Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Peralatan dan Bahan dalam Pembuatan Pondasi KSLL..............................................3
2.2 Metode Pelaksanaan Pembuatan Pondasi KSLL.........................................................4
Gambar 2.1 Konstruksi Sarang Laba-laba..........................................................................5
Gambar 2.2 Pekerjaan Galian Tanah...................................................................................6
Gambar 2.4 Pengecoran Rib...............................................................................................7
Gambar 2.5 Pekerjaan Urugan Pasir dan Pemadatan.........................................................8
Gambar 2.6 Pekerjaan Plat Lantai untuk Plat Penutup.......................................................9
Gambar 2.7 Pekerjaan Pembesian Plat...............................................................................9
2.3 Efektivitas dan Keuntungan Pondasi KSLL di Wilayah Rawan Gempa...................10
BAB III.....................................................................................................................................12
KESIMPULAN........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus diperhatikan beberapa
aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek keamanan. Semua struktur
bangunan yang ada di atas tanah didukung oleh sistem pondasi pada permukaan tanah.
Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang
dan terletak dibagian bawah. Pemilihan sistem pondasi yang digunakan pada dasarnya
merupakan studi alternatif ekonomis. Hal-hal yang ikut dipertimbangkan tidak hanya material
dan tenaga kerja, tetapi juga faktor-faktor lain seperti pengendalian air dan tanah,

1
pengendalian kerusakan pada bangunan didekatnya dan waktu yang digunakan untuk
membangun.
Yang terpenting dari semua aspek diatas adalah aspek keamanan, dimana gedung
diharapkan terjamin keutuhan strukturnya selama umur rencana termasuk didalamnya
penentuan jenis pondasi yang digunakan. Suatu sistem pondasi harus dapat menjamin dan
harus mampu mendukung beban bangunan di atasnya, termasuk gaya-gaya luar seperi gaya
angin, gempa dan lain-lain. Jika terjadi kegagalan konstruksi pada pondasi, misalnya dapat
terjadi hal-hal seperti kerusakan pada dinding (retak dan miring), lantai (pecah, retak dan
bergelombang), penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain. Untuk itu pondasi haruslah
kuat, stabil dan aman agar tidak mengalami kegagalan konstruksi, karena akan sulit untuk
memperbaiki suatu sistem pondasi. Jika bangunan akan dibangun di daerah dengan daya
dukung tanah relatif rendah atau tinggi bangunan yang tanggung (tidak tinggi ataupun rendah
atau) diharapkan kombinasi Pondasi Sarang Laba-Laba mampu menjadi salah satu solusi
yang tepat. Karena, jika menggunakan pondasi dalam, misalnya dengan tiang pancang, maka
harga bangunan akan naik hingga 30%, sedangkan jika digunakan pondasi dangkal harus
mempertimbangkan resiko penurunan bangunan secara tidak merata (irregular differential
settlement) ditambah dengan total settlement.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah umum dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan pondasi Konstruksi Sarang
Laba-Laba/KSLL?
2. Bagaimana metode pelaksanaan pembuatan pondasi KSLL?
3. Bagaimana efektivitas atau keuntungan pondasi KSLL di wilayah rawan gempa?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peralatan dan Bahan dalam Pembuatan Pondasi KSLL


Pembuatan Pondasi KSLL dilakukan dalam beberapa tahap. Tentu dalam pengerjaannya
memerlukan alat dan bahan yang berbeda pula.
Tahap-tahap dalam pengerjaan pondasi KSLL adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan Galian Tanah
Alat yang digunakan dalam penggalian tanah adalah cangkul (tenaga manusia) atau mesin
pengeruk (tenaga mesin).

2. Pekerjaan Lantai Kerja untuk Rib dan Beton Dekking


Bahan dalam pembuatan rib dan betton dekking menggunakan campuran 1:5. Yaitu
dengan perbandingan 1 Semen : 5 Pasir.

3. Pekerjaan acuan untuk rib

2
Alat yang digunakan adalah kawat dan palu. Sedangkan bahan untuk acuan yang
digunakan berupa balok kayu 4/6, multipleks, serta bahan lain seperti paku, juga kayu
bundar sebagai penopang acuan.

4. Pekerjaan pembesian untuk rib


Alat yang digunakan dalah kawat bendrat. Kemudian bahan yang dibutuhkan adalah
beton untuk beugel rib dan tulangan pokok rib, selimut beton 3 cm.

5. Pekerjaan pengecoran untuk rib


Pengecoran dilakukan secara manual, dengan alat mini mixer (molen), gerobak artco,
skopang, mesin vibrator. Mini mixer (molen) dipakai untuk mengaduk campuran semen,
pasir, koral dan air. Gerobak artco dipakai untuk menjadi wadah dari hasil pengadukan dan
untuk membawa hasil pengadukan ke tempat pengecoran. Skopang dipakai untuk
meratakan beton yang telah dituang. Mesin vibrator dipakai untuk memadatkan adonan
beton dalam pengecoran. Bahan-bahan yang digunakan untuk adukan beton adalah semen,
pasir dan koral, dan air. Semen yang digunakan adalah jenis dan merk yang bermutu baik
yaitu Tipe 1, karena semen tipe 1 merupakan jenis semen yang cocok untuk berbagai
macam aplikasi beton dimana syarat-syarat khusus tidak diperlukan. Pasir beton yang
digunakan dengan butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik, lumpur dan
lain sebagainya. Koral yang digunakan juga bersih dan bermutu. Koral untuk pengecoran
rib digunakan koral/steenslag ukuran , sedangakan untuk pengecoran plat bisa digunakan
koral/steenslag 2/5. Serta air yang digunakan adalah air tawar yang bersih.

6. Pekerjaan urugan dan pemadatan pada tanah dan pasir


Alat yang digunakan adalah Tamping Rammer. Sedangkan bahannya adalah tanah
bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar pekerjaan urugan pasir dan
pemadatan.

7. Pekerjaan pembesian untuk pelat penutup


Alat yang digunakan adalah alat berat dan bahan yang digunakan adalah besi tulangan
yang berdiameter 10 m dengan mutu BJTP 30, tulangan yang berbentuk jaring laba-
laba dan tulangan stek.

8. Pekerjaan lantai kerja untuk plat penutup


Alat yang digunakan adalah molen dan mesin pengecor. Bahan yang digunakan adalah
membuat adukan lantai kerja dengan campuran 1 PC 5 PS setebal 3cm.

9. Pekerjaan pengecoran beton pelat penutup


Alat yang digunakan adalah truk mixer yang berkapasitas 5 m dan truk pompa.
Spesifikasi bahan dan aturan yang digunakan pada pekerjaan sama seperti pada
pengecoran rib.

3
2.2 Metode Pelaksanaan Pembuatan Pondasi KSLL
Pondasi KSLL yang ditemukan pada tahun 1975 oleh Ir.Ryantori dan Ir.Sutjipto telah
memiliki hak paten dari tahun 2004 yang kemudian dipegang oleh PT KATAMA
SURYABUMI sebagai pemegang paten dan pelaksana khusus pondasi KSLL. Oleh karena
itu, untuk memanfaatkan teknologi ini diperlukan kerja sama dengan pemegang hak paten.
Haryono dan Maulana (2007:25) menyimpulkan sesuai dengan definisinya, maka Konstruksi
Sarang Laba-Laba terdiri dari 2 bagian konstruksi, yaitu :

1. Konstruksi beton
Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang dibawahnya dikakukan
oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi. Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib tersebut
ada 3 macam yaitu rib konstruksi, rib settlement dan rib pengaku (Hilhami, 2011:17). Rib
konstruksi yaitu rib yang berfungsi sebagai penyebar beban dari suatu bangunan.
Kemudian rib settlement yaitu rib yang berfungsi sebagai tumpuan utama beban
bangunan. Sedangakan rib pengaku yaitu rib yang berfungsi sebagai pembagi dan
pengikat atau pengaku terhadap rib-rib yang lain. Bentuknya bisa digambarkan sebagai
kotak raksasa yang terbalik (menghadap kebawah). Penempatan / susunan rib-rib tersebut
sedemikian rupa, sehingga denah atas membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan
yang kaku (rigid).

Gambar 2.1 Konstruksi Sarang Laba-laba

Keterangan :
1a - pelat beton pipih menerus
1b - rib konstruksi
1c - rib settlement

4
1d - rib pembagi
2a - urugan pasir dipadatkan
2b - urugan tanah dipadatkan
2c - lapisan tanah asli yang ikut terpadatkan

2. Perbaikan tanah / pasir


Rongga yang ada diantara rib-rib / di bawah pelat diisi dengan lapisan tanah / pasir yang
memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna. Untuk memperoleh hasil yang
optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih
dari 20 cm, sedangkan pada umumnya 2 atau 3 lapis teratas harus melampaui batas 90%
atau 95% kepadatan maksimum (Standart Proctor) (Wesley, 2010:512). Adanya
perbaikan tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut dapat membentuk lapisan tanah
seperti lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil dimensi pelat serta rib-ribnya.
Sedangkan rib-rib serta pelat KSLL merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang
sudah dipadatkan dengan baik.

Metode pelaksanaan KSLL adalah sebagai berikut (Hilhami, 2007):


1. Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah untuk lubang pondasi setelah papan bowplank dengan penandaan
sumbu dan ketinggian setelah dikerjakan. Galian tanah tahap I : seluruh luasan untuk pondasi
KSSL digali sampai kedalaman dan lebar tertentu. Galian tanah tahap II : dikerjakan setelah
galian tanah tahap I untuk pekerjaan rib settlement (rib anti penurunan), sepanjang jalur rib
settlement digali dengan lebar tertentu dari tepi ke tepi dan dari kedalaman tertentu sehingga
menjamin keleluasaan pemasangan pembesian, acuan dan keamanan pekerjaan. Kemudian
dilakukan juga penggalian tanah pada posisi kolom. Sagel, Kole dan Kusuma (1997:20)
menyimpulkan bahwa untuk penggalian perlu dibuat rencana. Sudut kemiringan dari suatu
lereng (kelandaian) merupakan bagian penting dari penggalian skala besar, terutama
ditentukan oleh kelandaian alami dari jenis-jenis tanah kering.

Gambar 2.2 Pekerjaan Galian Tanah

5
2. Pekerjaan Lantai Kerja untuk Rib dan Beton Dekking
Dibawah rib konstruksi maupun rib settlement dibuatkan lantai kerja, dengan tujuan
untuk mencapai efisiensi yang tinggi, yang memiliki fungsi ganda yaitu sebagai lantai
kerja dan sebagai penahan acuan rib. Lantai kerja dibuat dengan ketebalan tertentu
dengan campuran 15. Beton dekking dibuat diatas lantai kerja sebagai pembatas antara rib
dengan lantai kerja.

3. Pekerjaan Acuan untuk Rib


Bahan untuk acuan yang digunakan berupa balok kayu 4/6, multipleks, serta bahan lain
seperti paku, juga kayu bundar sebagai penopang acuan. Konstruksi acuan dibuat setinggi
190 cm untuk rib settlement dan 130 cm untuk rib konstruksi. Acuan dipasang sesuai
ketebalan rib dan ditopang serta diikat kuat sehingga baik ukuran, bentuk maupun posisi
rib-rib tidak berubah selama pengecoran berlangsung. Acuan dibersihkan dari segala
kotoran dan siap untuk dilakukan pengecoran rib. Acuan bisa dibuka 36 jam setelah
pengecoran beton.

Gambar 2.3 Pekerjaan Acuan Rib

4. Pekerjaan Pembesian untuk Rib


Memilih mutu besi beton untuk beugel rib dan tulangan pokok rib. Beberapa besi
dirakit diluar acuan kemudian dipasang dalam acuan yang telah disiapkan, selanjutnya
dipasang beugel rib. Besi beton diikat kuat dengan kawat bendrat, sehingga besi tersebut
tidak berubah tempat selama pengecoran dan diberi jarak dari papan acuan atau lantai
kerja dengan pemasangan selimut beton 3 cm. Dalam pemasangan besi terjadi
pertemuan- pertemuan dengan prinsip dan sistem hubungan pembesian pada pertemuan
tersebut antara rib dengan rib (baik rib konstruksi, rib sattlement maupun rib pembagi),
rib dengan kolom, dan rib dengan plat penutup.

5. Pekerjaan Pengecoran untuk Rib


Membuat adukan beton, dengan bahan semen, pasir dan koral, serta air dengan mini
mixer (molen), selanjutnya adukan beton ditampung dalam gerobak artco. Setelah itu
dituang dalam tempat yang akan di cor dan diratakan dengan skopang. Kemudian mesin
vibrator dihidupkan dan selangnya diarahkan pada beton. Lalu kepala mesin ini

6
dimasukkan ke dalam adonan dan digetarkan di sekitar area tersebut selama kurang lebih
sepuluh detik. Arena pergetaran antara 30-40 meter persegi. Jadi penggunaan alat ini
dipindah-pindahkan sesuai luasan yang dibutuhkan. Pada saat memindahkan, mesin
dimatikan terlebih dahulu. Selama dalam masa pengeringan selalu dibasahi selama
minimal 1 minggu.

Gambar 2.4 Pengecoran Rib

6. Pekerjaan Urugan dan Pemadatan


Untuk pengurugan kembali lubang galian pondasi, digunakan tanah bekas galian atau
tanah yang didatangkan dari luar. Urugan tanah dipadatkan lapis demi lapis dengan
Tamping Rammer dengan ketebalan tertentu. Pemadatan dilakukan setelah beton rib
berumur 3 hari. Pemadatan dilaksanakan sampai tanah tidak tampak turun lagi pada saat
pemadatan. Pemadatan juga dilakukan di sekeliling tepi luar pondasi selebar minimum
1,5 m, juga dilaksanakan lapis demi lapis.

7. Pekerjaan Urugan Pasir dan Pemadatan


Setelah pekerjaan urugan tanah dan pemadatan selesai, selanjutnya dilakukan
pengurugan pasir tepat diatas tanah yang telah dipadatkan. Pemadatan dilakukan dengan
Tamping Rammer lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu. Untuk urugan lapis I,
dituntut kepadatan minimal 90% dari kepadatan optimal. Untuk urugan lapis II, dituntut
kepadatan minimal 95% dari kepadatan optimal (Standar Proctor). Pada saat melakukan
pengurugan tanah atau pasir, mengingat beton yang masih muda, maka dijaga agar tinggi
urugan antara petak yang bersebelahan tidak lebih dari ketebalan tiap lapis tadi.

7
Gambar 2.5 Pekerjaan Urugan Pasir dan Pemadatan

8. Pekerjaan Lantai Kerja untuk Plat Penutup


Setelah kepadatan pengurugan pasir dites dan melampaui batas persyaratan yang
ditentukan, maka sebelum pekerjaan pembesian plat penutup dilaksanakan, seluruh luasan
diberi lapisan lantai kerja dengan campuran 1 PC 5 PS setebal 3cm.

Gambar 2.6 Pekerjaan Plat Lantai untuk Plat Penutup

9. Pekerjaan Pembesian untuk pelat Penutup


Besi tulangan yang digunakan berdiameter 10 m dengan mutu BJTP 30.
Pemasangan besi langsung dilakukan diatas lantai kerja, tepat pada tempat akan ditulangi.
Untuk penulangan pelat sekitar kolom, terlebih dahulu dipasang tulangan yang berbentuk
jaring laba-laba. Sedangkan untuk penulangan pelat tepat sepanjang jalur rib, terlebih
dahulu dipasang tulangan stek yang menghubungkan dan mengikat erat antara rib dengan
pelat yang dipasang zig-zag.

Gambar 2.7 Pekerjaan Pembesian Plat

10. Pekerjaan Pengecoran Beton Pelat Penutup

8
Pengecoran beton pelat penutup dilakukan dengan Truck Mixer yang berkapasitas 5
m dan truk pompa untuk mempermudah dan mempercepat proses pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara bertahap, mengingat pekerjaan rib dan perbaikan tanah pada
bagian lain belum selesai.. Pengecoran dilakukan berdasarkan ketebalan pelat lantai yang
disyaratkan adalah 11 cm.

9
2.3 Efektivitas dan Keuntungan Pondasi KSLL di Wilayah Rawan Gempa
Pembuatan pondasi KSLL di wilayah rawan gempa sangat dirasakan efektivitasnya, baik
dari segi ketahanan terhadap gempa maupun dari segi ekonomisnya. Selain itu KSLL juga
memiliki berbagai fungsi lain selain sebagai pondasi.

1. Segi Ketahanan Terhadap Gempa


Pondasi KSLL akan menjadi pondasi yang sangat kaku dan kokoh serta aman terhadap
penurunan dan gempa, juga mampu menjawab dilema yang timbul pada pondasi untuk
gedung yang bertingkat tanggung antara 2-8 lantai yang didirikan diatas tanah dengan
daya dukung rendah 0,2 kg/cm sampai dengan 0,5 kg/cm, sehingga KSLL bukan hanya
pondasi tapi sistem konstruksi bangunan bawah yang kokoh. KSLL merupakan suatu
konstruksi yang monolit dan kaku sehingga menjadikan KSLL tahan terhadap gempa.
Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi, karena adanya ketahanan terhadap
diferensial settlement dan pengecilan terhadap total settlement. Ketahanan terhadap
diferensial settlement menjadi lebih tinggi karena bekerjanya tegangan akibat beban
sudah merata pada lapisan tanah pendukung dan penyusunan rib settlement sedemikian
rupa (rib-rib diagonal, disamping rib-rib arah melintang dan membujur), sehingga
membagi luasan KSLL menjadi petak-petak yang tidak lebih dari 200 m, dan menjadikan
KSLL memiliki ketahanan yang tinggi terhadap diferensial sattlement. Total settlement
juga menjadi lebih kecil, karena meningkatkan kepadatan tanah pada lapisan tanah
pendukung dibawah KSLL akibat pemadatan yang efektif pada lapisan tanah perbaikan
didalam KSLL dan bekerjanya tegangan geser pada rib keliling terluar dari KSLL.
Perbaikan tanah KSLL memiliki kestabilan yang bersifat permanen karena adanya
perlindungan dari rib KSLL.
2. Keuntungan dari Segi Ekonomis
Bebagai kelebihan dan kemampuan yang telah disebutkan diatas, membuat sistem ini
mampu menekan biaya pada jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan bangunan
dengan sistem pondasi lain. Untuk beban titik atau kolom yang cukup besar selalu
dihasilkan konstruksi beton untuk rib dan plat KSLL, dengan dimensi pembesian
minimum pada umumnya, hanya diperlukan volume beton rata-rata 0.20-0.45 m, dan
untuk pembesian rib dan plat cukup dengan pembesian minimum 100-150 kg/m. Untuk
konstruksi bangunan bertingkat, maka pembiayaan konstruksi perancah (scaffolding)
untuk plat dan balok lantai 2 akan berkurang sehingga menjadi sama dengan perancah
dan acuan untuk lantai 3 dan seterusnya. Pada umumnya diperoleh penghematan sebesar :
a. 30% untuk bangunan 3-8 lantai.
b. 20% untuk bangunan 2 lantai.
c. 30% untuk bangunan gedung kelas satu.
Sumber : Konstruksi Sarang Laba-Laba, Ir. Sutjipto

KSLL memiliki berbagai fungsi lain selain sebagai pondasi, yaitu:


a. Sebagai pondasi kolom, dinding dan tangga.
b. Sebagai sloof/balok pengaku.
c. Sebagai Konstruksi pelat lantai dasar.
d. Urugan/perbaikan tanah dengan pemadatan tanah.
e. Dinding penahan urugan dibawah lantai.

10
f. Konstruksi pengaman terhadap kestabilan (kepadatan) perbaikan tanah yang ada
dibawah lantai.
g. Pasangan dan plesteran tembok dibawah lantai dasar.
h. Kolom dibawah peil lantai dasar.
i. Septictank dan resapan.
j. Bak reservoir bila diperlukan.
k. Pelebaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diukur sedemikian rupa, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai trotoar atau tempat parkir.

11
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Persyaratan umum yang harus sebuah pondasi antara lain : Pondasi harus mempunyai
bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa sehingga tanah dasar mampu memikul gaya-
gaya yang bekerja dan Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat
gaya yang bekerja.
2. Klasifikasi pondasi dibagi menjadi tiga macam yaitu pondasi dalam (deep foundation)
dan pondasi dangkal (Shallow Foundation).
3. KSLL memiliki kekakuan (rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan sistem pondasi
dangkal lainnya
4. Pembuatan pondasi sarang laba-laba (KSLL) di wilayah rawan gempa merupakan salah
satu solusi untuk mengatasi kerusakan bangunan akibat gempabumi. Dengan segala
perencanaan biaya dan proyek pembangunan, solusi ini sangat membantu mengatasi
masalah kerusakan bangunan di wilayah rawan gempa, seperti Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia. 2007. Booming Konstruksi
Indonesia. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Bowless, Joseph E., Analisa dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1992

Haryono, R. S. C. & Maulana T. R. 2007. Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-
Laba pada Gedung BNI46 Wilayah 05 Semarang. Tugas akhir tidak diterbitkan.
Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Heldi. 2011. Dampak Bencana Gempa Terhadap Lingkungan Binaan Bangunan Kuno Warisan
Budaya di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, (Online), (http//dampak-bencana-
gempa-terhadap.html), diakses 1 April 2014.

Hilhami, S. 2011. Metode Pelaksanaan dan Perbandingan Daya Dukung Pondasi Konstruksi
Sarang Laba-Laba (KSSL) dengan Pondasi Telapak pada Pembangunan Gedung D-III
Class Politeknik Unhalu. Tugas akhir tidak diterbitkan. Padang : Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang.

Ryantori, Ir. & Sutjipto, Ir. 1984. Konstruksi Sarang Laba-Laba. Surabaya: PT. Dasaguna.

Sagel, I. R., Kole, I. P. & Kusuma, G. H. Ir. 1997. Pedoman Pengerjaan Beton. Jakarta:
Airlangga.

Wesley, L. D. 2010.Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan & Residu. Terjemahan Dr. Ir.
Satyawan Pranyoto. 2012. Yogyakarta: Andi.

Kusuma, Gideon H., Ir., M.Eng., dan Andriono, Takim, Dr., Ir., Desain Struktur Rangka
Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa Edisi Kedua Seri Beton 3, Erlangga,
Jakarta, 199

13

Anda mungkin juga menyukai