Anda di halaman 1dari 16

Sejarah Peradaban Islam

Periode Klasik

NPM Nama Mahasiswa


201412500045 Desi Purwati
201412500057 Yuni Istiyani
201412500122 Anisa Dwi Nuriyanti
201412500132 Rensfirani Rafidhaweny

S4A
1
DAFTAR ISI
Cover .............................................................................................................. 1
Daftar Isi ....................................................................................................... 2

BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian Sejarah Islam ................................................................................ 3

BAB II
PEMBAHASAN
1. Masa kerasulan Nabi Muhammad SAW ............................................. 5
2. Lahirnya Negara muslim pertama ....................................................... 6
3. Pembentukan Negara madinah ............................................................ 7
4. Perluasan wilayah pada masa Rasulullah SAW .................................. 8
5. Kondisi masyarakat sepeninggal Rasulullah SAW ............................. 9
6. Sistem pemilihan Khalifah .................................................................. 9
7. Perkembangan peradaban islam pada masa bani Umayyah ................ 10
8. Kemajuan-kemajuan yang dicapai ....................................................... 11
9. Perkembangan peradaban islam pada masa Dinasti Abassiyah .......... 11
10. Kemajuan Dinasti bani Abassiyah ....................................................... 12

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................... 14

Daftar Pustaka .............................................................................................. 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian Sejarah Islam

Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh dan sirah, atau dalam bahasa Inggris disebut
history. Dari segi bahasa, al-tarikh berarti ketentuan masa atau waktu, sedang Ilmu Tarikh
ilmu yang membahas peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian, masa atau tempat terjadinya
peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.

Sedangkan menurut pengertian istilah, al-tarikh berarti; sejumlah keadaan dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di masa lampau, dan benar-benar terjadi pada diri individu atau
masyarakat, sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan alam dan manusia.

Dalam bahasa Indonesia sejarah berarti: silsilah; asal-usul (keturunan); kejadian dan peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan Ilmu Sejarah adalah pengetahuan
atau uraian peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa
lampau.

Dalam bahasa Inggris sejarah disebut history, yang berarti orderly description of past
events(uraian secara berurutan tentang kejadian-kejadian masa lampau).

Menurut Ibnu Khaldun, sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa masa
lampau, tetapi juga penalaran kritias untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa masa
lampau. Dengan demikian unsur penting dalam sejarah adalah adanya objek peristiwa (who),
adanya batas waktu (when), yaitu masa lampau, adanya pelaku (who), yaitu manusia,
tempatnya (where), latar belakangnya (whay), dan daya kritis dari peneliti sejarah.

Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud sejarah Islam adalah
peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya
berkaitan dengan agama Islam. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dalam berbagai aspek.
Dalam kaitan ini maka muncullah istilah yang sering digunakan untuk sejarah Islam ini,
diantaranya Sejarah Islam, Sejarah Peradaban Islam, Sejarah dan Kebudayaan Islam.

Dalam mempelajari dan mengkaji sejarah Islam (muslim) yang terkandung dalam buku-buku
sejarah, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu:

1. Apa yang menjadi tujuan penulisan, apakah bentuk sejarah pragmatik ataukah
berbentukfilsafat sejarah.
2. Siapa penulis sejarah itu, termasuk bagaimana kecenderungan sikap hidup atau ide
poliik yang dianutnya, dan
3. Kapan dia menulis, karena dari situ dapat pula memberi pengaruh apa dan siapa yang
telah membuat dia berinterprestasi begitu.
4. Periodisasi Sejarah Islam

Dikalangan ahli sejarah terdapat perbedaan tentang kapan dimulainya sejarah Islam yang
telah berusia lebih dari empat belas abad ini. Di satu pihak menyatakan bahwa sejarah Islam

3
(muslim) dimulai sejak Nabi Muhammad SAW. diangkat sebagai Rasul, dan berada di
Makkah atau tiga belas tahun sebelim hijrah ke Madinah. Di lain pihak menyatakan, bahwa
sejarah Islam itu dimulai sejak lahirnya negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi
Muhammad SAW. Atau tepatnya setelah Nabi Muhammad SAW. Berhijrah ke Madinah
yang sebelumnya bernama Yatsrib.

Timbulnya perbedaan dari kedua belah pihak tersebut disebabkan karena perbedaan tinjauan
tentang unit sejarah. Pihak pertama melihat bahwa unit sejarah adalah masyarakat.
Masyarakat Muslim telah ada sejak Nabi Muhammad SAW. Menyampaikan seruannya.
Malah jumlah mereka sedikit atau banyak tidak menjadi soal. Disamping itu, meskipun
mereka belum berdaulat, tetapi sudah terikat dalam satu organisasi yang memiliki corak
tersendiri. Sedangkan pihak kedua melihat bahwa niat sejarah itu adalah Negara, sehingga
sejarah Islam muai dihitung sejak lahirnya Negara Madinah.

Perbedaan pendapat tersebut akan tercermin pada pembagian periodisasi sejarah


(kebudayaan) Islam yang dikemukakan oleh para ahli, terutama dalam hal tahun permulaan
sejarah Islam pada periode pertama atau biasa disebut periode klasik, dan bahkan ada yang
menyebutkan sebagai periode praklasik guna mengisi babakan sejarah Islam yang belum
disebutkan secara tegas dalam periode klasik tersebut.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Nourouzzaman as-Shiddiqi yang menyatakan bahwa
waktu sekarang ini para sejarawan cenderung mengambil masyarakat sebagai unit sejarah.
Jika unit sejarah itu tertumpu pada Negara, maka hal itu mengandung kelemahan. Artinya,
batas Negara tidak selalu tetap. Dia telah membagi perjalanan sejarah Islam ke dalam tiga
bagian besar beserta cirri-ciri sebagai berikut:

1. Periode klasik, yang dimulai sejak Rasulallah SAW. Menyampaikan seruannya


sampai masa runtuhnya Dinasti Abbasiyah pada tahun 656 H/1258 M. Cirinya ialah
tanpa menutup mata terhadap adanya dinasti-dinasti kecil, Dinasti Umaiyah Barat
yang berkedudukan diAndalusia dan interengum (masa peralihan pemerintahan)
Dinasti Fatimah di Mesir, masih ada satu kekuasaan politik yang kuat dan disegani.
Dalam periode klasik inilah umat Islam mencapai prestasi-prestasi puncak di bidang
kebudayaan.
2. Periode pertengahan yang dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah sampai abad
ke-11 H/17 M. Ciri-cirinya ialah kekuasaan politik terpecah-pecah dan saling
bermusuhan. Osmanli Turki, Mamluk Mesir, Umaiyah Barat di Andalusia,
Mamluk India, dan berdirinya kerajaan-kerajaan Muslim yang berdaulat sendiri-
sendiri.
3. Periode modern, yaitu sejak abad ke-12 H/18 M sampai sekarang. Dalam periode ini
umat Islam sudah tidak memiliki kekuatan politik yang disegani. Dinasti Turki
Osmanli yang pernah menggedor pintu Wina sudah mendapat julukan The Sick Man
of Europa. Bukan saja Turki sudah tidak mampu memperluas wilayah dibagi-bagi
antara Inggris, Perancis dan Rusia. Wilayah Turki Barat seperti sepotong kue yang
menjadi rebutan antara kekuasaan-kekuasaan besar Barat. Bekas jajahan setiap
Negara Barat inilah yang kemudian melahirkan Negara-negara baru setelah Perang
Dunia I.

Adapun dalam makalah kami ini akan dibahas tentang permasalahan perkembangan Islam
pada masa klasik. Yakni pada masa Rasulullah dan Sahabat Beliau sepeniggal beliau
meninggal dunia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Nabi Muhammad Saw. Adalah golongan Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa
dalam suku Quraisy. Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala kambing
keluarganya dan kambing penduduk mekkah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia
menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat
sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala
pemikiran nefsu duniawi, karena itu sejak muda ia sudah dijuluki Al-Amin, orang yang
terpercaya.

Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke syiria (syam) dalam usia
baru 12 tahun. Kafilah tersebut dipimpin oleh Abu Tholib. Dalam perjalanan ini, di Bushara,
sebelah seltan syiria, ia bertemu dengan seorang pendeta bernama, Buhairoh. Pendeta ini
melihat tanda tanda kenabian pada Muhammad sesuai petunjuk cerita-cerita Kristen.

Pada usia yang ke dua puluh lima, Muhammad berangkat ke syiria membawa barang
dagangan milik Khadijah seorang saudagar wanita kaya raya. Dalam perdagangan ini
Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu
diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan
Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita yang pertama
masuk islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam.

1. Masa Kerasulan Nabi Muhammad Saw dan Khulafaur Rasyidin

Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisah kan diri dari
pergaulan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira,sebuah gunung yang dekat dengan kota
Mekkah. Dan ia beribadah dengan mengikuti ajaran agama kakeknya yaitu Nabi Ibrahim dari
beberapa hari sampai beberapa bulan. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611M, Malaikat
Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama: Bacalah dengan
nama tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu sangat mulia. Dia telah mengajarkan Qolam. Dia telah
mengajar manusia apa yang mereka tidak ketahui(QS 96:1-5). Dengan turunnya wahyu
pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan menjadi Nabi. Dalam wahyu pertama ini,
dia belum disuruh untuk menyeru manusia kepada suatu agama.

Setelah wahyu pertama itu datang, jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara
Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti
itulah turun Jibril yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut:
Hai orang yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah, hendaklah engkau besatkan tuhanmu
dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah ngkau memberi
(dengan maksud)memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk memenuhi perintah
tuhanmu bersabarlah (Q.S. Al-Muddatsir: 1-7).

Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama tama, beliau
melakukannya dengan cara diam diam dilingkungan sendiri dan dikalangan rekan rekannya.
Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat
dekatnya. Langkah dakwah seterusnya yang diambil adalah menyeru masyarakat umum.

5
Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai menghalangi dakwah Rasul.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi
Muhammad pertama tama mereka mengira bahwa , kekuatan nabi terletak pada lindungan
dan pembelaan abu tholib yang amat disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat
bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan abu thalib dan mengancam dengan
mengatakan kami minta anda memilih satu diantara dua: memerintahkan Muhammad
berhenti dari dakwahnya atau ijinkan kepada kami unuk mencegahnya. Maka dengan itu Abu
Thalib sebagai pamannya mencegah Nabi muhammad SAW akan dakwahnya karena beliau
takut dari kaum Qurais. Namun Nabi menolak dengan mengatakan: Demi allah saya tidak
akan berhenti memperjuangkan amanat allah ini, walaupun semua anggota keluarga dan
sanak saudara akan mengucilkan saya. Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban
kemenakannya itu, kemudian berkata: teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu.

Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Makkah terhadap kaum muslimin itu, mendorong
Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat sahabtnya ke luar Makkah. Pada tahun kelima
kerasulannya, Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian.
Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan lima dari wanita, diantaranya Usman
bin Affan beserta istrinya Ruqoyah putri Rasulullah, Zubair bin Awwam dan Abdurrahman
bin Auf. Semakin kejam mereka memperlakukan umat islam semakin banyak orang yang
masuk agama ini. Bahkan, ditengah meningkaynya kekejaman itu, dua orang yang terkuat di
Quraisy masuk Islam, hamzah dan Umar bin Khattab. Namun tidak lama kemdian Abu
Thalib paman Nabi sekaligus pelindung utama Nabi meninggal dunia dan menyusul Tiga hari
setelah itu Khadijah istri Nabi, meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun sepuluh
kenabian. Dan di tahun ini pula merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW.

Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra dan memirojkan beliau
pada tahun ke-10 kenabiannya itu. Berita tentang isra dan miraj ini menggemparkan
masyarakat Makkah. Bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan
nabi. Sedangkan, bagi orang yang beriman, ia merupakan ujian keimanan.

Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang kafir Quraisy menentang
Nabi : (1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. (2) Mereka tidak
menginginkan persamaan hak antara hamba sahaya dengan golongan bangsawan. (3) Para
pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran akan hari pembalasan. (4) Kokoh
kepercayaan mereka terhadap agama nenek moyang. (5) Pemahat dan penjual batu
memandang Islam sebagai penghalang rezeki.

2. Lahirnya Negara Muslim Pertama

Ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar berangkat untuk hijrah, orang-orang Quraisy mulai
memperlihatkan keberangannya dengan menganiaya pengikut Rasulullah yang belum
berangkat, seperti Asma binti Abu Bakar dan yang lainnya.

Dalam perjalanan menuju Madinah, Rasulullah SAW sempat singgah di Quba sampai
kemudian Ali bin Abi Thalib berhasil mengikutinya. Di Quba Rasul sempat mendirikan
pondasi masjid Quba. Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW disambut dengan penuh suka
cita oleh sahabat-sahabat Anshar. Langkah pertama yang dilakukan di Madinah ialah
membangun masjid sebagai tempat ibadah.

6
Untuk menyatukan potensi sahabat anshar dan muhajirin, Rasulullah telah menyatukan
sahabat Muhajirin dan Anshar dengan sistem muakhkhah, yakni mengangkat sebagian
anggota dari mereka menjadi saudara angkat bagi yang lain. Sebagai tindak lanjut dari
pembentukan umat, umat Yahudi pun mempunyai pandangan negatif. Untuk mengantisipasi
gejala perpecahan, akhirnya Rasulullah SAW melakukan pembentukan kesepakatan diantara
mereka dengan membuat suatu undang-undang yang kemudian dikenal dengan Piagam
Madinah. Piagam Madinah merupakan undang-undang pertama di dunia yang menjadi
landasan dalam pembentukan Negara Madinah.

Menurut kami, langkah-langkah yang diambil oleh Nabi Muhammad adalah sangat brilian,
yaitu dengan membuat suatu undang-undang yang kemudian dikenal dengan Piagam
Madinah. Fungsinya untuk mengantisipasi gejala perpecahan dan menyatukan umat agar
berdiri sebuah negara yang kuat yaitu Negara Madinah

3. Pembentukan Negara Madinah

Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin
penduduk kota itu. Babak sejarah dalam dunia Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode
Mekkah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad
mempunyai kedudukan bukan saja sebagai kepala atau pemimpin agama, tetapi juga sebagai
kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan
spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan
kepala negara. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan masjid.
Selain untuk tempat salat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin
dan sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Bahkan
pada masa Nabi, masjid juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

Dasar kedua adalah ukhuwah islamiyyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi


mempersaudarakan golongan Muhajirin dan Anshar. Apa yang dilakukan Rasulullah ini
berarti, menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan
agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.

Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di
Madinah, selain orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan golongan
masyarakat Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas
masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan perjanjian dengan mereka.
Untuk itu, sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai
suatu komunitas telah dibuat. Setiap golongan masyarkat memiliki hak tertentu dalam bidang
politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin, dan seluruh anggota masyarakat
berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar. Dalam perjanjian itu,
jelas disebutkan bahwa Rasulullah saw sebagai kepala pemerintahan karena sejauh
menyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Dalam
bidang social, beliau juga meletakkan dasar persamaan antarsesama manusia. Perjanjian ini
dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan Konstitusi Madinah.

Menurut kami, dengan terbentuknya Negara Madinah maka Islam makin bertambah kuat
karena dengan berdirinya Negara Madinah kaum Muslimin sering memenangkan peperangan.
Tidak ada pejabat pegawai yang digaji. Namun, semua pengikut Nabi Muhammad siap

7
diperintah untuk menjalankan tugas apapun. Oleh Nabi Muhammad para sahabat dibebankan
tugas-tugas dakwah dan politik.

4. Perluasan Wilayah pada Masa Rasulullah

Sejarah islam di zaman nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua macam periode yaitu
periode Mekkah dan periode Madinah. Pada periode Mekkah (12 tahun) pengikut nabi
Muhammad masih sangat sedikit, sementara kegiatan keagamaan lebih ditekankan kepada
penanaman akidah, dan pembinaan akhlak. Posisi umat islam pada periode ini sangat lemah.
Mereka berada dibawah tekanan dan penindasan kaum quraisy. Dakwah nabi Muhammad
mendapat tantangan sengit (dari warga mekkah), terutama dari kelompok oligarki. Mereka
tidak hanya takut pada tantangan nabi Muhammad terhadap agama tradisional mereka yang
bersifat politisme itu, tetapi juga khawatir kalau striktur masyarakat dan kepentingan-
kepentingan.

Pada waktu Nabi Muhammad wafat ,wilayah kekuasaan Madinah telah mencakup seluruh
jazirah Arabia Husein Muknis menyatakan ,sejak pertama berdirinya hingga wafatnya Nabi,
dan ketika wilayah kekuasan islam sudah meliputi seluruh jazirah Arabia, maka
perkembangan wilayah Negara islam dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu:

Fase pertama,yaitu sejak rajab 1 H sampai rajab 2 H. pada fase ini, kekuasaan Nabi menjadi
sempurna atas seluruh bagian kota madinah dan sekitarnya. Pada masa ini, Nabi mengirim
sepuluh ekspedisi, baik ghazwah (ekspedisi militer yang di pimpim Nabi Saw). Maupun
syariyah (ekspedisi militer yang di pimpim sahabat).

Fase kedua, yaitu mulai dari perang Badar sampai Perang Khandaq berakhir (17 Ramadhan
2H/13 Maret 624 M-Dzulqadah 5H/April 627 M). Pada fase ini, madinah menetapkan
kekuasaannya atas seluruh tanah Hijraz (kecuali Mekkah dan Thaif). Pada masa ini pula
kelompok-kelompok besar Yahudi di Madinah yang berkhiyanat terusir atau dihukum berat,
sehingga Negara Madinah menjadi kekuatan politik dan militer terbesar di Hijaz dan sekitar
Najd.

Fase ketiga, yaitu mulai Muharam 6H sampai jumadilakhir 6H (Juni 627 M-November 628
M). Pada fase ini Negara Madinah berhasil menggabungkan seluruh daerah di perbatasan
Najd dengan Madinah. Ini berarti menambah wilayah islam seluas 40mil persegi di sebelah
timur, yangmembuka jalan untuk peluasan wilayah kekuasaan lebih lanjut ke arah Najd
sehingga Quraisy Mekkah menjadi terkepung.

Fase keempat, yaitu mulai ekspedisi ke Hasma sampai dilaksanakannya Umrah Al-
Qadha(umrah setahun setelah perjanjian Hudaibiyah), (Jumadilakhir 6H/November 628 M-
Dzulqadah7H/Maret 629M). pada fase ini ekspedisi Islam mengarah ke utara Madinah,
mencapai Wadi Al-Qura dan Daumat al-Jandal, sehingga umat Islam dapat menguasai
Khaibar, Fadak, dan Wadi Al-Quran.

Fase kelima, yaitu dari Dzulhijah 7H sampai penaklukan Thaif,DzulQadah 8H(April 629 M-
Februari 630 M). Peristiwa penting yang termasuk dalam fase ini adalah penaklukan kota
Mekkah. Sebelumnya Nabi sudah memusatkan perhatiannya kepada kabilah-kabilah Bali,
Judzam, Bahra.

8
Menurut Ahmad Faridh, bahwa khauf adalah cambuk yang digunakan Allah SWT untuk
menggiring hamba-hamba-Nya menuju ilmu dan amal supaya dengan keduanya itu mereka
dapat dekat dengan Allah SWT. Khauf adalah kesakitan hati karena mmbayangkan sesuatu
yang ditakuti, yang akan menimpa diri di masa yang akan datang. Khauf dapat mencegah
hamba berbuat maksiat dan mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan.

5. Kondisi Masyarakat Sepeninggal Rasulullah SAW

Dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW di madinah pada tahun 11 hijriah (632 M), ummat
muslim dihadapkan kepada suatu krisis konstitusional. Rasul tidak menunjuk penggantinya,
bahkan tidak pula membentuk sebuah majelis untuk masalah tersebut. Sejumlah suku
melepaskan diri dari kekuasaan madinah dan menolak memberi penghormatan kepada
khalifah yang baru, bahkan menolak pemerintahannya. Sebagian dari mereka bahkan
menolak islam. Ada golongan telah murtad, ada yang mengaku dirinya sebagai nabi dan
mendapat pengikut (pendukung) yang tidak sedikit jumlahnya. Ada juga golongan yang tidak
mau lagi membayar zakat karena mengira zakat sebagai upeti kepada Nabi Muhammad
SAW. Yang masih tetap patuh kepada agama islam adalah penduduk Mekkah, Madinah dan
Thaif. mereka tetap memenuhi kewajiban dan mau mengorbankan apa yang mereka miliki
untuk mengembalikan kejayaan islam.

6. Sistem Pemilihan Khalifah

Permasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal Rasulullah SAW adalah
siapakah yang menjadi penggantinya sebagai kepala pemerintahan dan bagaimana sistem
pemerintahannya, karena Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa
yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat.
Tetapi setelah beliau telah mengajarkan suatu prinsip, yaitu musyawarah, sesuai dengan
ajaran islam itu sendiri. Prinsip tersebut telah dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam setiap pergantian pimpinan dari empat khalifah periode khulafa al-rasyidun,
meski dengan versi yang beragam.

a. Abu Bakar As-Siddiq

Abu Bakar mengaku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat
demokratis di muktamar tsaqifah bani said, memenuhi tata cara perundingan yang
dikenal dunia moderen ini. Kaum anshar menekankan pada persyaratan jasa (merit),
mereka mengajukan calon Saad bin Ubadah. Kaum mujahirin menekankan pada
persyaratan kesetiaan mereka mengajukan calon Abu Ubaidah bin Jarrah. Sementara
itu dari ahlul bait menginginkan Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah atas
kedudukannya dalam islam, juga sebagai menantu karib Nabi. hampir saja perpecahan
terjadi bahkan adu fisik, melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya
Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah.
Rupanya,semangat keagamaan Abu bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari
umat Islam,sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.

b. Umar Bin Khatab

Umar bin Khatab menjadi pemimpin negara, setelah Abu Bakar, selama sepuluh
tahun. Beliau di angkat dan dipilih para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jamaah
kaum muslimin. Pilihan itu sudah dimintakan pendapat dan persetujuan pada saat

9
mereka menengok Abu Bakar waktu sakit. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa
ajalnya sudah dekat,ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat,kemudian
mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah
kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat
Islam.Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera
membaiat Umar.

c. Ustman Bin Affan

Ustman bin Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang ditunjuk oleh
khalifah Umar saat menjelang ajalnya karena pembunuhan. Umar dibunuh oleh
seorang majusi, budak dari Persia bernama Abu Luluah.Untuk menentukan
penggantinya,Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar.Dia menunjuk
enam orang sahabat dan meminta kepada merika untuk memilih salah seorang
diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah,
Zubair, Saad bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf. Setelah Umar wafat,tim ini
bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah, melalui persaingan
yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.

d. Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib tampil memegang pucuk pimpinan Negara di tengah-tengah
kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Usman oleh kaum
pemberontak.Khalifah Ali dipilih dan diangkat oleh jamaah kaum muslimin di
madinah dalam suasana yang sangat kacau,dengan pertimbangan jika Khalifah tidak
segera dipilih dan diangkat,maka keadaan akan semakin bertambah kacau,meskipun
ada golongan yang tidak menyukai Ali,tetapi tidak ada seorang yang ingin diangkat
menjadi Khalifah karena Ali masih ada.

7. Perkembangan peradaban Islam pada masa Bani Umayyah

Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin
Umayyah. Muawiyah dapat menduduki kursi kekuasaan dengan berbagai cara,siasat,
dan tipu muslihat yang licik, bukan atas dasar demokrasi yang berdasarkan atas hasil
pilihan umat islam.

Dengan demikian, berdirinya dinasti ini bukan berdasarkan hukum musyawarah.


Dinasti Bani Umayyah berdiri selama kurang lebih 90 tahun (40-132H/661750M),
dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti Umayyah sangat bersifat
Arab Orientalis, artinya dalam segala hal dan segala bidang para pejabatnya berasal
dari keturunan Arab murni, begitu pula dengan corak peradaban yang dihasilkan pada
masa dinasti ini.

Pada masa pemerintahan dinasti ini banyak kemajuan, perkembangan, dan


perluasan daerah yang dicapai, terlebih pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin
Abdul Malik (86-96H/705-715M). Pada masa awal pemerintahan Muawiyah bin Abi
Sufyan ada usaha memperluas wilayah kekuasaan ke berbagai daerah, seperti ke India
dengan mengutus Mhallab bin Abu Sufyan, dan usaha perluasan ke Barat ke daerah
Byzantium dibawah pimpinan Yazid bin Muawiyah. Selain itu juga diadakan
perluasan wilayah ke Afrika Utara. Juga mengarahkan kekuatannya untuk merebut

10
pusat-pusat kekuasaan diluar jazirah Arab, antara lain kota Konstantinopel. Adapun
alasan Muawiyah bin Abi Sufyan untuk terus berusaha Byzantium. Pertama,
Byzantium merupakan basis kekuatan Agama Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya
dapat membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering
mengadakan pemberontakan kedaerah Islam. Ketiga, termasuk wilayah yang
mempunyai kekayaan yang melimpah.

Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah Agama yang mampu memberikan motifasi
para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan
social, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Andalusia pun memcapai kejayaan
pada masa pemerintahan Islam.

8. Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai

Pertama, Bani Umayyah berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai


penjuru dunia, seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia,
Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan
Kirgis.

Kedua, Islam memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas, Sikap fanatik
Arab sangat efektif dalam membangun bangsa Arab yang besar sekaligus menjadi
kaum muslimin atau bangsa Islam Setelah pada saat itu bangsa Arab merupakan
prototipikal dari bangsa Islam sendiri.

Ketiga, telah berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing-masing


tokoh spesialisnya. Antara lain, dalam ilmu Qiroat (7 qiroat) yang terkenal yaitu:
Ibnu katsir (120H), Ashim (127H), dan Ibnu Amr (118H).

Ilmu Tafsi tokohnya ialah Ibnu Abbas (68H) dan muridnya Mujahid yang pertama
kali menghimpun Tafsir dalam sebuah suhuf, Ilmu Hadits dikumpulkan oleh Ibnu
Syihab Az-Zuhri atas perintah Umar bin Abdul Aziz, tokohnya ialah Hasan Al-Basri
(110H), Said bin Musayyad, Rabiah Ar-Raiy guru dari Imam Malik, Ibnu Abi
Malikah, Syabi Abu Amir bin Syurahbil. Kemudian ilmu Kimia dan Kedokteran,
Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.

Keempat, perkembangan dalam hal administrasi ketatanegaraan, seperti adanya


Lembaga Peradilan (Qadha), Kitabat, Hajib, Barid, dan sebagainya.

9. Perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan
oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil
bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak
tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-
Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh
muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani
Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad.

Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani Abbas. Akan tetapi
karena kekuasaannya sangat singkat, Abu jafar al-Manshur (754-775 M) yang

11
banyak berjasa dalam membangun pemerintahan dinasti Bani Abbas. Pada tahun 762
M, Abu jafar al-Manshur memindahkan ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah,
kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon, bekas ibukota
Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan Dinasti Bani Abbas berada di tengah-
tengah bangsa Persia.

Abu jafar al-Manshur sebagai pendiri muawiyah setelah Abu Abbas al-Saffah,
digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas, ditangannyalah Abbasiyah
mempunyai pengaruh yang kuat. Pada masa pemerintahannya Baghdad sangatlah
disegani oleh kekuasaan Byzantium.

Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan


dinasti Umayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa
dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Kekuasaannya
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d 656 H
(1258 M).

Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, social dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan
pola politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas
menjadi lima periode :

1. Periode Pertama (132 H/750 M 232 H/847 M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.

2. Periode Kedua (232 H/847 M 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki
pertama.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti
Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga
dengan masa pengaruh Turki kedua.

5. Periode Kelima (590 H/1194 M 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.

10. Kemajuan Dinasti Bani Abbasyiah

Setiap dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang dikenal dengan fase pendirian,
fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran. Akan tetapi
durasi dari masing-masing fase itu berbeda-beda karena bergantung pada kemampuan
penyelenggaraan pemerintahan yang bersangkutan.

Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa


bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Pada masing-
masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan.

12
a. Bidang Politik

Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang
mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar.
Gerakan-gerakan ini seperti sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas,
revolusi al-khawarij di Afrika utara, gerakan zindik di Persia, gerakan Syiah dan
konflik antar bangsa serta aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.

b. Bidang Ekonomi

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai nmeningkat dengan peningkatan di sector


pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas,
tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan barat juga banyak
membawa kekayaan. Bahsrah menjadi pelabuhan yang penting.

c. Bidang Sosial

Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-


Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Mamun (813-833 M). kekayaan yang banyak
di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social. Rumah sakit, lembaga
pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak
800 orang dokter. Disamping itu pemandian-pemandian juga dibangun. Tingkat
kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini, kesejahteraan
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan
berada pada zaman keemasannya

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Nabi Muhammad Saw. Adalah golongan Bani Hasyim, ia datang dengan agama Islam
dimana Allah tidak akan menerima pada hari kiamat akan agama selain agama Islam.
Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisah kan diri dari
pergaulan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira,sebuah gunung yang dekat dengan
kota Mekkah. Dan ia beribadah dengan mengikuti ajaran agama kakeknya yaitu Nabi
Ibrahim.

Islam merupakan agama yang langsung diturunkan oleh Allah SWT yang memuat
peraturan mutlak dan abadi untuk mengatur kehidupan umat manusia. Peraturan itu
tertuang dalam Al-Quran. Sebagai pedoman hidup, Al-Quran sudah mencakup
seluruh aspek kehidupan umat manusia.

Pada pemerintahan masa sahabat (Khulafa ar-Rasyidin) kekuasaan Abu Bakar bersifat
sentral.Sedangkan Khalifah Umar menduduki system pemerintahan yang menonjol,ia
juga dijuluki peletak Dasar/Pembangun Negara Modern.

Pemerintahan Usman mengalami masa kemakmuran dan berhasil dalam beberapa


tahun pertama pemerintahannya.Ia melanjutkan kebijakan-kebijakan Khalifah
Umar.Pada separuh terkhir pemerintahannya,muncul kekeciwaan dan ketidak puasan
di kalangan masyarakat karena ia mulai mengambil kebijakan yang berbeda dari
sebelumnya,Usman mengangkat keluarganya (Bani Umayah) pada kedudukan yang
tertinggi.

Melainkan masa Ali,ia ingin bercita-cita mengembalikan system pemerintahan yang


sudah dilakukan oleh Usman untuk dirubah seperti masa pemerintahan Umar.Ali
kemudian bertikad untuk mengganti semua gubernur yang tidak disenangi
rakyat,tetapi Muawiyah gubernur Syria,menolaknya.Oleh karenanya khalifah Ali
harus menghadapi kesulitan dengan Bani Umayah.

Pada masa dinasti Bani Umayyah, peradaban Islam mengalami


perkembangan/kemajuan, yaitu:

d. Berhasil dalam memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru


dunia, seprti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia,
Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia,
Uzbekistan, dan Kirgis.
e. Islam mempengaruh kehidupan masyarakat luas.
f. Ilmu pengetahuan, antara lain: Ilmu Qiroat, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu
Kimia, dan kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.

Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat (negara)
Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Daulat Islamiah ketika berada di
bawah kekuasaan dinasti ini disebut juga dengan Daulat Abbasiyah. Daulat
Abbasiyah adalah daulat (negara) yang melanjutkan kekuasaan Daulat Umayyah.

14
Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Abbas (Bani Abbas), paman Nabi Muhammad SAW.

Sejalan dengan berdirinya Dinasti Abbasyiah, ada beberapa kemajuan yang dicapai
oleh Dinasti ini, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Selain itu
juga setiap Dinasti bukan hanya mencapai kemajuan, tapi juga mendapat sebuah
kehancuran.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun, ISLAM DITINJAU DARI BERBAGAI ASPEKNYA JILID 1, (Jakarta:


Universitas Indonesia, 2010)

Ajid Thohir, PERKEMBANGAN PERADABAN DI KAWASAN DUNIA ISLAM, cet.1,


(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004)

Badri yatim, SEJARAH PERADABAN ISLAM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2008)

Dr. Badriatim, M.A, Sejarah Peradapan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafino


Persada.1993)

http:/Sejarah Peradaban Islam Bani Umayyah.

http:/www.seribd.com/doc/22677510/Sejarah-peradaban-Islam-Bani-Umayyah/19-03-
2012.

Husayn Ahmad Amin, seratus tokoh dalam ssejarah islam (bandung, Remaja
rosdakarya, 2006 cet 9)

Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisyi, Cet. 1, 2004)

16

Anda mungkin juga menyukai