LTM 3 Bioreaktor
Kelompok :8
I. Outline
Biokatalis dalam Bioreaktor
Desain reaktor untuk kestabilan suhu
II. Pembahasan
1. Peran Biokatalis dan Kondisi Lingkungan dalam Bioreaktor
Ada dua komponen penting dalam bioproses, yaitu biokatalis (berupa
enzim atau sel makhluk hidup) dan kondisi lingkungan. Untuk
berlangsungnya setiap reaksi metabolisme sel dibutuhkan enzim
spesifik yang bertindak sebagai biokatalis. Bahan penyusun utama
biokatalis berupa protein, yang dapat berfungsi pada lingkungan yang
sesuai. Lingkungan optimal dapat dicapai dengan menempatkan
biokatalis dalam wahana yang disebut bioreaktor. Bioreaktor
memberikan lingkungan fisik sehingga sel/biokatalis dapat melakukan
interaksi dengan lingkungan dan nutrisi yang dimasukkan ke dalamnya.
Bioreaktor sebagai wahana bioproses memegang peranan penting untuk
mendayagunakan reaksi-reaksi biokimiawi yang dilakukan oleh enzim
atau sel (mikroba, tanaman, dan hewan).
O2 merupakan faktor dasar yang menentukan pertumbuhan dan
aktivitas proses pada sel aerobik. Biasanya diukur menggunakan
parameter laju perpindahan oksigen (OTR: Oxygen Transfer Rate).
Apabila senyawa dalam substrat tidak mengandung oksigen (misal
parafin), maka kebutuhan oksigen akan menjadi lebih besar.
Suhu lingkungan mempengaruhi reaksi biokatalisis. Biokatalis
mempunyai suhu optimal yang spesifik. Dengan demikian laju
pertumbuhan sel dan pembentukan produk hasil reaksi biokatalisis
umumnya tergantung pada suhu. Pada bioreaktor, suhu dikendalikan
dengan mekanisme tertentu agar bioproses berlangsung optimal. Panas
yang terbentuk biasanya dikendalikan menggunakan air pendingin atau
sel tahan panas (termofilik).
Aktivitas biokatalis dipengaruhi pH. Kecepatan reaksi enzimatis
(biokatalisis) dan laju pertumbuhan terbaik pada pH optimal. Tingkat
konsentrasi ion H+ atau pH yang sesuai menjamin berlangsungnya
bioproses secara optimal. Walaupun kadang-kadang pH media serendah
mungkin digunakan untuk mengurangi gangguan karena adanya
kontaminasi oleh makhluk hidup yang lain (kontaminan).
2. Desain reaktor untuk kestabilan suhu
Bioreaktor pada umumnya dilengkapi dengan sensor remote yang terletak di dalam
medium untuk mengontrol suhu. Sensor suhu yang terdapat pada bioreaktor biasanya
sudah terpasang dalam sistem bioreaktor tersebut dan dilengkapi dengan kotak pengaturan
(control box) dan layar digital (digital monitor). Dua jenis sensor yang paling umum
digunakan untuk mengukur suhu medium kultur dalam bioreaktor adalah sensor jenis
probe dan termokopel.
Probe pengukur suhu pada umumnya berukuran tipis dan panjang serta memiliki
spesifikasi tertentu. Beberapa contoh spesifikasi probe pada gambar 2 antara lain: dapat
diautoklaf hingga 130 C; jangkauan pengukuran dari 20 C hingga 180 C; bagian
elektroda terbuat dari stainless steel; sensitivitas pengukuran tinggi; waktu respon singkat;
serta penggunaan pada bioreaktor kecil berdiameter kecil. Pada umumnya probe yang
digunakan berasal dari golongan RTD (Resistive Temperature Detector). Contoh sensor
suhu dari golongan RTD adalah Pt/100 yang merupakan salah satu jenis sensor suhu yang
terkenal dengan keakurasiannya. RTD mengukur suhu larutan berdasarkan perubahan
hambatan pada konduktor logam. Selain probe, termokopel juga biasanya digunakan untuk
mengukur suhu dalam sistem bioproses. Termokopel lebih murah dalam harga
dibandingkan probe RTD tetapi pengukuran temperatur yang dihasilkan tidak seakurat dan
sestabil probe RTD.
Pada penggunaan yang ditujukan untuk kontrol suhu, sinyal yang berasal dari detektor
pertama-tama diamplifikasi, dilinearisasi, dan kemudian ditransmisikan ke sebuah
controller, dimana sinyal tersebut dibandingkan dengan nilai set-point. Kontrol suhu
bioreaktor sering sekali diperoleh dengan mengatur suhu atau laju alir air dalam sebuah
jaket air eksternal atau dalam pemanas internal atau kumparan pendingin. Perbedaan
temperatur antara fluida penukar kalor dan medium kultur akan mengubah laju
perpindahan kalor antar keduanya.
Gambar 2. Konfigurasi perpindahan kalor pada bioreaktor: (a) jacketed vessel;(b) external coil; (c) internal helical
coil; (d) internal helical coil; (e) external heat exchanger (Sumber: Doran P, 1995)
Daftar Pustaka