PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1. Paramedis dan staf Puskesmas Kampung Bugis dapat mengetahui dan
memahami tentang Bantuan Hidup Dasar.
2. Paramedis dan staf Puskesmas Kampung Bugis memiliki keterampilan teknik
Bantuan Hidup Dasar.
3. Paramedis dan staf Puskesmas Kampung Bugis dapat menerapkan
keterampilan yang didapat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saluran pernafasan terbagi menjadi 2, saluran bagian atas dan saluran bagian
bawah. Bagian atas terdiri dari hidung, mulut, faring dan laring. Bagian bawah terdiri
dari trakea, bronkus, bronkiolus dan berakhir dialveoli. Komponen neuromuscular
sistem respoirasi meliputi pusat saraf di otak, batang otak serta jaras-jaras menuju
otot diafragma, otot intercostalis, serta otot bahu dan leher. Dinding dada atau yang
sering dikenal dengan nama dinding thoraks terdiri 12 tulang iga yang melekat di
vertebrae. Sepuluh tulang iga yang melekat di sternum dan 2 tulang iga yang tidak
melekat ke sternum. Alveoli yang dilapisi oleh selapis sel tipis dengan pembuluh
darah kapiler di dalamnya adalah kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen
dan karbondioksida. Arteri pulmonalis merupakan pembuluh darah yang keluar dari
ventrikel kanan berisi darah dengan kandungan oksigen rendah menuju alveoli paru.
Setelahh dilakukan pertukaran oksigen dengan karbondioksida di kapiler, darah
tersebut mengalir ke atrium kiri melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri dengan
kandungan oksigen yang lebih tinggi untuk didistribusi keseluruh tubuh.2
1 Fisiologi sistem respirasi
Sistem respirasi berfungsi membewa oksigen dari udara luar masuk kedalam
darah dan membuang karbondioksida dari dalam tubuh. Oksigen diperlukan sebagai
bahan bakar pada metabolisme tubuh. Sistem kardiovaskular mendistribusikan darah
baik dari paru keseluruh tubuh atau sebaliknya. Jika terjadi penuirunan jumlah
oksigen yang dibawa dalam darah atau kemampuan darah mengikat oksigen maka
akan terjadi kerusakan jaringan karena kekurangan oksigen . untuk mempertahankan
keseimbangan, tubuh mengubah sistem metabolisme dari aerobik dengan hasil
samping adalah asam laktat. Jika proses tersebut terjadi dalam jumlah besar, akan
terjadi asidosis metabolik.2
Sebaliknya, jika jika sistem respirasi mengalami kegagalan maka pengeluaran
karbondioksida dari dalam tubuh akan mengalami gangguan. Keadaan tersebut akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan gas karbondioksida (hiperkarbia) sehingga
darah menjadi asam yang disebut asidosis respiratorik. Dalam keadaan normal, kadar
oksigen dan karbondioksida dalam darah mengalami keseimbangan yang diatur oleh
pusat pernafasan diotak. Karbondioksida juga berfungsi sebagai stimulasi primer
pengaturan kecepatan dan kedalaman pernafasan.2
5 Penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi (Integrated Post Cardiac Arrest
Care)
Rantai pertama pengenalan kejadian henti jantung dan aktivitas sistem gawat
darurat.1
Pengenalan tanda-tanda kegawatan secara dini, seperti keluhan nyeri dada atau
kesulitan bernafas yang menyebabkan penderita mencari pertolongan atau
penolong menghubungi layanan gawat darurat memegang peranan awal yang
penting dalam rantai ini.1
Apabila ditemukan kejadian henti jantung, maka lakukan hal sebagai berikut :1
Identifikasi kondisi penderita dan lakukan kontak ke system gawat darurat
1 Perhatian : selalu
Pelaksanaan melakukan
tindakan pemeriksaan
resusitasi sebelum
jantung paru melakukan satu tindakan
Tujuan utama melakukan resusitasi jantung paru RJP adalah untuk
mempertahankan kehidupan, memperbaiki kesehatan, mengurangi penderitaan dan
membatasi disabilitas tanpa melupakan hak dan keputusan pribadi. Dalam
pelaksanaannya, keputusan untuk melakukan tindakan RJP sering kali hanya diambil
dalam hitungan detik oleh penolong yang mungkin tidak mengenal penderita yang
mengalami henti jantung atau tidak mengerti dengan permintaan yang lebih lanjut.
Kita akan melakukan pertolongan, penolong harus mengetahui dan memahami hak
penderita serta beberapa keadaan yang mengakibatkan RJP tidak perlu dilaksanakan
seperti :1
1 Henti jantung terjadi dalam sarana tatau fasilitas kesehatan
Pertolongan dapat dilakukan bila :
Ada permintaan dari pasien atau keluarga inti yang berhak secara sah dan
ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien.
Henti jantung terjadi pada penyakit stadium akhir yang telah mendapat
pengobatan secara optimal.
Pada neonatus atau bayi dengan kelainan yang memiliki angka mortalitas dini,
tinggi sebagai contoh bayi sangat premature, anensefali atau kelainan
kromosom seperti trisomi 13.
2 Henti jantung yang terjadi diluar sarana atau fasilitas kesehatan
Tanda klinis kematian yang ireversibel seperti kaku mayat, lebam mayat,
dekapitasi atau tanda-tanda pembusukan.
Upaya RJP dengan resiko membahayakan penolong.
Penderita dengan trauma yang tdak bisa diselamatkan seperti hangus terbakar,
dekapitasi atau hemikorporektomi.
3 Kapan menghentikan RJP
Ada beberapa alasan kuat bagi penolong untuk menghentikan RJP antara lain :2
Penolong sudah melakukan bantuan hidup dasar dan lanjut secara optimal,
antara lain : RJP, defibrilasi pada pasien VF/VT tanpa nadi, pemberian
vasopressin atau epinefrin intravena, membuka jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi menggunakan bantuan jalan nafas tingkat lanjut serta sudah
melakukan semua pengobatan bantuan jalan nafas tingkat lanjut serta sudah
melakukan semua pengobatan irama sesuai dengan pedoman yang ada.
Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita terpapar bahan beracun
atau mengalami overdosis obat yang akan menghambat susunan sistem saraf
pusat.
Kejadian henti jantung tidak disaksikan oleh penolong.
Penolong sudah merekam melalui monitor adanya asistol yang menetap selama
10 menit atau lebih.
4 Implementasi penghentian usaha resusitasi
Asistol yang menetap atau tidak terdengar denyut nadi pada neonatus lebih dari
10 menit.
Penderita yang tidak respon setelah dilakukan bantuan hidup jantung lanjutan
minimal 20 menit.
Secara etik, penolong RJP selalu menirima keputusan klinik yang layak untuk
memperpanjang usaha pertolongan. Juga menerima alasan klinis untuk
mengakhiri resusitasi dengan segera.
5 Tindakan RJP pada asistol bisa lebih lama dilakukan pada penderita dengan
kondisi sebagai berikut :
Usia muda
Asistol menetap karena toksin atau gangguan elektrolit
Hipotermia
Overdosis obat
Usaha bunuh diri
Permintaan keluarga
Korban tenggelam di air dingin
Penilaian pulasasi sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 10 detik. Jika dalam 10
detik atau lebih, penolong belum bisa meraba pulsasi arteri, maka kompresi
dada harus dilakukan.
Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada
setengah bawah dinding sternum. Penekanan ini menciptakan aliran darah yang akan
melalui peningkatan tekanan intratorakal serta penekan langsung pada dinding
jantung. Komponen yang perlu diperhatikan saat melakukan kompresi dada :1
Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi (100 120 x/menit).
Untuk dewasa, berikan kompresi dada dengan kedalaman minimal 2 inci (5 cm)
tetapi tidak lebih dari 2,4 inci (6 cm).
Bayi dan anak, kompresi dengan kedalaman minimal sepertiga diameter didinding
anterior posterior dada atau pada bayi 4 cm (1,5 inci) dan pada anak sekitar 5 cm
(2 inci).
Berikan untuk kesempatan dada mengembang kembali secara sempurna setelah
setiap kompresi.
Usahakan seminimal mungkin melakukan intrupsi terhadap kompresi. Kompresi-
ventilasi yang dianjurkan yaitu 30 : 2.
Hindari pemberian nafas bantuan yang berlebihan.
4 Defibrilasi
Tindakan defibrilasi sesegera mungkin memegang peranan kritis untuk
keberhasilan pertolongan penderita henti jantung mendadak berdasarkan alasan
sebagai berikut :1
a Irama dasar jantung yang paling sering didapat pada kasus henti jantung mendadak
yang disaksikan diluar rumah sakit adalah fibrilasi ventrikel.
b Terapi untuk fibrilasi ventrikel adalah defibrilasi.
c Kemungkinan tindakan defibrilasi berkurang seiring dengan bertambahnya waktu.
d Perubahan irama dari fibrilasi ventrikel menjadi asistol seiring dengan berjalannya
waktu.
Setelah kejut listrik segera lakukan RJP. Setelah dilakukan 5 siklus RJP, dilakukan
pemeriksaan ulang irama menggunakan alat AED. Setelah dilakukan pemeriksaan
irama dan AED tidak menginstrusikan kejut listrik, maka dilakukan tindakan RJP
sebanyak 5 siklus
Bantuan hidup dasar dewasa adalah tindakan pertolongan medis sederhana yang
dilakukan pada pasien yang mengalami henti jantung sebelum diberikan tindakan
pertolongan medis lanjutan.2
2.4.1 Tujuan
Memberikan bantuan sirkulasi dan pernafasan yang adekuat sampai keadaan
henti jantung teratasi atau sampai pasien dinyatakan meninggal.2
2 Henti nafas dan henti jantung
Henti nafas adalah berhentinya pernafasan spontan disebabkan karena
gangguan jalan nafas baik persial maupun tital atau karena gangguan dipusat
pernafasan. Henti jantung adaalah berhentinya sirkulasi peredaran darah karena
kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tetrsebut bisa
disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau penyakit sekunder non jantung.
Henti nafas dan henti jantung merupakan dua keadaan yang sering berkaitan sehingga
penatalaksanaannya tidak bisa dipisahkan.2
Metode pertolongan ini merupakan metode yang paling mudah dan cepat oksigen
yang dipakai berasal dari udara yang dikeluarkan oleh penolong. Cara melakukan
pertolongan adalah :
Mempertahankan posisi head tilt chin lift, yang akan dilanjutkan dengan menjepit
hidung menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan yang melakukan head tilt chin
lift.
Buka sedikit mulut pasien, tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir
penolong melingkar mulut pasien, kemudian tiupkan lambat, setiap tiupan selama
1 detik dan pastikan sampai dada terangkat.
Tetap pertahankan head tilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari pasien, lihat
apakah dada pasien pasien turun waktu ekshalasi.
2 Mulut ke hidung
Nafas buatan ini dilakukan bila pernafasan mulut ke mulut sulit dilakukan
misalnya karena trismus, caranya adalah katupkan mulut pasien disertai chin lift,
kemudian tiupkan udara seperti pernafasan mulut ke mulut. Buka mulut pasien
waktu ekshalasi.2
3 Mulut ke sungkup
Penolong meniupkan udara melalui sungkup yang diletakkan diatas dan
tmelingkupi mulut dan hidung pasien. Sungkup in terbuat dari plastik transparan
sehingga muntahan dan warna bibir pasien dapat terlihat.
9; 16%
15; 27% Pengetahuan Rendah
Pengetahuan Sedang
Pengetahuan Tinggi
31; 56%
Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin
25
21
20
15
10
10
5
5 4 4
1.8
0
Pengetahuan Rendah Pengetahuan Sedang Pengetahuan Tinggi
Pria Wanita
SLTA D1 D3 S1
Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Umur
16 15
14
12
10
10
8
8
6 5
4
4 3 3
2
2 1 1 1 1
0
Pengetahuan Rendah Pengetahuan Sedang Pengetahuan Tinggi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa dari total 55 orang sampel sebanyak 9
(16%) orang peserta penelitian memiliki pengetahuan yang rendah, 31 (57%) orang
peserta memiliki pengetahuan yang sedang, dan 15 (27%) orang peserta memiliki
pengetahuan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki
tenaga paramedis & staf di Puskesmas Kampung Bugis tentang bantuan hidup dasar
masih perlu ditingkatkan. Keadaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah:
1 Kurangnya Tenaga medis & Staf yang belum ikut pelatihan bantuan hidup dasar.
2 Kurangnya pasien gawat darurat yang ditangani di Puskesmas Kampung Bugis.
3 Kurangnya informasi terbaru mengenai bantuan hidup dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Pembimbing :
Dr. Hj. Widya Narulita
Dr. Erva Anggriana
Dr. Ransa
Segala puji syukur kepada Tuhan karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan mini project dengan judul Gambaran Pengetahuan Tenaga
Medis dan Staf Puskesmas Kampung Bugis mengenai Bantuan Hidup Dasar. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dr.Hj.Widya Narulita, dr. Erva Anggriana dan dr. Ransa selaku pembimbing yang
telah membantu dalam pembahasan dan diskusi mini project ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan mini project ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan mini project ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
PENDAHULUAN.................................................................................................1
TUJUAN PENELITIAN.......................................................................................2
MANFAAT PENELITIAN...................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3
METODOLOGI PENELITIAN............................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43