak adekuatnya lubrikasi vagina atau efek pembedahan genital
Cemas b.d kehilangan fungsi seksual
C. Perencanaan Keperawatan.
Tujuan yg akan dicapai terhadap masalah seksual yg dialami klien, mencakup :
Mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan seksual
Meningkatkan pengetahuan seksualitas dan kesehatan seksual
Mencegah terjadinya/menyebarnya PMS
Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
Memperbaiki konsep seksual diri
Promosi kesehatan seksual penyuluhan / pendidikan kesehatan.
Perawat : keterampilan komunikasi yg baik, lingkungan&waktu yg mendukung privasi
dan kenyamanan klien.
Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik&faktor yang berhubungan -
pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia todler, kontrasepsi pd klien
usia subur, serta pendidikan tentang PMS pada klien yang memiliki pasangan seks lebih
dari satu.
Rujukan mungkin diperlukan

c. Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai, perawat
seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai Pengungkapan
klien atau pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan
faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata, atau postur yang menandakan
kenyamanan atau kekuatiran.
d. Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan
jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
e. Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua
orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan menyayangi
sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara dua individu tersebut. Pada saat ini
perilaku seksual telah beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika
sebelumnya seks sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru
kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas.

Saran

Perawat sebagai role model maka :


1. Sikap, prasangka terhadap seksual akan dapat dibaca oleh klien, melalui cara perawat
bertindak, berbicara, menghindar, dan pada waktu berbicara.
2. Tingkat pengetahuan perawat tentang seksualitas, menghambat / meningkatkan diskusi.
3. Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi organ reproduksi, respon seksual, ekspresi seksual
dapat membantu pengkajian yang efektif.
4. Perawat harus merasa nyaman dengan dirinya.

Anda mungkin juga menyukai