Anda di halaman 1dari 16

DEFINISI

HARGA DIRI Perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak
RENDAH berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa
Keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
ISOLASI SOSIAL berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori
HALUSINASI seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, dan penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada
Keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara
WAHAM
logis oleh orang lain,keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan hormon kontrol
Suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
PERILAKU
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
KEKERASAN
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif
Suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan
yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
RISIKO BUNUH
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang
DIRI
mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini
sebagai sesuatu yang diinginkan
TANDA DAN GEJALA
HARGA DIRI RENDAH ISOLASI SOSIAL HALUSINASI
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri 1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara 1. Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. 2. Tidak mengikuti kegiatan
2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3. Merendahkan martabat. 3. Banyak berdiam diri dikamar
4. Percaya diri kurang. 4. Klien menyendiri dan tidak mampu yang aneh dan mengganggu
5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan
berinteraks dengan orang terdekat 3. Berhenti berbicara sesaat ditengah-
khawatir, menolak diri sendiri. 5. Klien tampak sedih, datar dan dangkal
tengah kalimat untuk mendengarkan
6. Perasaan tidak mampu. 6. Kontak mata kurang
7. Pandangan hidup yang pesimistis. 7. Kurang spontan sesuatu
8. Tidak berani menatap lawan bicara. 8. Apatis terhadap lingkungan
4. Disorientasi (kekacauan pikiran)
9. Lebih banyak menunduk. 9. Ekspresi wajah yang kurang berseri
10. Penolakan terhadap kemampuan diri 10. Tidak merawat diri dan tidak 5. Tidak mampu atau kurang konsentrasi
11. Kurang memperhatikan perawatan diri
memperhatikan kebersihan diri 6. Cepat berubah pikiran
(Kuku panjang dan kotor, rambut panjang 11. Mengisolasi diri
7. Menarik diri
12. Tidak kurang sadar terhadap lingkungan
dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor).
13. Masukan makanan dan minuman 8. Suka marah dengan tiba-tiba dan
tergnggu menyerang orang lain tanpa sebab
9. Sering melamun
10. Tidak dapat membedakan hal yang
nyata dan tidak nyata
11. Sikap curiga dan bermusuhan

TANDA DAN GEJALA


WAHAM PERILAKU KEKERASAN RISIKO BUNUH DIRI
1) Kognitif 1. Menyerang orang yang sedang 1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
a Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak mengusiknya jika sedang kesal atau 2. Mengungkapkan keinginan untuk
nyata kesal mati.
b Individu sangat percaya pada keyakinannya
c Sulit berpikir realita
2. Nada suara tinggi dan keras 3. Mengungkapkan rasa bersalah dan
d Tidak mampu mengambil keputusan 3. Mengungkapkan perasaan tidak berguna
4. Keputusasaan
2) Afektif 4. Benci / kesal dengan seseorang
a Situasi tidak sesuai dengan kenyataan 5. Suka membentak 5. Impulsif.
b Afek tumpul
6. Sering pula tampak klien memaksakan 6. Memiliki riwayat bunuh diri.
3) Perilaku dan Hubungan Social
a Hipersensitif kehendak 7. Menunjukkan perilaku yang
b Hubungan interpersonal dengan orang lain 7. Pandangan tajam mencurigakan (biasanya menjadi
tumpul 8. Suka merampas barang milik orang lain sangat patuh).
c Mengancam secara verbal 9. Mata merah dan wajah agak merah
d Curiga
4) Fisik
10. Bicara
a Hygine kurang menguasai
b Muka pucat 11. Meng
c BB menurun ungkapkan adanya keluhan fisik,
Tanda dan gejala yanglain yang bisa terjadi berdebar-debar, merasa tercekik, dada
pada waham yaitu sebagai berikut:
sesak, bingung
1 Menolak makan
12. Otot
2 Tidak ada perhatian pada perawatan diri.
3 Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan.
tegang
4 Mudah tersinggung, menghindari orang 13. Berde
lain bat
5 Isi pembicaraan tidak sesuai dengan 14. Meng
kenyataan, pembicaraan diulang eluh perasaan terancam
6 Tidak bisa membedakan antara kenyataan
dan bukan kenyataan.
7 Mendominasi pembicaraan
8 Pembicaraan diulang-ulang
9 Menghindari orang lain

PENGKAJIAN DATA FOKUS


HARGA DIRI RENDAH ISOLASI SOSIAL HALUSINASI
PSIKOSOSIAL PSIKOSOSIAL STATUS MENTAL
1 Konsep diri 1. Konsep Diri 1. Penampilan
a Gambaran diri a Gambaran Diri Kebersihan dan kerapihan klien kurang, cara
Cenderung merendahkan dirinya sendiri, Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian berpakaian tidak seperti biasanya. Pasien juga
perasaan tidak mampu dan rasa bersalah tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap jarang mau mandi.
terhadap diri sendiri. bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian 2. Pembicaraan
b Identitas diri yang disukai. Saat diajak berkomunikasi, bicara klien cepat
Lebih banyak menunduk, kurang percaya diri, b Identitas diri dan keras. Tetapi suatu ketika klien berhenti
dan tidak berani menatap lawan bicara. Mengalami ketidakpastian memandang diri,
c Fungsi peran bicara seperti mendengarkan sesuatu yang
sukar menetapkan keinginan dan tidak
Tidak mampu melakukan perannya secara mengganggunya.
mampu mengambil keputusan.
maksimal hal ini ditandai dengan kurang 3. Aktifitas Motorik
c Peran
percaya diri dan motivasi yang kurang dari Berubah atau berhenti fungsi peran yang Klien tampak gelisah, melamun, terkadang jalan
individu tersebut. disebabkan penyakit, proses menua, purus mondar-mandir. Klien kadang-kadang juga
e Ideal diri skolah, phk, perubahan yang terjadi saat klien marah-marah tanpa sebab dan ingin memukul
Ccenderung percaya diri kurang, selalu orang.
sakit dan dirawat.
merendahkan martabat, dan penolakan d Ideal diri 4. Afek dan Emosi
terhadap kemampuan dirinya. Cenderung mengungkapakan keputusan Afek klien cenderung labil, emosi yang cepat
f Harga diri karena penyakitnya, mengungkapkan berubah-ubah. Sedangkan emosi klien
Merasa malu terhadap dirinya sendiri, rasa terkadang kuatir, gembira, sedih, dan ketakutan.
keinginan yang terlalu tinggi.
bersalah terhadap dirinya sendiri, e Harga diri 5. Interaksi selama wawancara
merendahkan martabat, pandangan hidup Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa Klien kooperatif ketika diajak ngobrol, tapi
yang pesimis, penolakan terhadap bersalah terhadap diri sendiri, gangguan kontak mata klien kurang, klien mengatakan
kemampuan diri, dan percaya diri kurang. hubungan social, merendahkan martabat, mudah tersinggung dan curiga jika mengobrol
2 Hubungan Sosial menciderai diri, dan kurang percaya diri. dengan orang lain.
Cenderung menarik diri dari lingkungn 2. Hubungan Sosial 6. Persepsi Sensori
sekitarnya dan klien merasa malu. Sering menyendiri, cenderung menarik diri dari Klien mengalami halusinasi dengar. Isi suara
lingkungan pergaulan, suka melamun, dan yang klien dengar adalah suara ibunya yang
berdiam diri. Hambatan klien dalam menjalin sudah meninggal kurang lebih 4 tahun yang
hubungan soial oleh karena malu atau merasa lalu, mendiang ibu klien selalu memberi nasehat
adanya penolakan oleh orang lain. pada klien agar tidak hamil dan menikah lagi.
STATUS MENTAL
1. Penampilan STATUS MENTAL
Kurang memperhatikan perawatan diri 1. Penampilan Klien juga sering mendengar suara orang yang
2. Pembicaraan Defisit perawatan diri menyuruhnya mati, suara-suara itu muncul
Bicaranya cenderung gagap, sering terhenti terkadang 2 sampai 3 kali sehari, klien
2. Pembicaraan
bloking, lambat, membisu, menghindar, dan mendengar suara itu saat dia melamun,
Tidak mampu memulai pembicaraan,berbicara
tidak mampu memulai pembicaraan sendirian dan malam hari. Lama suara-suara itu
hanya jika ditanya
3. Aktivitas motorik
kurang lebih 7 menit. Saat klien mendengar
Lebih sering menunduk, tidak berani menatap 3. Aktifitas motorik
Cenderung lesu dan lebih sering duduk suara-suara itu klien merasa takut, cemas dan
lawan bicara, dan merasa malu.
4. Afek dan Emos menyendiri, berjalan pean dan lemah. sangat terganggu. Klien biasanya hanya berdoa
Cederung datar Aktivitas motorik menurun, kadang ditemukan dan minta perlindungan dari Allah SWT agar
5. Proses Pikir : hipoksia dan katelepsi. suara itu menghilang.
a) Arus Pikir: cenderung blocking 4. Afek dan emosi 7. Proses Pikir
b) Bentuk Pikir : fantasi atau lamunan a Proses Pikir (Arus dan Bentuk Pikir)
Cenderung datar, tumpul
c) Isi Pikir : Pikian rendah diri, Rasa bersalah, Saat berinteraksi klien mampu menjawab apa
5. Persepsi-sensori
Pesimis yang ditanyakan lawan bicara secara
6. Beresiko mengalami gangguan
berurutan sesuai dengan topik tanpa
sensori/pengelihatan halusinasi
menunggu lama. Klien menjawab pertanyaan
7. Proses pikir
yang diberikan dengan pembicaraan yang
a. Proses pikir: bloking dan otistik
cepat dan lancar.
b. Isi fikir:
b Isi Pikir
Rasa terisolasi, tersekat, terkucul, terpencil
Klien sering curiga dan berprasangka buruk
dari lingkungan sekitarnya/masyarakat,
pada orang lain yang belum ia kenal. Klien
merasa ditolak, tidak disukai orang lain, dan
juga merasa bahwa dirinya bisa
tidak enak berkumpul dengan orang lain
menyembuhkan orang yang sakit.
sehingga sering menyendiri
c. Memori
Sulit mengingat hal-hal yang terjadi oleh
karena menurunnya konsentrasi
PENGKAJIAN DATA FOKUS
WAHAM PERILAKU KEKERASAN RISIKO BUNUH DIRI
PSIKOSOSIAL PSIKOSOSIAL PSIKOSOSIAL
1 Konsep Diri 1 Konsep Diri 1 Konsep diri
a. Gambaran diri a Gambaran diri a. Gambaran diri
Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian Mengenai gambaran dirinya ialah Mengungkapkan perasaaan keputusasaan dan
tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap pandangan tajam, tangan mengepal, muka merasa ingin mati.
bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian memerah. b. Identitas diri
yang disukai. b Identitas diri Tidak puas dengan status ataupun pekerjaan
b. Identitas diri Biasanya identitas dirinya ialah moral yang yang sedang dijalinya.
Mengalami tidak kepastian memandang kurang karena menunjukkan pendendam, c. Peran diri
dirinya, sukar menetapkan keinginan dan tidak pemarah, bermusuhan. Tidak mampu melaksanakan tugas atau
mampu mengambil keputusan. c Fungsi peran peranya dalam keluarga maupun pekerjaan
c. Fungsi peran Terganggu karena adanya perilaku yang dan masyarakat.
Biasa berubah atau berhenti fungsi peran yang menciderai diri sendiri, orang lain, dan d. Ideal diri
disebabkan penyakit, proses menua, putus lingkungan. Merasa kesediahan dan keputusasaan yang
sekolah, PHK, perubahan yang terjadi saat d Ideal diri sangat mendalam, tidak ada harapan lagi
klien sakit dan dirawat. Harapan klien terhadap keadaan tubuh dengan masalah yang menimpanya.
d. Ideal diri yang ideal, posisi, tugas, peran dalam e. Harga diri
Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi. keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan Situasi seperti masalah keluarga atau
e. Harga diri klien terhadap lingkungan, harapan klien pekerjaan yang sedang dihadapi saat ini.
Adanya gangguan harga diri rendah karena 2 Hubungan social
terhadap penyakitnya, bagaimana jika
perasaan negatif terhadap diri sendiri, Cenderung ada gangguan daalam berhubungan
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal dengan orang lain, mereka tidak dapat
e Harga diri
mencapai tujuan. harga diri rendah karena penyebab awal berhubungan dengan orang lain
2 Hubungan Sosial 3 Spiritual
klien PK marah yang tidak bisa menerima
Memiliki hubungan sosial sesuai dengan jenis Meyakini bahwa tidak ada gunanya untuk hidup
kenyataan dan memiliki sifat labil yang
waham yang dialami. tidak terkontrol dan beranggapan dririnya
3 Spiritual
tidak berharga.
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/
2.Hubungan Sosial
menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
Resiko menyiderai diri sendiri, orang lain, dan
menjalankan keyakinan.
lingkungan serta memiliki amarah yang tidak
STATUS MENTAL dapat terkontrol STATUS MENTAL
1. Penampilan STATUS MENTAL 1. Penampilan
Penampilannya sesuai dengan waham yang 1 Penampilan Tidak rapi, acak-acakan, cenderung tidak mau
dialami. Tidak mampu merawat penampilannya makan agar cepat meninggal
2. Pembicaraan 2 Pembicaraan 2. Pembicaraan
Cenderung pembicaraannyabicara cepat, jelas Cara bicara klien kasar, suara tinggi, Topik yang dibicarakan tentang kematian dan
tapi berpindah-pindah, isi pembicaraan tidak membentak, ketus, berbicara denan kata-kata penyesalan hidup
sesuai dengan kenyataan. kotor. 3. Aktivitass motoric
3. Aktivitas Motorik 3 Aktivitas Motorik Mengarah untuk mengakhiri Afek dan emosi
Cenderung bersikap aneh Terlihat tegang dan gelisah, muka merah, 4. Interaksi selama wawancara
4. Afek Dan Emosi jalan mondar-mandir. Kontak kurang : tidak mau menatap lawan
Euforia: rasa senang, riang gembira, bahagia 4 Afek dan Emosi bicara
yang berlebihan tidak sesuai dengan kenyataan. Emosi klien cepat berubah-ubah cenderung 5. Persepsi sensori
Kesepian: merasa dirinya ditinggalkan mudah mengamuk, membanting barang- Adanya halusinasi pendengaran yang
5. Interaksi Selama Wawancara barang melukai diri sendiri, orang lain menyuruhnyamengakhiri hidupnya
Defensif: selalu berusaha mempertahankan 6. Proses piker
maupun objek disekitar, dan berteriak-teriak.
pendapat dan kebenaran dirinya. a. Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-
5 Interaksi Selama Wawancara
6. Proses Pikir Biasanya mudah marah, defensive bahwa kali pada suatu ide pikiran
a Arus Pikir Dan Bentuk Pikir b. Isi fikir
pendapatnya paling benar, curiga, sinis dan
Derreistik:bentuk pemikiran tidak sesuai Pikiran bunuh diri : isi pikiran yang dimulai
menolak dengan kasar
kenyataan yang ada atau tidak mengikuti dengan memikirkan usaha bunuh diri
6 Persepsi/Sensori
logika secara umum. Resiko untuk mengalami persepsi sensori sampai terus menerus berusaha untuk dapat
bIsi Pikir bunuh diri
sebagai penyebabnya.
Pada pasien waham isi pikirnya sesuai 7. Tingkat kesadaran
7 Proses Pikir
wahamnya. a Arus Pikir Bingung
7. Memori Dengan lamunan, fantasi, waham dan 8. Memori
Konfabulasi:ingatan yang keliru ditandai Kontigulasi:ingatan yang keliru dan biasanya
halusinasinya yang cenderung
dengan pembicaraan yang tidak sesuai bercerita yang tidak sesuai dengan kenyataan.
menyenangkan dirinya
kenyataan, memasukkan cerita tidak benar 9. Tingkat konsentrasi dan berhitung
b Isi Pikir
untuk menutupi gangguan daya ingatnya. a. Mudah beralih
Klien memiliki pemikiran curiga, dan tidak
8. Daya Tilik b. Tidak mampu berkonsentrasi
percaya kepada orang lain dan merasa c. Tidak mampu berhitung
cenderung menyalahkan orang lain dirinya tidak aman
8 Tingkat Kesadaran
Bingung sendiri untuk menghadapi
kenyataan dan mengalami kegelisahan.

POHON MASALAH
HARGA DIRI RENDAH ISOLASI SOSIAL HALUSINASI
Isolasi Sosial : Menarik Diri (Akibat) Resiko Halusinasi (Efek)
Effect/Akibat Resiko tinggi perilaku
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah (Core problem) kekerasan

Isolasi Sosial (Core Problem) Core Problem Perubahan persepsi sensori :


Tidak efektifnya Koping Individu (causa/penyebab) Halusinasi
Cause/Penyeb Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah (Causa) ab
Harga diri rendah kronis

WAHAM PERILAKU KEKERASAN RISIKO BUNUH DIRI


Effect Resiko tinggi perilaku kekerasan Resiko keerasan terhadap diri sendiri, orang lain Effect Bunuh Diri

Core Problem Risiko Bunuh Diri


Core problem Perubahan proses pikir;waham Perilaku kekerasan

Cause Isolasi Sosial


Gangguan harga diri: harga diri rendah
Causa Harga diri rendah kronis
Harga Diri Rendah Kronis
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
Tujuan Umum: Klien mampu meningkatkan harga diri
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
HARGA DIRI
TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang didapat digunakan
RENDAH
TUK 4 : Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
Tujuan Umum: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
TUK 1 : Klien dapat membinahubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab perilaku menarik diri
TUK 3 : Klien dapat menyebutkan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan
ISOLASI SOSIAL dengan orang lain
TUK 4 : Klien dapat Melaksanakan hubungan sosia l secara secara bertahap.
TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
TUK 6 : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga atau keluarga mampu mengembangkan
kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
Tujuan Umum: Klien dapat mengontrol halusinasinya
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
TUK 2 : Klien dapat mengenali halusinasinya
HALUSINASI
TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya
TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya
TUK 5 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengendalikan halusinasinya
WAHAM Tujuan Umum: Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan terarah.
Tujuan Khusus:
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2: Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki
TUK 3: Klien dapat mengidentifika-si kebutuhan yang tidak terpenuhi
TUK 4: Klien dapat berhubungan dengan realistis
TUK 5: Klien dapat dukungan keluarga
TUK 6: Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tujuan Umum: Klien tidak melaukan kekerasan
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
PERILAKU
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
KEKERASAN
TUK 4 : klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
TUK 6 :Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan
Tujuan Umum: Klien tidak melakukan bunuh diri
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat meningkatkan harga diri
TUK 3 : Klin dapat mendemonstrasian cara fisik untuk mencengah bunuh diri
RISIKO BUNUH
TUK 4 : Klien dapat mendemonstrsikan cara social untuk mencenga bunuh diri
DIRI
TUK 5 : Klien dapat mendemonstrsikan cara social untuk mencenga bunuh diri
TUK 6 : Kliien Mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencengah bunuh diri
TUK 7 : Klien dapat mengikuti stimulsi persebsi pencegahan bunuh diri
TUK 8 : Klien mendpatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pncegahan bunuh diri
STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH ISOLASI SOSIAL HALUSINASI
a. SP 1 Pasien: a. SP 1 Pasien: a. Sp 1 Pasien :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan 1. Identifikasi penyebab: 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
aspek positif yang dimiliki klien. a) Siapa yang satu rumah dengan pasien? 2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
2. Menilai kemampuan yang dapat b) Siapa yang dekat dengan pasien? Dan
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
dilakukan saat ini apa sebabnya?
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
3. Memilih kemampuan yang akan di c) Siapa yang tidak dekat dengan pasien?
pasien
latih Dan apa penyebabnya?
2. Keuntungan dan kerugian berinteraksi 5. Mengidentifikasi situasi yang
4. Melatih kemampuan pertama yang
dengan orang lain menimbulkan halusinasi
dipilih
3. Latihan berkenalan 6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap
5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan
4. Masukkan jadwal kegiatan pasien halusinasi
klien
b. SP 2 Pasien 7. Mengajarkan pasien menghardik
b. SP 2 Pasien 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian halusinasi
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1) 8. Menganjurkan pasien memasukkan cara
klien (SP 1) 2. Melatih berhubungan social secara
2. Melatih kemampuan kedua yang menghardik halusinasi dan jadwal
bertahap (pasien dan keluarga) kegiatan harian
dipilih klien. 3. Memasukkan kedalam jadwal harian.
3. Melatih kemampuan yang dipilih b. Sp 2 pasien :
c. SP 3 Pasien
4. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
harian. 2) pasien
c. SP 3 Pasien 2. Latih ADL (Kegiatan sehari hari), cara 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP bicara dengan cara bercakap-cakap dengan orang
1 dan 2) 3. Masukkan kedalam kegiatan jadwal klien lain
2. Memilih kemampuan ketiga yang d. SP 1 Keluarga 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
dapat dilakukan 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan jadwal kegiatan sehari-hari
3. Melatih kemampuan ketiga yang keluarga dalam merawat klien c. Sp 3 pasien :
dipilih. 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
4. Masukkan dalam kegiatan jadwal isolasi social serta protes terjadinya pasien
3. Menjelaskan cara merawat klien dengan
klien isolasi social 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
4. Bermain peran dalam merawat pasien dengan melakukan kegiatan (kegiatan
isolasi social (Simulasi) yang biasa dilakukan pasien)
d. SP 1 Keluarga 5. Menyusun RTL keluarga/ jadwal
1. Mendiskusikan masalah yang keluarga untuk merawat pasien 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
e. SP 2 Keluarga
dirasakan keluarga dalam merawat kegiatan sehari-hari
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
klien. 2. Melatih keluarga merawat langsung klien d. Sp 4 pasien :
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan 1. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (Sp 1, 2,
dengan isolasi social
gejala harga diri rendah serta proses 3. Menyusun RTL keluarga/ jadwal 3)
terjadir keluarga untuk merawat klien 2. Menanyakan pengobatan sebelumnya
3. Menjelaskan cara merawat klien f. SP 3 Keluarga 3. Menjelaskan tentang pengobatan
dengan harga diri rendah. 1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1,2) 4. Melatih pasien minum obat (5 benar)
4. Bermain peran dalam merawat pasien 2. Evaluasi kemampuan klien 5. Masukkan jadwal
HDR. 3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan e. Sp 1 keluarga :
5. Menyusun RTL keluarga/jadwal follow up dan rujukan. 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga untuk merawat klien.
keluarga dalam merawat pasien
e. SP 2 Keluarga
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Melatih keluarga merawat langsung halusinasi dan jenis halusinasi yang di
klien dengan harga diri rendah. alami pasien beserta proses terjadinya
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
keluarga untuk merawat klien. halusinasi
f. SP 3 keluarga. f. Sp 2 keluarga :
1. Evaluasi kemampuan keluarga(SP 1). 1. Melatih keluarga mempratekkan cara
2. Evaluasi kemampuan klien merawat pasien dengan halusinasi
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
follow up dan rujukan. langsung kepada pasien halusinasi
g. Sp 3 keluarga :
1. Membantu keluarga membuat jadwal
kegiatan aktivitas dirumah termasuk
minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
STRATEGI PELAKSANAAN
WAHAM PERILAKU KEKERASAN RISIKO BUNUH DIRI
a. Sp 1 Pasien : a SP 1 Pasien a. Sp 1 Pasien
1. Mengidentifikasi kebutuhan 1. BHSP 1. Membina hubungan saling percaya kepada klien
2. Klien bicara konteks realita 2. Identifikasi penyebab 2. Mengidentifikasi benda-bendayang dapat
3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya 3. Tanda dan gejala PK membahayakan pasien
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien 4. Akibat 3. Mengamankan benda-benda yang dapat
b. Sp 2 Pasien : 5. Latihan cara fisik 1,2
6. Masuk jadwal kegiatan pasien. membahayakan pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1) 4. Melakukan kontrak treatment
2. Identifikasi potensi /kemampuan yang dimiliki b SP2 Pasien
1. Evaluasi kegiatan lalu 5. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
3. Pilih dan latih potensi kemampuan yang dimiliki 6. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien 2. Latihan verval
3. Masuk jadwal kegiatan pasien b.Sp 2 Pasien
c. Sp 3 Pasien :
c . SP3 Pasien 1. Mengidentifikasi aspek positif pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( sp 1 dan 2)
1. Evaluasi kegiatan Sp 1,2. 2. Mendrong pasien untuk berpikir positif terhadap diri
2. Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan
2. Latihan spiritual. sendiri
3. Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang 3. Latih obat.
dimiliki 3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai
4. Masuk jadwal Kegiatan pasien
4. Masukan dalam jadwal d SP1 Keluarga individu yang berharga
d. SP 1 Keluarga 1. BHSP c. Sp 3 Pasien
1. Mengdentifikasi masalah keluarga dalam 2. Mengidentifikasi masalah yang dirasakan keluarga 1. Mengidentifikasi yang bisa diterapkan pasien
merawat pasien dalam merawat pasien 2. Menilai pola koping yang biasa dilakukan
2. Menjelasakan proses terjadinya waham 3. Menjelaskan PK pada anak 3. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
3. Menjelaskan tentang cara merawat pasien 4. Menjelaskan tentang cara merawat anak PK. 4. Mendorong pasien memilih pola koping yang
waham 5. Latihan merawat pasien konstruktif
4. Latih (stimulasi) cara merawat 6. RTL keluarga. 5. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang
5. RTL keluarga / jadwal untuk merawat pasien e SP2 Keluarga konstruktif dalam kegiatan harian
e. SP 2 Keluarga 1. Evaluasi (SP 1) d. Sp 4 Pasien
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1) 2. Latih keluarga cara merwat (langsung ke pasien). 1. Membuat rencana masa depan yang realistik bersama
2. Melatih keluarga merawat langsung klien 3. Melatih (langsung ke pasien) pasien
4. Menyusun RTL keluarga 2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan
dengan harga diri rendah
3. Manyusun RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk f SP3 Keluarga yang realistik
merawat klien 1. Evaluasi kempuan keluarga 3. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam
f. SP 3 Keluarga 2. Evaluasi kempuan pasien.. rangka meraih masa depan yang realistik
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1) 3. Latih (langsung ke pasien) e. Sp 1 Keluarga
2. Evaluasi kemampuan klien 4. RTL keluarga: 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up 5. Follow up. dalam merawat pasien
dan rujukan 6. Rujukan. 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko
bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh diri yang dialami
pasien beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara cara merawat psien resiko bunuh


diri
f. Sp 2 Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat pasien
dengan resiko bunuh diri
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien resiko bunuh diri
g. Sp 3 Keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah
termasuk minum obat.
2. Menjelaskan follow up pasien.

Anda mungkin juga menyukai