Anda di halaman 1dari 2

Assalamuallaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Untuk seorang yang dalam hatinya tersimpan kecintaan mengabdi kepada Nusantara.
Untuk seorang yang di pundaknya terpikul amanah, semoga engkau dikuatkan olehNya.
Barangkali aku satu dari sekian pemilihmu di hajatan terbesar versi negeri ini. Aku ucapkan
selamat, bukan karena sebuah kemenangan atas pesaing-pesaingmu. Aku ucapkan terima kasih,
bukan karena berbagai janji dan pidatomu. Melainkan rasa syukur bagi seorang yang rela
mengorbankan diri bagi Bangsa dan Negara. Ucapanku tulus adanya karena pula kesucian niat
mereka yang menjadi pemilihmu. Aku tahu, yang mereka lakukan lebih dari sekedar memenuhi
undangan ketua RT ketika menghadirkan diri di TPS didaerahnya. Akupun yakin mereka tak
sekedar memilih lalu menandai jari dengan tinta kemudian pulang dan melanjutkan rutinitas
seakan apa yang ia lalui kosong tanpa nilai. Katakanlah ada golongan yang menyatakan dirinya
golput, mencibir para calon yang tertera atau sekedar hadir karena imbalan. Tapi aku yakin di
setiap jiwa bangsa ini sesungguhnya memohon sebuah kebaikan bagi Ibu Pertiwi meski
terkadang mereka ragu terwujudnya sebuah harapan.

Tidakkah kau sadari bangsamu ini bangsa besar, bangsa para kesatria sejak dahulu.
Bangsamu ini bangsa bijak sedari leluhur diwariskan budaya sarat makna dan karya. Bangsamu
ini bangsa tangguh, sedari moyangmu dua samudera di sekeliling negeri adalah pemacu mereka
menantang kehidupan. Tapi tidakkah kau sadari bangsamu ini butuh sepertimu yang berjiwa
besar yang menjadi cangkul bagi tanah yang keras untuk tumbuhnya tunas-tunas. Bangsamu ini
butuh kau yang berhati tangguh yang mengubah kayu dan bambu dari sebuah rakit di tepian
sungai menjadi phinisi-phinisi garang di samudera lepas. Kami memilihmu sebagai pemimpin
karena percaya bahwa keteladanan yang sedang hilang dari negeri ini bisa kau hadirkan kembali.
Karena tentulah buah yang manis kelak dari bijinya akan tumbuh menjadi pohon berbuah manis
pula.

Ada kalanya dulu ketika musim hujan masih bertahan, negeri ini terlihat hijau berseri.
Ladangnya rimbun, sawahnya menghijau luas, air sungai mengalir deras dan warga desa
beramai-ramai bekerja bagi kehidupan keluarga. Ada kalanya tiba musim kemarau, pohon jati
meranggas, dedaunan di ladang menguning, sawah menunggu musim tanam berikutnya serta
sungai tersisa lumpur yang mengering. Tapi kini aku mulai merasa kemarau ini terlalu lama hadir
di negeriku. Karena adanya kemarau ini banyak dari temanku di daerah setiap kali pergi sekolah
mereka menempuh jarak cukup jauh namun saat belajar dan turun hujan di luar, di dalam
kelaspun mereka masih tertimpa airnya. Karena kemarau berkepanjangan banyak bantuan modal
dari pemerintah untuk UKM, revitalisasi pasar tradisional, dan perluasan akses listrik dan
jaringan telekomunikasi namun mereka lupa memberi teladan sikap wirausaha yang baik, mereka
lupa membiarkan pasar moderen menjamur dengan produk impor dan lalai penguatan produk
bangsa sendiri dan mereka lupa bahwa kedisiplinan rakyat membayar fasilitas tidak diimbangi
dengan kejujuran pengelolaan pajak, APBN dan industri strategis dalam negeri.

Berharap seorang yang telah kupilih mampu menjalankan amanahnya. Bahwasanya


keadilan, kemakmuran dan kejayaan tidak akan tercapai tanpa sinergi oleh pemimpinnya
bersama jajaran pemerintah dan oleh pemimpin dan rakyatnya untuk bangsa mereka sendiri.
Harmonisasi roda pemerintahan serta kehidupan bangsa dan Negara adalah sebuah keniscayaan
dari tata kelola yang efektif dan efisien serta individu yang sadar akan peranannya. Semoga aku
dan rakyatmu tidak salah pilih, terima kasih.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai