Chapter II Jambu Kristal PDF
Chapter II Jambu Kristal PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur maupun
liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Pohon ini banyak
ditanam sebagai pohon buah-buahan. Namun, sering tumbuh liar dan dapat
ditemukan pada ketinggian 1-1.200 m dpl. Jambu biji berbunga sepanjang tahun
(Hapsoh, 2011).
Jambu biji perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10 m, percabangan banyak. Batangnya
berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna cokelat kehijauan. Daun
tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda berambut halus,
permukaan atas daun tua licin. Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong,
Ekstrak etanol daun jambu biji juga telah dilakukan penelitian terhadap uji
aktivitas anti oksidannya (Soebagio,et al. 2007) dan uji aktivitasnya sebagai anti
bakteri penyebab diare (Adyana, et al. 2004).
1. Pendekatan etnobotani
Pengetahuan tentang penggunaan tumbuhan tertentu oleh penduduk asli
dimanfaatkan untuk mengarahakan pencarian induk obat baru, biasanya dilakukan
oleh ahli botani dan kemudian menguji aktifitas biologisnya.
2. Pendekatan kemotaksonomik
Pengetahuan bahwa suatu kelompok tumbuhan khusus mengandung golongan
bahan alam tertentu yang dimanfaatkan untuk memperkirakan bahwa tumbuhan
sejenis secara taksonomi mungkin mengandung senyawa yang secara struktural
mirip. Pendekatan ini sangat bermanfaat jika aktifitas kimia dan biologi senyawa
diketahui dengan baik serta senyawa berstruktur kimia yang sama perlu diuji
biologis lebih lanjut.
4. Pendekatan berbasis-informasi
Memanfaatkan kombinasi pendekatan etnobotani, kemotaksonomi dan acak
bersama dengan mengumpulkan data yang memiliki semua informasi yang
relevan mengenai spesies tumbuhan tertentu . kumpulan data ini digunakan untuk
memprioritaskan tanaman yang harus diekstrasi dan diskrining untuk mencari
bioaktivitasnya.
Sejumlah kelompok senyawa bahan alam dapat dibuat dari asam amino
fenillalanin, terutama fenilpropana, lignan, kumarin, dan flavonoida, semuanya
memiliki substruktur umum yang berbasis cincin 6-karbon aromatik (unit C6)
dengan rantai 3-karbon (unit 3) yang melekat pada cincin aromatik (Heinrich M,
2005).
R= gugus gula
H OH
RO H
Kardenolida Bufadienolida
HO
OH
Morfin R=H O Me
Kodein R=Me
11-Benzilisokuinolin
Senyawa kimia bermolekul besar merupakan bagian utama dalam organ tanaman
kering. Senyawa bermolekul besar ini berfungsi sebagai pembentuk struktur
tanaman (selulosa, kitin, lignin), sebagai cadangan makanan (amilum, protein,
lipoprotein) atau untuk memenuhi fungsi metabolisme penting lainnya (protein
dan enzim). Senyawa kimia dari tanaman yang bebeda-beda dapat disaring
dengan pelarut umum (air, etanol, eter, benzen), berupa senyawa kimia tanaman
dengan molekul kecil, senyawa kimia bermolekul kecil ini memiliki penyebaran
yang terbatas, senyawa inilah yang disebut dengan metabolit sekunder.
Senyawa flavonoida diturunkan dari unit C6-C3 (fenil propana) yang bersumber
dari asam sikimat (via fenilalanin) dan unit C6 yang diturunkan dari jalur
poliketida. Fragmen poliketida ini disusun dari tiga molekul malonil-KoA yang
bergabung dengan unit C6-C3 (sebagai KoA tioester) untuk membentuk unit awal
triketida. Oleh karena itu, flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan terdiri
atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida.
1 2' 3'
8
O 2 1'
7 B 4'
A C
6 3 6' 5'
5
O
4
(Robinson, 1995)
Unit awal triketida mengalami siklisasi oleh enzim kalkon sintase untuk
membentuk gugus kalkon pada flavonoid. Kemudian terjadi siklus untuk
menghasilkan cincin piranon yang mengandung inti flavanon, yang dapat
memiliki ikatan C2-C3 teroksidasi (tidak jenuh) untuk menghasilkan gugus flavon,
Rha GlcO O
OH O
Naringin
Semua varian flavonoida saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama yang
melalui alur sikimat dan alur asetat-malonat. Flavonoida yang pertama kali terben-
tuk pada biosintesis adalah khalkon dan semua bentuk diturunkan darinya melalui
( Markham, 1988)
Gambar 2.1 Biosintesa hubungan antara jenis monomer flavonoida dari alur
asetat-malonat dan alur sikimat.
2.4.2 Klasifikasi Senyawa Flavonoida
1. Flavonoid O-glikosida.
Flavonoid biasanya terdapat sebagai flavonoid O-glikosida, pada senyawa
tersebut satu gugus hidroksi flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula
(atau lebih) dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam. Pengaruh
glikosilasi meyebabkan flavonoid menjadi kurang reaktif dan lebih mudah
larut dalam air (cairan). Glukosa merupakan gula yang paling umum
terlibat, walaupun galaktosa, ramnosa, xilosa, dan arabinosa sering juga
terdapat. Gula lain yang ditemukan adalah alosa, manosa, fruktosa, apiosa
dan asam glukuronat serta galakturonat.
2. Flavonoid C-glikosida.
Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini gula
tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-
karbon. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Sekarang gula yang
terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam
inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat ternyata jauh lebih sedikit
ketimbang jenis gula pada O-glikosida. Jenis aglikon flavonoid yang
terlibat pun sangat terbatas. Jadi, walau pun isoflavon, flavanon, dan
flavonol kadang-kadang terdapat dalam bentuk C-glikosida, hanya flavon
C-glikosida yang paling lazim ditemukan.
3. Flavonoid Sulfat
Gabungan flavonoid lain yang mudah larut dalam air yang mungkin
ditemukan hanya flavonoid sulfat. Senyawa ini mengandung satu ion
sulfat atau lebih, yang terikat pada hidroksil fenol atau gula.
4. Biflavonoid
1. Flavon
Pada flavon, cincin C merupakan dasar dan membentuk garam kalium
dengan asam klorida. Flavon bersamaan dengan flavonol merupakan
senyawa yang paling tersebar luas dari semua pigmen tumbuhan kuning,
meskipun warna kuning tumbuhan jagung biasanya disebabkan oleh
karotenoid. Senyawa ini biasanya larut dalam air panas dan alkohol,
meskipun beberapa flavonoid yang termetilasi tidak larut dalam air.
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugus
3-hidroksi. Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok
senyawa flavonoid.
2. Flavonol
Flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat
dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol paling sering terdapat
sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida. Larutan flavonol dalam suasana
basa (tetapi flavon tidak) dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat
sehingga pengunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.
B
O
A C
OH
O
3. Isoflavon
Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi
warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein) memberikan
warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi
kebanyakan yang lain (misalnya genistein) tampak sebagai bercak
lembayung pudar yang dengan amonia berubah menjadi coklat pudar.
Isoflavon merupakan senyawa yang tidak begitu mencolok, tetapi senyawa
ini penting sebagai fitoaleksin (senyawa pelindung) dalam tumbuhan
untuk pertahanan terhadap penyakit. Pembeda struktur isoflavon dari
flavonoid lain terletak pada cincin C, dimana cincin B terikat langsung
pada cincin C pada atom C-3.
O
A C
B
O
4. Flavanon
Senyawa ini terdapat hanya sedikit sekali jika dibandingkan dengan
flavonoid lain. Tidak berwarna atau hanya kuning sedikit. Flavanon
(dihidroflavon) sering terjadi sebagai aglikon, tetapi beberapa glikosidanya
B
O
A C
5. Flavanonol
Flavanonol (atau dihidroflavonol) barangkali merupakan flavonoid yang
paling kurang dikenal, dan tidak dapat diketahui apakah senyawa ini
terdapat sebagai glikosida. Senyawa ini stabil dalam asam klorida panas
tetapi terurai oleh udara.
B
O
A C
OH
O
6. Antosianin
Senyawa flavonoid alam yang paling menyolok adalah antosianin, yang
merupakan pembentuk dasa pigmen warna merah, ungu dan biru pada
tanaman, terutama sebagai bahan pewarna bunga dan buah-buahan.
Antosianin adalah pigmen daun bunga merah sampai biru yang biasa,
banyaknya sampai 30% bobot kering dalam beberapa bunga. Antosianin
terdapat juga dalam bagian lain tumbuhan tinggi kecuali fungus.
Antosianin selalu terdapat dalam bentuk glikosida.
B
O
A C
OH
8. Leukoantosianidin
Merupakan monomer flavan 3,4-diol, leukoantosianidin jarang terdapat
sebagai glikosida, namun beberapa bentuk glikosida yang dikenal adalah
apiferol, dan peltoginol.
OH
OH
B
HO O
A C
OH
HO OH
9. Auron
Berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan bryofita.
Dalam larutan senyawa ini menjadi merah ros.
O
A CH B
10. Kalkon
Polihidroksi kalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun
terdistribusinya di alam tidak lazim. Pada kenyataan, pengubahan kalkon
menjadi flavanon terjadi dengan mudah dalam larutan asam dan reaksi
kebalikannya dalam basa. Reaksi ini mudah diamati karena kalkon
warnanya jauh lebih kuat daripada warna flavanon, terutama dalam larutan
basa warnya merah jingga. Alasan pokok bahwa kalkon cepat mengalami
isomerasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Oleh karena itu,
B
A
(Robinson, 1995).
Ekstraksi
Skrining
Skrining silang
Elusidasi Struktur
(Muldja, 1995).
2.6.1 Ekstraksi
Pemilihan pelarut ekstraksi sangat penting. Jika tanaman diteliti dari sudut
pandang etnobotani, ektraksi harus mengikuti pemakaiannya secara tradisional.
Kegagalan mengekstraksi biomassa dapat menyebabkan kehilangan akses untuk
mendapatkan zat aktif.
2.6.2 Partisi
Metode pemisahan yang mungkin paling sederhana adalah partisi, yang banyak
digunakan sebagai tahap awal pemurnian ekstrak. Partisi menggunakan dua
pelarut tak bercampur yang ditambahkan kedalam ekstrak tersebut, hal ini dapat
2.6.3 Hidrolisis
Prosedur yang digunakan untuk hidrolisis asam dari flavonoid glikosida adalah,
sebanyak 2 mg sampel flavonoid glikosida dicampur dengan asam klorida 6%
sebanyak 5 ml dengan jumlah metanol yang sangat sedikit pada sampel untuk
membuat proses hidrolisis menjadi sempurna. Larutan dipanaskan selama 45
menit lalu didinginkan, kemudian ekstrak sepenuhnya dilarutkan dengan eter.
Penguapan dari larutan akan mengendapkan ramnosa dan glukosa. Lapisan eter,
setelah dikeringkan dengan menggunakan natrium sulfat akan didapatkan aglikon
flavonoid setelah diuapkan (Mabry et al, 1970).
2.6.4 Kromatografi
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael
Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman
dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi
kalsium karbonat (CaCO3). Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan
yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase).
Teknik kromatografi telah berkembang dan telah digunakan untuk memisahkan
dan mengkuantifikasi berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen
organik maupun komponen anorganik.
Proses Sorpsi
Sorpsi merupakan proses pemindahan solut dari fase gerak ke fase diam,
sementara itu proses sebaliknya (pemindahan solut dari fase diam ke fase gerak)
disebut dengan desorpsi. Kedua proses ini (sorpsi dan desorpsi) terjadi secara
terus menerus selama pemisahan kromatografi karenanya sistem kromatografi
berada dalam keadaan kesetimbangan dinamis. Solut akan terdistribusi diantara
dua fase yang bersesuaian dengan perbandingan distribusinya (D) untuk menjaga
Adsorben
Silika gel merupakan jenis adsorben (fase diam) yang penggunaannya paling luas.
Permukaan silika gel terdiri atas gugus Si-O-Si dan gugus silanol (Si-OH). Gugus
silanol bersifat sedikit asam dan polar karenanya gugus ini mampu membentuk
ikatan hidrogen dengan solut-solut yang agak polar sampai sangat polar.
Adanya air dari atmosfer yang diserap oleh permukaan silika gel mampu
mendeaktifkan permukaan silika gel karena air akan menutup sisi aktif silika gel.
Hal seperti ini dapat diatasi dengan memanaskan pada suhu 1050C, meskipun
demikian reprodusibilitasnya sulit dicapai kecuali jika suhu dan kelembapan
benar-benar dijaga secara hati-hati. Semakin polar solut maka akan semakin
tertahan kuat ke dalam adsorben silika gel ini (Gandjar dkk, 2007).
Dalam kromatografi lapis tipis (KLT), adsorben diletakkan tepat pada satu sisi
plat atau kaca atau saluran plastik ataupun aluminium. Adsorben yang paling
sering digunakan adalah silika gel dan alumina. Beberapa mikroliter larutan
sampel yang akan dianalisa ditotolkan pada plat sebagai titik kecil yang tunggal
dengan menggunakan pipa mikrokapilaritas. Plat dikembangkan dengan
meletakkannya didalam botol ataupun chamber pengembang yang berisi sejumlah
kecil pelarut. Pelarut akan menaiki plat dengan adanya gaya kapilar, dan
membawa senyawa dari sampel dengan itu. Senyawa yang berbeda dipisahkan
dari dasarnya pada saat interaksi mereka dengan lapisan adsorben.
Plat KLT yang biasa digunakan adalah plat dengan ukuran pori silika 60
dan ketebalan lapisan 25 m dalam penyangga poliester atau aluminium, beberapa
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi
(gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang
dilengkapi keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran
pelarut. Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam, tetapi biasanya panjangnya
sekurang-kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin saja sampai 100
kalinya. Ukuran kolom dan banyaknya penjerap yang dipakai ditentukan oleh
bobot campuran sampel yang akan dipisahkan.
Sebagian besar pemakaian kromatografi lapis tipis preparatif hanya dalam jumlah
miligram. Kromatografi lapis tipis preparatif bersama-sama dengan kromatografi
kolom terbuka, dijumpai sebagian besar dalam isolasi bahan alam. Penjerap yang
paling umum digunakan adalah silika gel dan dipakai untuk pemisahan campuran
senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil. Ukuran partikel dan porinya
kurang lebih sama dengan ukuran tingkat KLT.
Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi
getaran (vibrasi) yang berlainan. Inti-inti atom yang terikat oleh ikatan kovalen
mengalami getaran (vibrasi) atau osilasi (oscillation) dengan cara serupa dengan
dua bola yang terikat oleh suatu pegas.
Oleh karena itu suatu ikatan tertentu dapat menyerap energi lebih dari satu
panjang gelombang. Contohnya, ikatan O-H menyerap energi pada frekuensi 3330
cm-1, energi pada panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi regang
ikatan O-H itu. Suatu ikatan O-H itu juga menyerap pada kira-kira 1250 cm-1,
energi pada panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi lentur. Tipe
vibrasi yang berlain-lainan ini disebut cara vibrasi fundamental (Supratman,
2010).
pergeseran dalam Hz
=
frekuensi spektrometer dalam MHz
Semua proton dalam molekul yang identik dalam lingkungan kimia akan
memiliki pergerseran kimia yang sama. Dengan demikian, semua proton dari
TMS atau semua proton dalam benzena, siklopentana, atau aseton memiliki nilai
resonansi yang berdekatan pada nilai . Masing-masing komponen akan memiliki
penyerapan yang tunggal dalam spektrum nmr. Proton ini dikatakan sama secara
kimia. Pada kenyataannya, spektrum tidak dapat hanya dibedakan dari berapa
banyak tipe proton yang berbeda pada molekul tersebut, tetapi dapat
memperlihatkan berapa banyak jenis perbedaan yang ada dalam molekul tersebut.
Dalam spektrum nmr, daerah dibawah masing-masing peak adalah proporsional
dengan jumlah dari hidrogen yang ada pada peak tersebut (Pavia, 1979).