K
DENGAN DIAGNOSA MEDIS FR. FEMUR + FR
CRURIS 1/3 PROXIMAL DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN NYERI
AKUTDI RUANG BEDAH FLAMBOYAN RSUD DR. SOETOMO
1
2
LEMBAR PENGESAHAN
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kita
telah diberikan suatu nikmat yaitu kesehatan sehingga kita dapat membuat
makalah seminar KDM, serta tak lupa shalawat beriring salam kita kirimkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena berkat perjuangan
beliau kita sama-sama dapat merasakan alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah kami ini. Terutama kepada ibu Ira Suarilah, S.Kp. M.Kes.
Serta kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami
ini.
Jika dikemudian hari terdapat kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya, serta kami mohon kritik dan saran dari segenap pembaca sekalian.
Demikian yang dapat kami uacapkan lebih dan kurang kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan..........................................................................1
BAB 2 TINJAUAN TEORI...........................................................................3
2.1. ANATOMI FISIOLOGI......................................................................3
2.2. DEFINISI....................................................................................... 4
2.3. KLASIFIKASI.................................................................................. 4
2.4. MANIFESTASI KLINIS.....................................................................7
2.5. ETIOLOGI...................................................................................... 8
2.6. PATOFISIOLOGI............................................................................. 9
2.7. WOC........................................................................................... 10
2.8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.......................................................12
2.9. PENATALAKSANAAN...................................................................12
2.10. KOMPLIKASI.............................................................................. 13
2.11. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI.................................................16
BAB 3 STUDI KASUS............................................................................. 25
3.1. PENGKAJIAN............................................................................... 25
3.2. ANALISA DATA............................................................................ 31
3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN..........................................................32
3.4. INTERVENSI KEPERAWATAN........................................................33
3.5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN....................................................35
3.6. EVALUASI.................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 43
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
a. Anatomi Femur :
1. Caput femoris, yaitu ujung proksimal femur yang membulat.
Bagian ini berartikulasi dengan asetabulum. Terdapat perlekatan
ligamen yang menyangga caput femoris agar berada di tempatnya,
yaitu fovea kapitis.
2. Kolum femoris, yaitu bagian di bawah caput femoris yang terus
memanjang. Terdapat garis intertrokanker pada permukaan anterior
dan krista intertrokanter pada permukaan posterior.
3. Trokanter mayor dan minor, merupakan penonjolan dua prosesus
pada ujung atas batang femur.
4. Linea aspera, merupakan lekukan kasar pada bagian korpus sebagai
tempat perlekatan beberapa otot, yaitu linea aspera.
5. Pada ujung bawah, korpus melebar ke dalam sebagai kondilus
medial dan kondilus lateral.
(Syaifuddin 2006).
b. Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel:
1. Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui
suatu proses yangh disebut osifikasi.
2. Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteoklas
Adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral
dan matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim
proteolitik, yang memecah matriks dan beberapa asam yang
8
2.2. DEFINISI
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian. Fraktur Femur atau patah tulang paha
adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh
trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang atau osteoporosis (Arif Muttaqin 2008)
Fraktur tertutup (closed) hilangnya kontinuitas jaringan tulang dimana
tidak tedapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Atau bila
jaringan kulit yang berada diatasnya / sekitar patah tulang masih utuh.
2.3. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur berdasar :
1. Etiologi
a. Fraktur traumatik, terjadi karena trauma tiba-tiba.
b. Fraktur patologis, terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya
akibat kelainan patologis di dalam tulang.
c. Fraktur stres, terjadi karena adanya trauma yang terus menerus
pada suatu tempat tertentu.
2. Klinis
c. Anatomi
1. Tulang panjang : 1/3 proksimal, 1/3 tengah, 1/3 distal
2. Tulang pendek : kaput, batang, basis
d. Alignment garis fraktur
e. Aposisi
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi
darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
syaraf/perdarahan ).
8. Pergerakan abnormal.
9. Dari hilangnya darah.
10. Krepitasi
(Brunner Suddarth 2005)
2.5. ETIOLOGI
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di
atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari
otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana
dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga
terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru
yang tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
lambat dan sakit nyeri.
12
2.6. PATOFISIOLOGI
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik
yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun
maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi
plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam
tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang
dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler
yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau.
Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik
fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai
tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka
dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar.
13
2.7. WOC
Emboli menyumbat
pembuluh darah
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Perifer
2.9. PENATALAKSANAAN
Fraktur Femur Tertutup
2.10. KOMPLIKASI
a. Fraktur leher femur
Komplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang
bersifat umum adalah trombosis vena, emboli paru, pneumonias,
dan dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur
femur yang disertai pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran.
Apabila lokasi fraktur lrbih ke proksimal, kemungklinan terjadi
nekrosis avaskular lebih besar.
3) B2 (Blood)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat iktus
tidak teraba, auskultasui suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada
murmur.
4) B3 (Brain)
a) Tingkat kesadaran biasanya komposmentis.
1. Kepala: Tidak ada gangguan, yaitu normosefalik,
simetris., tidak ada penonjolan, tidak ada sakit kepala.
2. Leher: Tidak ada gangguan, simetris, tidak ada
penonjolan, reflek menelan ada.
3. Wajah : Wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah
yang lain tidak mengalami perubahan fungsi dan bentuk.
Wjah simetris, tidak ada lesi dan edema.
4. Mata: Tidak ada gangguan, konjungtiva tidak anemis
(pada klien dengan patah tulang tertutup tidak terjadi
perdarahan). Klien yang mengalami fraktur femur terbuka
biasanya mengfalami perdarahan sehingga konjungtiva
nya anemis.
5. Telinga : Tes bisik dan weber msih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi dan nyeri tekan.
6. Hidung: Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
7. Mulut dan Faring: Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
b) Pemeriksaan fungsi serebral
22
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, kerusakan integritas struktur tulang,
penurunan kekuatan otot.
3. Defisit perawatan diri (mandi, eliminasi) berhubungan dengan
gangguan muskuloskeletal, hambatan mobilitas.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tonjolan
tulang.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan
fiksasi interna.
6. Ansietas berhubungan dengan stres, krisis situasional.
24
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Rencana Perawatan
Nursing Out Come (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan a. Kaji nyeri pasien dengan pengkajian
cedera fisik. keperawatan selama 3x24 jam nyeri OPQRSTUV
b. Kendalikan faktor lingkungan yang
diharapkan nyeri hilang/ berkurang
dapat mempengaruhi respon pasien
dengan kriteria hasil:
a. Melaporkan nyeri pada terhadap ketidaknyamanan (misal
skala 0-1 suhu ruangan, pencahayaan, dan
b. TTV dalam batas normal
kegaduhan)
c. Ekspresi wajah tidak
c. Berikan teknik relaksasi
menahan nyeri d. Ajarkan manajemen nyeri (misal
nafas dalam)
e. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik.
2 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan a. Kaji mobilitas yang ada dan
berhubungan dengan gangguan keperawatan selama 3x24 jam observasi terhadap peningkatan
muskuloskeletal, kerusakan integritas diharapkan pasien mampu kerusakan
b. Pantau kulit bagian distal setiap hari
struktur tulang, penurunan kekuatan melakukan aktifitas fisik sesuai
terhadap adanya iritasi, kemerahan.
otot. dengan kemampuannya dengan
c. Ubah posisi pasien yang imobilisasi
kriteria hasil:
minimal setiap 2 jam.
25
4 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan a. Kaji adanya faktor resiko yang
berhubungan dengan tonjolan tulang. keperawatan selama 3x24 jam menyebabkan kerusakan integritas
diharapkan tidak terjadi kerusakan kulit
b. Observasi kulit setiap hari dan catat
integritas kulit secara luas dengan
sirkulasi dan sensori serta perubahan
kriteria hasil:
a. Nyeri lokal ekstremitas yang terjadi
c. Berikan bantalan pada ujung dan
tidak terjadi
b. Menunjukkan rutinitas sambungan traksi
d. Jika memungkinkan ubah posisi 1-2
perawatan kulit yang
jam secara rutin
efektif.
e. Konsultasikan ka ahli gizi untuk
maknan tinggi protein untuk
membantu penmyembuhan luka
5 Ansietas berhubungan dengan stres, Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan dokumentasikan tingkat
krisis situasional. keperawatan selama 3x24 jam kecemasan klien
b. Kaji cara pasien untuk mengatasi
diharapkan tingkat kecemasan
kecemasan
berkuranmg dengan kriteria hasil:
c. Sediakan informasi yang aktual
a. Tidak menunjukkan
tentang diagnosa medis dan
perilaku agresif
b. Melaporkan tidak ada prognsis
d. Ajarkan ke pasien tentang
manifestasi kecemasan
27
BAB 3
STUDI KASUS
3.1. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 52 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMP (Sekolah Menengah Pertama)
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Madura
Alamat : Bangkalan, Madura
Tanggal Masuk : 18 Maret 2017
Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2017
No. Register : 12.57.xx.xx
Diagnosa Medis : Fr. Femur + Fr. Cruris 1/3 Proximal
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Keluhan saat MRS : Klien mengeluh nyeri setelah ditabrak mobil dari belakang.
Keluhan saat ini : Nyeri akut.
P (Pergerakan antar tulang/diskontinuitas jaringan),
Q (Nyeri seperti tertusuk-tusuk)
R (Femur proximal dan cruris 1/3 proximal)
S (Skala 6)
T (Nyeri hilang timbul dan bertambah nyeri saat digerakkan)
b. Status Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami :
Klien pada tahun 2009 menderita penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 serta menderita asma.
Pernah dirawat / MRS :
Klien MRS pada tahun 2009 dikarenakan penyakit DM dan asma.
Riwayat alergi :
Klien tidak memiliki riwayat alergi
2) Kebiasaan (merokok/kopi/rokok/alcohol/dll) :
Sebelum sakit pada tahun 2009, klien merokok hingga 3 bungkus per hari. Setelah KRS klien merokok kurang lebih 1 bungkus per
hari.
3) Riwayat Penyakit Keluarga :
30
: Pasien
: Laki laki
: Perempuan
: Garis Keluarga
4) Diagnosa Medis dan Terapi
Diagnosa Medis: Fr. Femur + Fr. Cruris 1/3 Proximal
Terapi
Inj. Ceftriaxon 2mg (iv) (3 x 1) (Setiap 8 jam sekali)
Inj. Insulin (levimir) 18 ui (sc) (1 x 1) (satu kali sehari sebelum tidur)
Inj. Insulin (novorapid) 6 ui (sc) (2 x 1) (setiap 12 jam sebelum makan)
Azitromisin 500 mg (io) (1 x 1) (satu kali sehari)
3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a. Pola pernapasan
Sebelum sakit :
Tidak ada masalah pada pola pernapasan.
Saat sakit :
Tidak ada masalah pada pola pernapasan.
b. Pola makan-minum
Sebelum sakit :
Klien makan 3 hari sekali dengan nasi+lauk+sayur tetapi dalam jumlah yang terbatas karena klien memiliki riwayat diabetes mellitus.
Klien minum 2500cc/hari.
Saat sakit :
Klien makan 3 hari sekali dengan diit TKTP porsi habis, klien minum 2000cc/hari.
31
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Klien BAB rutin sehari sekali dengan konsistensi lunak, warna kuning, dan bau. Klien BAK 5x/hari dengan warna kuning dan bau
khas.
Saat sakit :
Klien BAK 2 hari 1x di tempat tidur dengan pispot, konsistensi lunak, warna kuning, dan bau. Klien BAK 3x/hari dengan warna
kuning dan bau khas.
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit :
Sebelum sakit klien dapat beraktivitas normal dan bekerja setiap harinya di toko.
Saat sakit :
Klien tidak dapat beraktivitas sama sekali karena terpasang traksi pada cruris 1/3 proximal dan menderita fraktur pada femurnya.
e. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit :
Klien tidur 6-8 jam tiap hari, klien tidak terbiasa tidur siang.
Saat sakit :
Klien tidur 5-6 jam tiap hari, klien tidak terbiasa tidur siang.
f. Pola berpakaian
Sebelum sakit :
Klien dapat berpakaian normal secara mandiri
Saat sakit :
Klien tidak menggunakan pakaian dan hanya ditutupi dengan selimut
g. Pola rasa nyaman
Sebelum sakit :
Sebelum sakit klien tidak mengalami gangguan pola rasa nyaman
Saat sakit :
Klien merasa tidak nyaman dengan kondisi lingkungan di rumah sakit yang ramai, serta terpasangnya traksi di kaki klien.
h. Pola aman
32
Sebelum sakit :
Sebelum sakit klien tidak mengalami gangguan pola rasa aman.
Saat sakit :
Klien merasa aman karena setiap harinya ditunggu dan dijaga oleh istri dan anaknya.
i. Pola kebersihan diri
Sebelum sakit :
Klien mandi 2x/hari secara mandiri, keramas 3 hari sekali, dan menggosok gigi 2x/hari.
Saat sakit :
Klien mandi diseka oleh anak dan istrinya 2x/hari, keramas menggunakan T-shower 2 hari sekali.
j. Pola komunikasi
Sebelum sakit :
Klien tidak mengalami gangguan komunikasi.
Saat sakit :
Saat sakit :
Klien tidak dapat melakukan rekreasi seperti biasanya
n. Pola kebutuhan belajar
Sebelum sakit :
Klien biasa mendapatkan informasi dari Televisi tentang berita terkini
Saat sakit :
Klien banyak mendapatkan informasi tentang penyakitnya dari petugas kesehatan.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran : Kompos Mentis
GCS : 15
Mata : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
b. Tanda-tanda vital
Nadi : 88x/menit TD : 130/80 mmHg
RR : 20x/menit Suhu : 36,7oC
c. Keadaan Fisik
1) Kepala dan leher
Kepala :
Bentuk normocephal, tidak ada lesi, rambut tidak bau, beruban, penyebaran merata, konjungtiva anemis, tidak ikteris.
Leher :
Tidak ada pembesar kelenjar getah bening, tidak ada distensi vena jugularis
2) Dada
Paru
Inspeksi : Pergerakan dada normal, tidak ada retraksi dada
Auskultasi : Vesikuler, tidak terdapat suara napas tambahan
Palpasi : Pergerakan dada simetris
34
2) Pemeriksaan radiologi
36
3) Hasil konsultasi
Dokter radiologi menginterpretasikan hasil rontgent yaitu Fr. Femur Proximal + Fr. Cruris 1/3 Proximal.
37
DS : Hambatan Mobilitas
Fr. Femur + Fr. Cruris 1/3
2. Klien mengatakan tidak dapat Fisik di Tempat
Proximal
beraktivitas seperti biasanya karena Tidur
terpasang traksi di kakinya dan kata
dokter ortho tidak boleh digerakkan Terputusnya kontinuitas
jaringan tulang
DO :
Gangguan
Semua aktivitas dibantu oleh
Muskuloskletal
keluarga klien
Terpasang traksi di kaki dextra
Hambatan Mobilitas
39
terkoordinasi,
dan mobilitas
yang
memuaskan.
M
endemonstrasik
an mobilitas:
melakukan
rentang
pergerakan
penuh seluruh
sendi, berbalik
sendiri ditempat
tidur, meminta
bantuan reposisi
124.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152. 3.5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
154. 157.
153. Har 155. Tindakan
No. 156. Evaluasi Proses TT
i/Tgl Keperawatan
Dx D
158. Rab 189. 1 Mengkaji nyeri secara 216. 1. P (diskontinuitas 237.
u 1 komprehensif jaringan), Q (Nyeri seperti
159. 22 / 190. 2 Mengobservasi reaksi tertusuk-tusuk), R (Femur
03 / 17 191. nonverbal dari
proximal dan cruris 1/3
192. ketidaknyamanan
160. proximal), S (Skala 6), T
193. 3 Mengontrol lingkungan
45
187.
188.
238. Rab 258. 1. M 267. 1. P (diskontinuitas 283.
u 2 engkaji nyeri secara jaringan), Q (Nyeri seperti
239. 22 / komprehensif tertusuk-tusuk), R (Femur
03 / 17 2. M
proximal dan cruris 1/3
engobservasi reaksi
240. proximal), S (Skala 5), T
nonverbal dari
16.00 (Nyeri hilang timbul dan
ketidaknyamanan
WI 3. M bertambah nyeri saat
B engajarkan tentang teknik digerakkan)
241. non farmakologi: napas 268. 2. Grimace (+)
dalam, relaksasi, distraksi, 269. 3. Pasien dapat
242. kompres hangat/ dingin melakukan teknik napas
4. M dalam sesuai instruksi
243. eningkatkan istirahat
46
.35 483.
485. 486. Ka 499. 511. S: Klien mengatakan nyeri 524.
3 mis, 1 bertambah cenat cenut
23/03/201 500.
512. O: P (diskontinuitas jaringan), Q (Nyeri
7 501. seperti tertusuk-tusuk), R (Femur proximal dan
487. 06 502. cruris 1/3 proximal), S (Skala 6), T (Nyeri
.30 503. hilang timbul)
488. 504. 513. A: Masalah belum teratasi
489. 505. 514. P: lanjutkan intervensi
490. 506. (1,2,3,4,5,6,7)
491. 507. 515.
492. 508. 516.
493. 509. 517.
494. 510. 518.
495. 2 519. S: Klien mengatakan masih belum bisa
496. Ka bergerak karena dipasang traksi pada kakinya
mis, 520. O: Mobilitas klien terbatas di tempat tidur,
23/03/201 kaki kanan terpasang traksi, Eks Atas (5,5) Eks.
7 Bawah (0,4)
497. 06 521. A: Masalah belum teratasi
.49 522. P: lanjutkan intervensi (1,2,3,4)
498. 523.
525. 526. Ka 528. 529. S: Klien menyatakan nyeri 533.
mis 23 1 berkurang sedikit saat nafas dalam
maret 530. O: TD: 130/80 mmHg, N: 88 x/m, RR: 20
2017 x/m, T: 36,7 oC
527. Ja 531. A: Masalah belum teratasi
m 14.00 532. P: lanjutkan intervensi (1,2,5,6)
534. 535. 536.
537. S: Pasien menyatakan berat kaki saat 542.
2 mobilitas
538. O: kekuatan otot ekstremitas bawah kanan 0
539. A: Masalah belum teratasi
540. P: lanjutkan intervensi (3,5)
541.
543. 544. Ka 546. 547. S: Klien mengatakan nyeri agak 551.
mis 23 1 berkurang setelah dikonpres hangat
maret 548. O: pasien terlihat lebih nyaman
2017 549. A: Masalah belum teratasi
545. Ja 550. P: lanjutkan intervensi (2,3,4,6)
m 21.00
552. 553. 554.
555. S: Klien mengatakan masih belum bisa 560.
2 bergerak
556. O: Mobilitas klien terbatas di tempat tidur,
Eks. Bawah (0,4)
557. A: Masalah belum teratasi
52
617. 628.
634. P: lanjutkan intervensi (4,5,6,7)
618. 629.
635.
619. Ju 636. S: Klien menyatakan tidak bisa
mat, menggerakkan kakinya karena nyeri
24/03/201 630.
637. O: - Kekuatan otot 0
7 638. - Mobilitas fisik pasien meningkat.
620. 20 pasien terlihat dapat mobilitas walaupun kaki
.30 kanan lemah.
639. A: Masalah belum teratasi
640. P: lanjutkan intervensi (2,3,4,5)
641.
643.
644.
645.
54
Muskuloskeletal. Jakarta:EGC
Nuha Medika
652. Smeltzer, SC & Bare. 2000. Brunner and Suddarths textbook of medical