Jennica Fidelia (1401010031) Sanitasi dalam Industri Pangan
Dalam pelaksanaan produksi pangan, ada beberapa regulasi yang berlaku,
antara lain CPMB SK Menkes No. 23 Tahun 1978, UU No.7 Tahun 1996, PP No.28 Tahun 2004, dan CPPOB Permenperin No.75 Tahun 2010. Dari keempat regulasi tersebut, pada dasarnya membahas hal yang sama, yaitu cara memproduksi produk pangan yang baik. Dalam praktik produksi pangan, ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan: - aspek lokasi dan bangunan, dalam memproduksi makanan, harus dipilih lokasi yang tidak tercemar dan tidak berdekatan dengan pabrik atau bangunan yang berpotensi sebagai pencemar. Setelah itu, dalam membangun tempat produksi harus diperhatikan, jangan sampai sulit untuk dibersihkan dan memiliki potensi untuk menyimpan debu atau kotoran, misalnya dalam sambungan antara dinding dengan dinding maupun dinding dengan lantai, harus dibuat melengkung sehingga tidak terdapat celah untuk tempat kotoran menempel. - aspek fasilitas sanitasi, dalam tempat produksi harus memiliki tempat sanitasi yang baik serta jumlahnya mencukupi untuk semua karyawan, selain itu pembuangan air dan limbah sanitasi harus diperhatikan, agar tidak mencemari proses produksi. - aspek mesin dan peralatan, dalam mendesain mesin dan peralatan yang kontak langsung dengan bahan pangan, harus memerhatikan letaknya sehingga mudah untuk dipantau dan meminimalisir potensi pencemaran. - aspek bahan, dalam proses produksi, harus diperhatikan kualitas bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, air, serta bahan tambahan pangan lainnya, agar dapat dihasilkan produk yang baik dan berkualitas. - aspek pengawasan proses, selama proses produksi, harus diawasi dengan baik, serta diberikan keterangan yang baik untuk setiap bagian prosesnya, sehingga mutu dan keamanan produk akhir dapat terjaga. - aspek produk akhir, ketika produk akhir telah selesai, harus dapat memenuhi standar mutu maupun persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya, baik standar pemerintah maupun standar perusahaan. - aspek laboratorium, sebelum produk akhir dipasarkan, maka harus dilakukan uji laboratorium untuk memastikan apakah produk tersebut sudah memenuhi standard dan tidak beresiko tercemar oleh berbagai pencemar. - aspek karyawan, dalam proses produksi makanan, maka kesehatan dan higiene karyawan harus diperhatikan. Karyawan yang sakit atau terluka, tidak diperkenankan bersentuhan langsung dengan produk makanan, selain itu setiap akryawan harus menggunakan pakaian pelindung agar meminimalisir terjadinya cemarana. - aspek kemasan dan label produk, dalam memproduksi produk pangan, maka kemasan yang digunakan harus dapat melindungi produk dari berbagai serangan pencemar, selain itu harus memiliki label serta keterangan yang jelas sehingga tidak menyesatkan konsumen. - aspek pengangkutan, dalam pendistribusian produk, harus dirancang sedemikian rupa sehingga meminimalisir terjadinya kerusakan dan penurunan kualitas produk. - aspek dokumentasi dan pencatatan, setiap kegiatan produksi harus memiliki dokumentasi dan pencatatan yang baik, sehingga ketika sewaktu-waktu dibutuhkan, maka dapat ditelusuri dokumentasinya. - aspek pelatihan, setiap karyawan yang bekerja harus mengikuti pelatihan dan pembinaan mengenai sanitasi dan higiene, sehingga dapat mengurangi potensi pencemaran dalam produksi. - aspek penarikan produk, apabila produk yang telah diedarkan terbukti menyebabkan penyakit atau keracunan, maka produk harus ditarik dari peredaran, berdasarkan tanggal produksinya. - aspek pelaksanaan pedoman, dalam melakukan CPPOB, perusahaan harus memiliki dokumentasi dalam pengoperasian program, selain itu seluruh jajaran karyawan harus bertanggung jawab dalam melaksanakan program CPPOB. Dalam pelaksanaannya sendiri, seringkali banyak aspek yang dilanggar oleh para pelaku usaha pengolahan pangan, terlebih pada industri kecil dan menengah. Sedangkan pada industri skala besar, ada umumnya sudah menerapkan GMP dengan baik. Pada industri kecil dan menengah, pada umumnya kurang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai praktek cara produksi pangan olahan yang baik (CPPOB), sehingga seringkali mengabaikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan, misalnya pemilihan lokasi, dan pembuatan bangunan, juga aspek sanitasi. Banyak industri rumah tangga yang berlokasi dekat dengan pemukiman padat penduduk, maupun berdekatan dengan sungai yang tercemar. Ada pula pelaku industri rumah tangga yang tidak menerapkan higiene yang baik dalam proses produksinya, misalnya menggunakan air sungai atau air tanah yang berdekatan dengan septic tank untuk proses produksinya. Namun tidak menutup kemungkinan jika pelaku industri besar juga tidak melakukan CPPOB dengan baik, misalnya dalam pengolahan limbah maupun dalam sanitasinya. Oleh karena kurangnya pelaksanaan CPPOB yang baik, seringkali ditemukan produk pangan yang tercemar dan memiliki kualitas yang kurang baik, sehingga dapat menyebabkan keracunan dan penyakit jika dikonsumsi oleh masyarakat.