Anda di halaman 1dari 6

ISLAM DAN AL-QUR'AN BKN PRODUK MANUSIA YG LEMAH!!

2. Sekedar meluruskan sikap sebagian org pd islam yg memahami islam sebagai "ide dan produk akal"
sehingga menyikapi wahyu sama dgn sikapnya pd karya manusia.

Ibnul Qayyim yang menyebutkan bahwa pendapat akal yang tercela itu ada beberapa macam:

Pendapat akal yang menyelisihi nash Al Quran atau As Sunnah.


Berbicara masalah agama dengan prasangka dan perkiraan yang dibarengi dengan sikap
menyepelekan mempelajari nash-nash, memahaminya serta mengambil hukum darinya.
Pendapat akal yang berakibat menolak asma (nama-nama) Allah Subhanahu wa taala, sifat-sifat
dan perbuatan-Nya dengan teori atau qiyas (analogi) yang batil yang dibuat oleh para pengikut
filsafat.
Pendapat yang mengakibatkan tumbuhnya bidah dan matinya As Sunnah.
Berbicara dalam hukum-hukum syariat sekedar dengan anggapan baik (dari dirinya) dan
prasangka. (Lihat Ilam Muwaqqiin, 1/104-106, Al-Intishar, hal. 21, 24, Al-Aql wa Manzilatuhu)

3. Islam dan seluruh ajarannya(Aqidah, Syari'ah dan Akhlak) bersumber dari wahyu:

Dia mewahyukan kpd HambaNya (Muhammad) apa yg Dia wahyukan(QS. An-najm:10)

Bahkan ucapan, nasihat dan semua kalimat yg keluar dari mulut Nabi adlh wahyu

Dan Muhamad itu tdk berkata dgn nafsunya, kecuali dgn wahyu yg diwahyukan padanya (QS. An-Najm:
3-4)

4. Oleh karenanya agar manusia dpt memahami dan mengamalkn pesan2 wahyu (Al-Qur'an) ini, maka
Allah mengutus manusia (Rasul) yg dipilihNya sesuai kriteriaNya untuk menyampaikan wahyuNya dan
menjelaskan wahyu itu kpd manusia, agar mrk mengetahui langsng maksud Allah dlm wahyu itu:

(
)

"Kami turunkan kepadamu (Hai Muhammad) Al-Qur'an agar kamu menjelaskan kepada manusia apa yg
telah kami turunkan kepda mereka, agar mrk berfikir" (Qs. An-Nahl: 44
5. Jadi Al-Qur'an (wahyu) ini tdk turun diruang hampa, yg tdk dpt dipahami manusia, melainkan turun
dgn proses, tahapan dan mediator agar dpt dipahami dan menjadi pedoman hidup manusia:

(
)

"Orang2 kafir itu berkata; mengapa Al-Qur'an itu tdk turunk kepadanya sekaligus, demikian agar Kami
kokohkan dlm hatimu maknanya dan Kami bacakan dgn tartil (perlahan) (QS. Al-Furqan:32

6. Oleh karnanya, saat anda ber "islam" anda sedang beragama dgn agama wahyu yg orisinil dari Allah
dan saat anda berinteraksi dgn Al-Qur'an sebenarnya anda sedang bersama dgn kalimat2 Allah yg
terjaga orisinalitas teks dan maknanya, karna diturunkan melalui proses selktif dan hati2 lewt Jibril as yg
suci kpd Muhammad saw yg jujur, fathonah dan tabligh serta dgn media bhs Arab yg tdk pernah
berubah sejak awalnya sampai kini, beda dgn injil yg telah berubah bhsa puluhan kali sampai saat ini.

7. Karnanya wahyu ini tdk butuh Heurmeneutika dlm menafsirnya krn tafsirnya lewat riwayat dan sanad
yg berantai dari Allah, kpd Muhammad saw, kpd Sahabat, tabiin, tabi' tabiin sampai pada ulama kita
zaman ini.

Jadi jgn pernah berkata hanya Allah yg tau tafsirnya atau hanya generasi tertentu yg tau makna
sejatinya, krn Wahyu ini untuk semua manusia bkn untuk Allah dan Muhammad saw sj:

Al-Qur'an ini adlh petunjuk bagi semua manusia dan penjelas petunjuk itu serta pembeda antara yg dan
yg bathil"(QS. Al- Baqarah: 158

Bila Al-Qur'an(wahyu) ini adlh 1000% orisinil dari Allah dan pemahaman isinya (tafsirnya) tlh diwariskan
dgn selektif dari generasi kegenerasi, maka akal sehat kita pasti meyakini bhwa Islam adlh agama
dahsyat dgn kebenaran mutlak, bukan produk manusia dan karya makhluk yg rentan salah, lemah,
kurang dan naif.

"Kebenaran mutlak dan absolut itu hanya dari Tuhanmu, maka jgn kamu jd org2 yg ragu" (QS. Al-
Baqarah: 147)

8. Ulama pewaris para nabi

ciri khas: (1). kedalaman ilmu (2). ketinggian moral (3) pemimpin panutan (keikhlasan, kesederhanaan,
dan dedikasinya dalam menuntun umat)
Fungsi: (1). tabligh (menyampaikan pesan-pesan agama) yang menyentuh hati dan merangsang
pengamalan;

(2). tibyan (menjelsakan masalah-masalah agama berdasarkan kitab suci) secara transparan;

(3). tahkim (menjadikan Alquran sebagai sumber utama dalam memutuskan perkara) dengan bijaksana
dan adil; dan

(4). Uswah hasanah (menjadi teladan yang baik) dalam pengamalan agama.

(1). memiliki kemampuan yang luas tentang ilmu-ilmu Islam,

(2). menguasai dalil-dalil hukum,

(3). memahami ilmu-ilmu bahasa Arab, jeli dan peka terhadap kehidupan masyarakat,

(4). memiliki kemampuan dalam memahami masalah fiqhiyah dan istimbath.

Al-Qardhawi mengutif sebuah kaidah berhubungan dengan pentingnya penguasaan pada perbedaan
pendapat di antara para fuqaha dalam berfatwa, Barang siapa yang belum mengenal perbedaan
pendapat para ahli fikih, ia belum bisa mencium bau fikih. Jadi, pengetahuan tentang ikhtilaf
(perbedaan) di antara ahli fikih, bagi seorang ulama mufti adalah mutlak adanya. Oleh karena itu,
menjadi ulama bukanlah perkara mudah, tapi tidak pula merupakan hal yang sulit sehingga orang kian
tidak tertarik menjadi ulama. Sebab itu, dalam Islam, kedudukan ulama sangat mulia dikarenakan cara
menggapainya yang memerlukan waktu panjang dan perjuangan yang juga tidak mudah, (Al-Bankani,
2004).

10. Sholat Boleh Menghadap Kemana Saja

Orang yang melaksanakan sholat dan menghadap bukan ke kiblat, akan tetapi menghadap kearah selain
kiblat, sholatnya tetap sah jika diukur dari slogan Kembali kepada Al-Quran dan Sunnah itu. Toh
memang di Al-Quran disebutkan begitu,


Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui (Al-Baqarah 115)

Orang Non-Muslim Najis, Maka Jauhi


Kalau dengan slogan itu juga, maka menjadi benar jika ada seorang muslim yang tidak mau bergaul dan
berbaur dengan saudara-saudaranya yang non-muslim, karena memang orang non-muslim itu najis.
Sebagaimana firman Allah swt:


Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, Maka janganlah
mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini (At-Taubah 28)
Padahal sama sekali tidak ada satu pun pendapat dari 4 madzhab Fiqih yang mengatakan bahwa orang
non-muslim itu najis. Semua bersepakat bahawa najis yang dimaksud diayat ialah najis secara makna
bukan secara zahir.
Pojokkan Mereka Ke Jalan Yang Sempit

Saya akan lebih takut jikalau ada seorang yang dengan semangat Kembali ke Al-Quran dan Sunnah,
kemudian tanpa guru ia membuka kitab hadits, lalu menemukan hadits ini:


janganlah kalian memulai memberi salam kepada orang yahudi dan Nashrani. Dan jika kalian
bertemu mereka di jalan, pojokkan mereka ke jalan yang sempit (jangan beri jalan) (HR Muslim)

Rasulullah SAW bersabda,


Sebaik-baik manusia
adalah pada kurunku (Sahabat), kemudian yang sesudahnya (Tabiin), kemudian yang
sesudahnya (Tabiut Tabiin).[HR. Al-Bukhari no. 2652 dan Muslim no. 2533 ]

Biar kata misalnya menurut Sahih Bukhari misalnya sholat Nabi begini2 dan beda dgn sholat
Imam Mazhab, namun para Imam Mazhab seperti Imam Malik melihat langsung cara sholat
puluhan ribu anak2 sahabat Nabi di Madinah. Anak2 sahabat ini belajar langsung ke Sahabat
Nabi yang jadi bapak mereka. Jadi lebih kuat ketimbang 2-3 hadits yang diriwayatkan Imam
Bukhari 100 tahun kemudian.

Imam Bukhari dan Imam Muslim pun meski termasuk pakar hadits paling top, tetap bermazhab.
Mereka mengikuti mazhab Imam Syafiie. Ini adalah Imam Hadits yang mengikuti Mazhab
Syafiie: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasai, Imam Baihaqi, Imam Turmudzi, Imam
Ibnu Majah, Imam Tabari, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam Abu Daud, Imam Nawawi,
Imam as-Suyuti, Imam Ibnu Katsir, Imam adz-Dzahabi, Imam al-Hakim.

Padahal Imam Mazhab tsb menguasai banyak hadits. Imam Malik merupakan penyusun Kitab
Hadits Al Muwaththo. Dengan jarak hanya 3 level perawi hadits ke Nabi, jelas jauh lebih murni
ketimbang Sahih Bukhari yang jaraknya ke Nabi bisa 6-7 level. Begitu pula Imam Ahmad yang
menguasai 750.000 hadits lebih dikenal sebagai Ahli Hadits ketimbang Imam Mazhab.

Pertama, karena mereka lahir jauh sebelum Bukhari (194-265 H) dan Muslim (204-261 H)
dilahirkan. Sementara Imam Malik wafat sebelum Imam Bukhari lahir. Begitu pula saat Imam
Syafiie wafat, Imam Bukhari baru berumur 8 tahun sementara Imam Muslim baru lahir. Tidak
mungkin kan para Imam Mazhab tsb berpegang pada Kitab Hadits yang belum ada pada
zamannya?

Kedua, menurut Ustad Ahmad, karena keempat imam mazhab itu merupakan pakar hadits paling
top di zamannya. Tidak ada ahli hadits yang lebih baik dari mereka.

Ketiga, karena keempat imam mazhab itu hidup di zaman yang lebih dekat ke Rasulullah SAW
dibanding Imam Bukhari dan Imam Muslim, maka hadits mereka lebih kuat dan lebih terjamin
keasliannya ketimbang di masa-masa berikutnya.
Dalam teknologi, makin ke depan makin maju. Komputer, laptop, HP, dsb makin lama makin
canggih. Tapi kalau hadits Nabi, justru makin dekat ke Nabi makin murni. Jika menjauh dari
zamannya, justru makin tidak murni, begitu tulis Ustad Ahmad Sarwat.

Keempat, justru Imam Bukhari dan Muslim malah bermazhab Syafiie. Karena hadits yang
mereka kuasai jumlahnya tidak memadai untuk menjadi Imam Mazhab. Imam Ahmad berkata
untuk jadi mujtahid, selain hafal Al Quran juga harus menguasai minimal 500.000 hadits. Nah
hadits Sahih yang dibukukan Imam Bukhari cuma 7000-an. Sementara Imam Muslim cuma
9000-an. Tidak cukup.

Kalaulah benar pernah ada mazhab ahli hadits yang berfungsi sebagai metodologi istimbath
hukum, lalu mana ushul fiqihnya? Mana kaidah-kaidah yang digunakan dalam mengistimbath
hukum? Apakah cuma sekedar menggunakan sistem gugur, bila ada dua hadits, yang satu kalah
shahih dengan yang lain, maka yang kalah dibuang?

Lalu bagimana kalau ada hadits sama-sama dishahihkan oleh Bukhari dan Muslim, tetapi isinya
bertentangan dan bertabrakan tidak bisa dipertemukan?

Imam Syafiie membahas masalah kalau ada beberapa hadits sama-sama shahihnya tetapi
matannya saling bertentangan, apa yang harus kita lakukan? Beliau menulis kaidah itu dalam
kitabnya : Ikhtilaful Hadits yang fenomenal.

Cuma baru tahu suatu hadits itu shahih, pekerjaan melakukan istimbath hukum belum selesai.
Meneliti keshahihan hadits baru langkah pertama dari 23 langkah dalam proses istimbath hukum,
yang hanya bisa dilakukan oleh para mujtahid.

Orang-orang awam dengan seenaknya menyelewengkan ungkapan para imam mazhab itu dari
maksud aslinya : Bila suatu hadits itu shahih, maka itulah mazhabku. Kesannya, para imam
mazhab itu tidak paham dengan hadits shahih, lalu menggantungkan mazhabnya kepada orang-
orang yang hidup dua tiga abad sesudahnya.

Menurut Ustad Ahmad Sarwat Lc, MA, Hadits di zaman Imam Bukhari yang hidup di abad 3
Hijriyah saja sudah cukup panjang jalurnya. Bisa 6-7 level perawi hingga ke Nabi. Sementara
jalur hadits Imam Malik cuma 3 level perawi. Secara logika sederhana, yang 3 level itu jelas
lebih murni ketimbang yang 6 level.

Jika Imam Bukhari hidup zaman sekarang di abad 15 Hijriyah, haditsnya bisa melewati 40-50
level perawi. Sudah tidak murni lagi. Beda 3 level saja bisa kurang murni. Apalagi yang beda 50
level.

Jadi Imam Bukhari dan Imam Muslim bukan satu2nya penentu hadits Sahih. Sebelum mereka
pun ada jutaan ahli hadits yang bisa jadi lebih baik seperti Imam Malik dan Imam Ahmad karena
jarak mereka ke Nabi lebih dekat.
TOR Seminar (Ust Shalahuddin)

Mahasiswa menjadi tahu dan paham bahwa :

1. Allah itu memfirmankan, bukan menafsirkan

2. Allah mengutus Rasullullah untuk menafsirkan apa yang Allah firmankan (Al-Quran) (QS 2:129)

Pertanyaan : Apakah kita pernah bertemu Rasul? Tentu belum, lalu?

TOR lanjutan nya,

Mahasiswa menjadi tahu dan paham bahwa :

3. Kita dapat mempelajari apa yang ditafsirkan Rasul melalui jalur ulama (HR.Ibnu Majah No:233), di
Indonesia bisa melalui MUI

4. Untuk dapat masuk ke dalam golongan ulama (dalam hal ini ahli tafsir), ada beberapa persyaratan
tertentu yang menjadikan ulama menjadi golongan yg kredible. Sehingga penting bagi kita menjadikan
ulama sebagai rujukan dalam belajar tafsir Al-Quran.

5. Dilarang bagi kita (ilmu nya rendah) untuk meremehkan/meragukan ulama (ilmu nya tinggi/banyak)

Anda mungkin juga menyukai