24. Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alik
Septian M, S.Kep, Ns. M.Kep.
25. Harapan kami dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang memberikan bantuan serta dukungan dalam penyusunan makalah ini.
26.
27.
28.
30.
31. Penyusun
32.
33. DAFTAR ISI
34.
35. JUDUL
36. KATA PENGANTAR
37. DAFTAR ISI
38. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
39. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3
40. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
41.
42. BAB IV PENUTUP
43. DAFTAR PUSTAKA
44.
45.
46. BAB I
47. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
48. Kesehatan masyarakat perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya lingkungan, perilaku, akses pelayanan kesehatan dan kependudukan
(Efendi & Makhfudi,2010). Gaya hidup masyarakat perkotaan saat ini, yang sering
mengkonsumsi pola makan yang kurang sehat dan kurangnya olahraga. Dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat perkotaan itu sendiri. Keadaan ini memicu
berbagai jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat perkotaan. Salah satunya
adalah, pembengkakan pada leher atau biasa disebut struma nodusa atau gondok.
Penyebab struma antara lain terpaparnya oleh goitrogen, pencemaran lingkungan,
gangguan hormonal dan riwayat radiasi pada area kepala dan leher.
49. Goiter pembesaran kelenjar tiroid atau gondok adalah, salah satu cara
mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsur yodium dalam makanan dan
minuman. Keadaan ini, dapat menghambat pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar
tiroid. Goiter endemik, sering terdapat di daerahdaerah yang air minumya kurang
mengandung yodium. Di Indonesia, banyak terdapat di daerah pegunungan, namun
ada juga yang ditemukan di dataran rendah ditepi pantai, seperti Minangkabau, Dairi,
Jawa, Bali dan Sulawesi.
50.
1.2 Rumusan Masalah
51.
52.
1.3 Tujuan
53.
54.
55.
56. BAB II
57. PEMBAHASAN
58.
59. 2.1 Definisi
60. Struma adalah pembesaran tiroid menyeluruh atau sebagian (Martin Von
Planta 2002).
61. Apabila pada pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul. Maka
pembesaran ini disebut struma nodosa. (Afiatma tjokronegoro dkk 1996).
62. Struma nodusa tanpa disertai hipertiroidisme disebut struma nodosa
non-toksik (Afiatma tjokronegoro dkk 1996). Dan (Arif Mansjoeri 1999).
63. Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial
kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga
mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan
disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi
serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher
yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.
64.
65. 2.2 Etiologi
66. Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor
penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
Defisiensi iodium
67. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang
kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah
pegunungan.
Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,
kacang kedelai).
Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
68.
69.
148.
149.
150. BAB III
151. ASUHAN KEPERAWATAN
152.
153. Ny N masuk RSUD Jombang tanggal 3 April 2017 mengeluh ada benjolan di
leher sejak satu bulan yang lalu. Benjolan tersebut mulai membesar dengan diameter 5cm.
Merasa tidak nyaman ketika di buat makan dan minum, nyeri di bagian leher. Setelah di
lakukan biopsi ternyata CA Tyroid. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan hasil TD: 160/90
mmHg, Suhu: 370C, Nadi: 80x/menit, RR: 20x/menit, skala nyeri: 6
3.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN:
154. Nama : Ny. M
155. Umur : 55 Tahun
156. Jenis Kelamin : Perempuan
157. Suku/Bangsa : Jawa
158. Agama : Islam
159. Pekerjaan : IRT
160. Pendidikan : SD
161. Alamat : Wringin Pitu Mojowarno Jombang
Kel. Wringin pitu
162. No. Reg : 33-17-31
163. Tgl. MRS : 03-04-2017 (Jam 2.43)
164. Diagnosis medis : CA Tyroid (Strauma)
165. Tgl Pengkajian: 3 April 2017
166.
B. PENANGGUNG JAWAB PASIEN
167. Nama : Maisaroh
168. Pekerjaan : Swasta
169. Alamat : Wringin pitu mojowarno
170.
C. KELUHAN UTAMA
171. Pasien mengeluh nyeri di sekitar leher
172.
173.
174.
D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
175. Pasien mengeluh ada benjolan di leher sejak satu bulan yang lalu.
Benjolan tersebut mulai membesar dengan diameter 5cm. Merasa tidak nyaman
ketika di buat makan dan minum, nyeri di bagian leher. Setelah di lakukan biopsi
ternyata CA Tyroid.
176.
E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
177. Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit kanker sebelumnya
178.
F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
179. Suami pasien mempunyai penyakit hipertensi
180.
G. RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN
181.Tempat tinggal pasien bersih dan sehat
182.
4.1. PEMERIKSAAN FISIK
183. Suhu : 370C
184. Nadi : 80 x/menit
185. TD : 160/90 mmHg
186. RR : 20 x/menit
187. Skala nyeri : 6
188.
4.2. PEMERIKSAAN PERSISTEM
A. System Pernafasan
189. Anamnesa : tidak mengeluh sesak
190. Hidung
191. Inspeksi : tidak ada cupping hidung
192. Palpasai : tidak ada nyeri tekan
193. Mulut
194. Inspeksi : mukosa bibir (-), alat bantu nafas (-)
195. Area dada
196. Inspeksi : simetris
197. Palpasi : nyeri tekan (-)
198. Auskultasi : vesikuler
199.
B. System Cardiovaskular dan Limfe
200. Anamnesa : pasien tidak mengeluh nyeri dada
201. Wajah
202. Inspeksi : konjungtiva normal, pucat (-)
203. Leher
204. Inspeksi : bendungan vena jugularis (-)
205. Palpasi : nyari tekan (-)
206. Dada
207. Inspeksi : bentuk dada simetris
208. Palpasi : nyeri tekan (-)
209. Perkusi : pekak
210. Auskultasi : reguler
211. Ekstremitas atas
212. Inspeksi : sianosis (-)
213. Palpasi : CRT <2
214. Ektremitas bawah
215. Inspeksi : edema (-)
216. Palpasi : akral hangat
217.
C. Persyarafan
1 Uji Nervus 1 olfaktorius (pembau) : normal
2 Uji Nervus II Opticus (penglihatan) : baik
3 Uji Nervus III oculomotorius : normal
4 Uji Nervus IV toklearis : normal
5 Uji Nervus V trigeminus : normal
6 Uji Nervus VI abdusen : normal
7 Uji Nervus VII facialis : normal
8 Uji Nervus VIII additorius/akustikus : normal
9 Uji Nervus IX glosoparingeal : normal
10 Uji Nervus X vagus : normal
11 Uji Nervus XI aksesorius : normal
12 Uji Nervus hypoglossal : normal
218.
219.
D. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
220. Anamnesa : anoreksia
221. Mulut
222. Inspeksi : sianosis (-), stomatitis (-)
223. Palpasi : nyeri tekan (-)
224. Abdomen
225. Inspeksi : luka (-)
226. Kuadran I : nyeri tekan (-)
227. Kuadran II : nyeri tekan (-)
228. Kuadran III : nyeri tekan (-)
229. Kuadran IV : nyeri tekan (-)
230.
E. System Muskuluskeletal dan Integument
231. Anamnesa : ada benjolan pada maxilla, massa + diameter 10-12 cm, padat
keras
232. Wajah
233. Inspeksi : pucat (-), sianosis (-)
234. Palpasi : tidak simetris
235. Warna kulit : sawo matang
236. Kekuatan otot :
237. 4 4
238. 4 4
239.
F. System Endokrin dan Eksokrin
240. Anamnesa : nutrisi normal
241. Kepala
242. Inspeksi : benjolan di maxilla kanan
243. Leher
244. Inspeksi : pembesaran kelenjar tyroid (-)
245. Palpasi : pembesaran kelenjar tyroid (-), nyeri tekan (-)
246. Ekstrimitas bawah : edema (-)
247.
G. System Reproduksi
248. Anamnesa : Haid normal dan lancar
249.
H. Persepsi Sensori
250. Anamnesa : pasien tidak mengeluh nyeri mata
251.
252.
4.3. Diagnosa Keperawatan
253. NS
.
255. Nyeri Akut
DIAGNO
256. Domain : 12 kenyamanan
SIS : 257. Kelas : 1 kenyamanan fisik
254. (N
ANDA-I)
259. Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
258. D
atau yang digambarkan sebagai kerusakan (international
EFINITI
Association for study of pain) ; awitan yasng tibaq-tiba atau
ON:
lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi astau diprediksi
Bukti nyeri dengan menggunakan standart daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat mengungkapkannya ( misal., neonatal infan
pain scale, pain assement checklist for senior with limited a bility to
communicate)
Diaforesis
Dilatasi pupil
Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringitis)
Fokis menyempit (mis., persepsi waktu, proses berfikir, interaksi
dengan orang)
260. D Fokus pada diri sendiri
EFINING Keluhan tentang intensitas menggunakan standart skala nyeri (mis.,
CTERIS numerik)
Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (mis., anggota
TICS
keluarga, pemberi asuhan)
Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merenggek, menangis,
waspda)
Perilaku distraksi
Perubahan pada parameter fisiologis (mis, tekanan darah ,. Frekuensi
jantung, frekuensi pernafasan , saturasi oksigen , dan end-tidal
karbondioksida [CO2])
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Perubahan selera makan
Putus asa
Sikap melindungi area nyeri
Agens cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)
261. R Agens cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka bakar, terpotong,
ELATED mengangkat berat, prosedur bedah, truma, olahraga berlebihan)
FACTOR Agens cedera kimiawi (mis, luka bakar , kapsaisin, metilen klorida ,
S: agens mustard)
262.
295. 265.264.263.
341.
4.5. IMPLEMENTASI
344.
343.
342. Hari 347.
NO 346. TINDAKA
N 345. PARA
DIAGNO N
Tgl/ F
SA
Jam
348. 349. Ny 351. 1. Mengkaji tingkat nyeri : 356.
1. eri akut Senin, 6 penyebab, kualitas, lokasi nyeri
2. Kolaborasi pemberian obat
b.d agens Febr
352. Asering 1500 cc
cedera uari 353. Ceftriaxone 2 x 1 gr
biologis 201 (injeksi)
354. Antrain 3 x 1 gr
(mis., 7,
(injeksi)
infeksi, 15.0
355. Salep Trombopop
iskemia, 0WI 3. Mengobservasi tanda-tanda vital
a.TD: 150/90 mmHg
neoplasma B
b.N : 67 x/menit
) c.RR : 29 x/menit
d.Suhu : 36,2 0C
350.
e.Skala nyeri : 8
357. 358. Ny 360. 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 366.
a.TD : 150/90 mmHg
2. eri akut Selasa,
b.N : 64 x/menit
b.d agens 7 c.RR : 21 x/menit
d.Suhu : 35,60C
cedera Febr
e.Skala nyeri : 5
biologis uari 2. Kolaborasi pemberian obat
361. Asering 1500 cc
(mis., 201
362. Ceftriaxone 2 x 1 gr
infeksi, 7,
(injeksi)
iskemia, 13.0 363. Antrain 3 x 1 gr
neoplasma 0WI (injeksi)
364. Salep Trombopop
) B
3. Mengajarkan teknik relaksasi
359.
nafas dalam dan distraksi
365.
367.
4.6. EVALUASI
393.
394.
395.
396.
397. BAB IV
398. PENUTUP
399.
4.1 Kesimpulam
400.
4.2 Saran
401.
402.
403. DAFTAR PUSTAKA
404.
405.
406.