Bersama sel otot, neuron khas karena mereka dapat dieksitasi; dimana, mereka
berespon terhadap stimulus dengan cara menghasilkan impuls elektrik. Respon elektrik
neuron (modifikasi potensial listrik sepanjang membrannya) mungkin terjadi lokal
(terbatas pada lokasi yang menerima stimulus) atau tersebar (mungkin berjalan melalui
neruon dan aksonnya).Impuls elektrik yang tersebar disebut potensial aksi. Neuron
berhubungan dengan satu sama lain pada sinaps oleh proses yang disebut transmisi
sinaps.
Membran potensial
Membran sel, termasuk sel saraf, terstruktur sehingga terdapat perbedaan potensial
elektrik antara dalam (negatif) dan luar (positif).Ini menyebabkan resting potential
sepanjang membran sel, yang normalnya sekitar -70mV.
Potensial listrik sepanjang membran sel neuron merupakan hasil permeabilitas selektif
terhadap ion tertentu beraliran listrik. Membran sel sangat permeabel terhadap
kebanyakn ion inorgnaik, tetapi mereka hampir tidak permeabel terhadap protein dan
banyak ion organik lain. Perbedaan (gradien) komposisi ion di dalam dan di luar
membran sel dipertahankan oleh pompa ion di membran, yang mempertahankan
konsentrasi ion inorganik yang hampir konstan dalam sel ( gambar 3-1 dan tabel 3-1).
Pompa yang mempertahankan gradien Na + dan K+ sepanjang membran adalah Na, K-
ATPase; molekul protein khusus ini mengusir Na dari kompartemen intraselular, yang
menggerakkannya ke ruang interselular, dan memasukkan K + dari ruang ekstraselular,
yang membawanya sepanjang membran ke dalam sel. Dalam melaksankan aktivitas
penting ini, pompa mengkonsumsi adenosin trifosfat (ATP).
Gambar 3-1.Aliran Na+ dan K+ melalui resting membran sel saraf. Perhatikan bahwa
pompa Na+/ K+ (Na+/ K+-ATPase) cenderung menolak Na+ dari interior sel, tetapi ini
membawa ion K+ ke arah dalam.
Tabel 3-1. Konsentrasi sebagai ion di dalam dan di luar motor neuron spinal mamalia
Dimana
E= keseimbangan potensial (tidak ada net aliran sepanjang membran)
K= potasium
T= suhu
R= konstanta gas
F= konstanta Faraday (menghubungkan aliran dalam coulomb dengan konsentrasi
dalam mol)
N= valence (untuk potasium, valence= 1)
[K+]i= konsentrasi potasium di dalam sel
[K+]0= konsentrasi potasium di luar sel
Dimana
[Na]i= konsentrasi sodium di dalam sel
[Na]0= konsentrasi sodium di luar sel
PNa= permeabilitas membran terhadap sodium
PK= permeabilitas membran terhadap potasium
Seperti terlihat dalam persamaan ini, membran potensial dipengaruhi oleh permeabilitas
relatif untuk masing-masing ion.Jika meningkatnya permeabilitas terhadap ion tertentu
(misalnya, dengan bukaan lubang atau kanal yang khususnya permeabel terhadap ion
tersebut), membran potensial bergerak lebih dekat dengan keseimbangan potensial
untuk ion tersebut.Sebaliknya, jika permeabilitas terhadap ion tersebut berkurang
(misalnya, dengan menutup lubang atau kanal yang permeabel terhadap ion tersebut),
membran potensial bergerak ke luar dari keseimbangan potensial untuk ion tersebut.
Pada membran dari saraf yang sedang istirahat (resting), permeabilitas K+ agak lebih
tinggi (~20 kali lipat) daripada permeabilitas Na +;yakni, rasio PK- PNa sekitar 20:1.
Karena itu ketika neuron tidak aktif (resting), persamaan Goldman- Hodgkin- Katz
didominasi oleh permeabilitas K+ sehingga membran potensial dekat dengan
keseimbangan potensial untuk K (E K).Ini menjelaskan potensial saat istirahat sekitar
-70mV.
Generatorpotential
Generator (receptor) potential merupakan respon lokal, tidak tersebar yang terjadi pada
sebagian reseptor sensorik (misalnya reseptor regangan otot dan pacinian corpuscles,
yang merupakan reseptor sentuhan- tekanan) dimana energi mekanik dikonversi
menjadi sinyal elektrik.Generator potential dihasilkan pada area kecil sel sensorik:
terminal saraf tidak bermielin. Kebanyakan generator potential merupakan depolarisasi,
dimana membran potensial menjadi kurang negatif.Berlawanan dengan potensial aksi
(lihat bagian berikutnya), dimana adalah all- or- none response, generator potential
adalah graded (semakin besarnya stimulus [regangan atau tekanan], semakin besarnya
depolarisasi) dan aditif (dua stimulus kecil, dalam waktu yang berdekatan,
menghasilkan lebih besarnya generator potential daripada yang dihasilkan oleh
stimulus kecil tunggal).Peningkatan stimulasi selanjutnya menyebabkan lebih besarnya
generator potential (gambar 3-2).Bila besarnya generator potential meningkat sekitar
10mV, potensial aksi yang tersebar (impuls) dihasilkan di nervus sensorik.
Gambar 3-4. Dasar ion untuk depolarisasi yang mendasari timbulnya potensial
aksi.Kanal tegangan yang sensitif terhadap Na + terbuka bila terjadi depolarisasi
membran. Hal ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas membran akan Na +
sehingga terjadi depolarisasi lebih lanjut dan terbukanya kanal Na + lain. Bila telah
terbuka jumlah kanal Na+yang memadai, membran tersebut menghasilkan ledakan
depolarisasi, all- or-none- potensial aksi.
Kanal tegangan lain yang sensitif ion (kanal tegangan yang sensitif terhadap K +)
terbuka (biasanya lebih lambat dari kanal Na+) sebagai respon terhadap depolarisasi
dan secara selektif permeabel terhadap K +. Bila kanal ini terbuka, membran potensial
dibawah ke keseimbangan potensial K + (EK), yang menyebabkan terjadinya
hiperpolarisasi.
Efek mielinasi
Mielin ada sekitar beberapa akson dalam sistem saraf perifer (peripheral nervous
system/ PNS) (dimana ini dihasilkan oleh sel Schwann) dan dalam sistem saraf pusat
(SSP) (dimana ini dihasilkan oleh oligodendrosit).Mielinasi memiliki efek yang amat
sangat besar dalam konduksi potensial aksi sepanjang akson tersebut.
Akson tidak bermielin, pada PNS dan SSP, biasanya berdiameter kecil (kurang dari
1m di PNS dan kurang dari 0.2m di SSP).Potensial aksi berjalan terus menerus
sepanjang akson ini karena distribusi kanal tegangan yang sensitif Na + dan K+ relatif
seragam.Karena potensial aksi menginvasi area akson, ini mendepolarisasi regio di
depannya, sehingga impuls maju pelan-pelansecara lambat dan terus menerus
sepanjang seluruh akson (gambar 3-5).Pada akson tidak bermielin, aktivasi kanal Na +
menyebabkan potensial aksi fase depolarisasi, dan aktivasi kanal K + menghasilkan
repolarisasi.
Gambar 3-5. Konduksi impuls saraf melalui serabut saraf tidak bermielin.Pada akson
yang sedang istirahat, terdapat perbedaan -70mV antara interior akson dan permukaan
terluar membrannya (resting potential).Selama konduksi potensial aksi, Na+ melewati
interior akson dan kemudian K+ bermigrasi pada arah yang berlawanan. Akibatnya,
polaritas membran berubah (membran tersebut menjadi relatif positif pada permukaan
dalamnya), dan resting potential diganti oleh potensial aksi ( di sini -35mV).
Gambar 3-6. Distribusi kanal Na+ dan K+ pada akson bermielin tidak seragam.Kanal Na +
(gNa) berkerumun pada densitas tinggi membran akson di nodus Ranvier dimana
mereka tersedia untuk menghasilkan depolarisasi yang diperlukan untuk potensial
aksi.Kanal K+ (gK), di lain pihak, sebagian besar terlokalisasi di membran akson
internodal di bawah mielin, sehingga mereka tersembunyi.
Karena aliran listik melalui mielin yang dibatasi sangat kecil dan secara fisiologi tidak
berarti, potensial aksin pada akson yang bermielin lompat dari satu node ke berikutnya
pada cara konduksi yang telah disebut saltatory (gambar 3-7). Terdapat beberapa
akibat penting untuk cara konduksi saltatory ini pada serabut-serabut bermielin.
Pertama-tama, kebutuhan energi untuk konduksi impuls lebih rendah pada serabut
bermielin; karena itu, biaya konduksi metabolik lebih rendah.Kedua, mielinasi
menyebabkan meningkatnya kecepatan konduksi.Gambar 3-8 menunjukkan kecepatan
konduksi sebagai fungsi diameter untuk akson yang tidak bermielin dan bermielin.Untuk
akson tidak bermielin, kecepatan konduksi proportional to (diameter).Berlawanan
dengan ini, kecepatan konduksi pada akson bermielin meningkat secara linear dengan
diameter. Akson bermielin dapat mengkonduksi impuls pada kecepatan konduksi agak
lebih tinggi daripada akson tidak bermielin dari ukuran yang sama. Untuk konduksi
secepat serabut bermielin berukuran 10m, akson tidak bermielin akanmemerlukan
diameter lebih dari 100m. Dengan meningkatkan kecepatan konduksi, mielinasi
mengurangi waktu yang diperlukan untuk impuls bergerak dari satu regio ke yang lain,
sehingga mengurangi waktu yang diperlukan untuk aktivitas refleks dan memungkinkan
otak untuk beroperasi sebagai komputer kecepatan tinggi.
Jenis serabut-serabut
Serabut saraf telah terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan diameternya, kecepatan
konduksi, dan karakteristik fisiologi (tabel 3-2). Serabut besar dan bermielin, cepat
berkonduksi, dan membawa berbagai impuls motor atau sensorik. Mereka paling rentan
terhadap cedera oleh tekanan mekanik atau kurangnya oksigen.Serabut B merupakan
akson bermielin yang lebih kecil yang lebih lambat konduksi daripada serabut A.
Serabut ini berfungsi sebagai otonom.Serabut C merupakan yang terkecil dan tidak
bermielin; mereka mengkonduksi impuls paling lambat dan berfungsi untuk
mengkonduksikan nyeri dan fungsi otonom.Klasifikasi alternatif, yang digunakan untuk
menggambarkan akson sensorik di nervus perifer, tampak pada tabel 3-3.
Gambar 3-8. Hubungan antara kecepatan konduksi dan diameter pada akson bermielin
dan tidak bermielin. Akson bermielin lebih cepat konduksi daripada akson tidak
bermielin yang berukuran sama.
KORELASI KLINIS
A. Neuropati
Pada neuropati perifer- penyakit yang mempengaruhi saraf perifer- kecepatan konduksi
saraf motorik dapat berkurang, sering kali kurang dari 40m/ detik. Blok konduksi,
dimana impuls gagal menyebar melewati titik cedera akson, juga dapat terjadi.
Berkurangnya kecepatan konduksi dapat diukur dalam hal meningkatnya waktu
konduksi antara stimulasi saraf dan kontraksi otot dan pada lebih lamanya durasi
potensial aksi otot. Melambatnya kecepatan konduksi terjadi pada neuropati bila
terdapat demyelination, seperti pada Guillain- Barre syndrome dan pada sebagian
neuropati kronik atau hereditofamilial.
B. demyelination
Demyelination, atau kerusakan pada selubung mielin, terlihad pada sejumlah
penyakit neurologi. Yang tersering adalah multiple sclerosis, dimana mielin di
dalam otak dan medula spinalis rusak akibat mekanisme imun abnormal. Akibat
hilangnya isolasi mielin dan paparan membran akson internodal, yang
mengandung densitas kanal Na+ rendah, konduksi potensial aksi melambat atau
terhambat pada akson yang demyelinated (lihat gambar 3-7). Gambaran klinis 3-
1 menggambarkan pasien dengan multiple sclerosis.
Sinaps
Sinaps merupakan junction antara neuron yang memungkinkan mereka untuk
komunikasi satu sama lain. Sebagian sinaps bersifat eksitatorik (meningkatnya
probabilitas bahwa neuron postsinaptik akan terangsang).
Pada sensasi paling umum, terdapat dua kelas anatomi sinaps luas (tabel 3-4). Sinaps
listrik ( atau elektrotonik) dikarakteristik oleh gap junction, yang merupakan struktur ahli
dimana membran presinaptik dan postsinaptik saling berdekatan. Gap junction
berfungsi sebagai jalur konduktif, sehingga aliran listrik dapat langsung mengalir dari
akson presinaptik ke dalam neuron postsinaptik.Transmisi pada sinaps listrik tidak
melibatkan neurotransmiter.Keterlambatan sinaps lebih singkat pada sinaps listrik
daripada pada sinaps kimiawi.Sedangkan sinaps listrik biasanya terjadi pada SSP
spesies inframamalia, mereka hanya jarang terjadi pada SSP mamalia.
Tabel 3-4. Cara transmisi sinaps
Kelas sinaps kedua, yang menyebabkan melimpahnya mayoritas sinaps pada otak
mamalia dan medula spinalis, adalah sinaps kimiawi.Pada sinaps kimiawi, celah yang
nyata (memiliki lebar 30nm) merupakan perluasan dari ruang ekstraselular, yang
memisahkan membran pre- dan postsinaptik.Komponen pre- dan postsinaptik dari
sinaps kimiawi berkomunikasi melalui difusi molekul neurotransmiter; sebagian
transmiter umum yang terdiri dari molekul yang relatif kecil dibuat dengan area utama
fokus mereka di sistem saraf pada tabel 3-5.Akibat depolarisasi ujung presinaps oleh
potensial aksi, molekul neurotransmiter dilepas dari ujung presinaptik, berdifusi
sepanjang celah sinaps, dan berikatan dengan reseptor postsinaptik. Reseptor ini
terkait dengan dan merangsang bukaan ligand- gated ion channel (atau pada sebagian
kasus, menutup). Membuka (atau menutup) kanal ini menghasilkan potensial
postsinaptik. Depolarisasi dan hiperpolarisasi ini digabungkan oleh neuron dan
menentukan apakah ini akan tercetus atau tidak (lihat bagian kerja sinaps eksitatorik
dan inhibitori).
Neurotransmiter pada terminal presinaps mengandung vesikel presinaps yang terikat
membran. Pelepasan neurotransmiter terjadi bila vesikle presinaps dengan membran
presinaptik, yang memungkinkan pelepasan kandungan mereka dengan cara
eksositosis. Pelepasan transmiter vesikular dicetus oleh influks Ca 2+ ke dalam terminal
presinaptik, sebuah kejadian yang diperantarai oleh aktivitas kanal Ca 2+ presinaptik
dengan menginvasi potensial aksi. Akibat peningkatan Ca 2+ yang diinduksi aktivitas ini
pada terminal presinaps, terdapat fosforilasi protein yang disebut sinapsin, yang tampak
cross- link vesikel dengan sitoskeleton, sehingga mencegah pergerakan mereka.
Tindakan ini memungkinkan fusi vesikel dengan membran presinaptik, yang
menyebabkan cepatnya pelepasan neurotransmiter. Proses pelepasan dan difusi
sepanjang celah sinaps menyebabkan terlambatnya sinaps 0.5 sampai 1.0 milidetik
pada sinaps kimiawi. Urutan ini ditunjukkan dalam bentuk diagram di pertemuan
neuromuskular, sinaps prototipik, pada gambar 3-9.
Gambar 3-9. Gambaran skematik dari sebagian peristiwa yang terlibat dalam sintesis,
pelepasan, dan kerja neurotransmiter pada sinaps prototiik, neuromuscular junction.
Asetilkolin (ACh) merupakan transmiter pada sinaps ini.Tampak bagian terminal saraf,
yang terletak dekat dengan muscle end- plate.Sintesis Ach terjadi lokal, di terminal
presinaptik, dari asetil-koenzim A (CoA) dan kolin.Kemudian ACh digabungkan ke
dalam pembuluh darah sinaps yang terikat membran (2).Pelepasan ACh terjadi lewat
eksositosis, yang melibatkan fusi vesikel dengan membran presinaptik (3). Proses ini
dicetus oleh influks Ca2+, yanng terjadi sebagai respon terhadap penyebaran potensial
aksi ke dalam akson presinaptik. Kandungan dari sekitar 200 vesikel sinaptik
dilepaskan ke dalam celah sinaptik sebagai respon terhadap potensial aksi tunggal.ACh
yang dilepaskan cepat berdifusi sepanjang celah sinaptik (4) dan berikatan dengan
reseptor ACh postsinaptik (5), dimana ini mencetus perubahan bentuk yang
menyebabkan influks ion Na+, yang mendepolarisasi membran. Bila kanal menutup,
ACh dissociate dan dihidrolisis oleh asetilkolinesterase (6).
Inhibisi presinaptik
Inhibisi presinaptik memberi mekanisme untuk mengontrol efikasi transmisi pada sinaps
individual.Diperantarai oleh sinaps axoaxonal (lihat gambar 3-10).Pengikatan
neurotransmiter ke reseptor yang memperantarai inhibisi presinaptik menyebabkan
pengurangan jumlah neurotransmiter yang disekresi oleh akson postsinaptik.
Pengurangan ini disebabkan baik oleh pengurangan ukuran potensial aksi pada
terminal presinaptik akibat aktivasi kanal K + atau Cl- atau dengan berkurangnya bukaan
kanal Ca2+ pada terminal prresinaptik, sehingga mengurangi jumlah pelepasan
transmiter. Oleh karena itu, inhibisi presinaptik memberikan mekanisme dimana gain
pada input sinaps khusus ke neuron dapat dikurangi tanpa mengurangi efikasi sinaps
lain yang mempengaruhi neuron tersebut.
Gambar 3-11 Gambaran skematik myoneural junction. A. serabut motor yang mensuplai
beberapa serabut otot. B. cross section terlihat pada mikrograf elektron.
Neurotransmiter
Sejumlah besar molekul bekerja sebagai neurotransmiter pada sinaps
kimiawi.Neurotransmiter ini ada pada terminal sinaps, dan kerja mereka dihambat oleh
agen farmakologi.Sebagian saraf presinaps dapat melepaskan lebih dari satu
transmiter; perbedaan frekuensi stimulasi saraf mungkin mengontrol transmiter mana
yang dilepaskan. Sebagian transmitter umum tampak pada tabel 3-5.
Sebagian neuron di SSP juga mengumpulkan peptida. Sebagian peptida ini bekerja
seperti transmiter biasa; yang lain kelihatan seperti hormon. Sebagian neurotransmiter
yang relatif dipahami dengan baik dan distribusinya didiskusikan berikutnya.
Asetilkolin
ACh disintesis oleh kolin asetiltransferase dan rusak setelah asetilkolinesterase
(Achase) lepas ke dalam celah sinaps.Enzim ini disintesis pada badan sel neuron dan
dibawa oleh transpor akson ke terminal presinaptik; sintesis ACh terjadi di terminal
presinaptik.
ACh bekerja sebagai transmiter pada berbagai lokasi di PNS dan SSP.Misalnya, ACh
bertanggung jawab untuk transmisi eksitatorik di neuromuscular junction (N- type,
nicotinic ACH receptors).Ini juga merupakan transmiter di ganglia otonom dan
dilepaskan oleh neuron simpatis dan parasimpatis preganglion.Neuron parasimpatis
postganglion, serta satu jenis akson simpatis postganglion khusus (misalnya, serabut
yang mempersarafi kelenjar keringat), menggunakan ACh sebagai transmiter (M- type,
muscarinic receptors).
Dalam SSP, beberapa kelompok neuron menggunakan ACh sebagai transmiter. Neuron
kolinergik, yang terletak di tegmentum batang otak, berproyeksi ke hipotalamus dan
talamus, dimana mereka menggunakan ACh sebagai transmiter.
Baru-baru ini, banyak perhatian telah terfokus pada peran neuron SSP kolinergik pada
penyakit neurodegeneratif.Neuron kolinergik di nukleus forebrain basal berdegenerasi,
dan terminal kolinergik mereka di korteks hilang pada penyakit Alzheimer.
Glutamat
Asam amino glutamat telah dinyatakan sebagai transmiter eksitatorik utama pada otak
dan medula spinalis mamalia.Telah ditemukan empat tipe reseptor glutamat
postsinaptik.Reseptor NMDA dihubungkan ke kanal yanng permeabel to kedua Ca 2+
dan Na+.Meskipun begitu, kanal yang diaktifkan dihambat (sehingga influks ion ini tidak
terjadi) kecuali membran postsinaptik terdepolarisasi. Karena itu, sinaps tipe NMDA
memperantarai influks Ca2+, tetapi hanya bila aktivitas sinaps ini dipasangkan dengan
eksitasi lewat input sinaps lain yang mendepolarisasi neuron postsinaptik. Influks Ca 2+
diperantarai oleh sinaps ini mungkin menyebabkan perubahan struktural yang
memperkuat sinaps tersebut.Sinaps glutamat jenis NMDA tampaknya dibuat untuk
mendeteksi aktivitas yang bertepatan pada dua jalur neural berbeda, dan dalam
menanggapi aktivitas tersebut, mengubah kekuatan hubungan sinaptik.Telah dihipotesis
bahwa perubahan ini mungkin memberikan dasar untuk memori.
Bila transmiter glutamat berikatan dengan reseptor glutamat, second messenger,
dilepas IP3 dan DAG. Pelepasan ini dapat menyebabkan meningkatnya kadar
Ca2+intraselular, yang mungkin mengaktifkan spektrum enzim yang mengubah fungsi
dan struktur neuron.
Telah disarankan bahwa berlebihnya aktivasi sinaps glutamatergik dapat menyebabkan
sangat besarnya influks Ca2+ ke dalam neuron, yang dapat menyebabkan kematian sel
neuron.Karena glutamat merupakan transmiter eksitatorik, berlebihnya pelepasan
glutamat mungkin menyebabkan lebih lanjut eksitasi sirkuit saraf dengan umpan balik
positif, yang menyebabkan rusaknya depolarisasi dan influks kalsium ke dalam neuron.
Korelasi klinis
A. Miastenia gravis dan Myasthenic Syndrome
Miastenia gravis merupakan gangguan autoimun dimana antibodi terhadap reseptor
ACh (misalnya, reseptor postsinaptik pada neuromuscular junction) dihasilkan.
Akibatnya, tanggapan otot terhadap aktivitas pada nervus motorik dan terhadap aktivasi
sinaps berkurang. Pasien mengeluh capek dan kelemahan melibatkan otot anggota
gerak, dan, pada sebagian pasien, otot bulbaris seperti yang mengontrol gerakan mata
dan menelan. Pada stimulasi listrik berulang, otot yang terlibat cepat menunjukkan
kelelahan dan akhirnya tidak berespon sama sekali; Sifat dapat dirangsang biasanya
kembali setelah istirahat.
Sebaliknya, myastenic syndrome (juga disebut Lambert- Eaton syndrome), merupakan
gangguan yang melibatkan komponen presinaptik dari neuromuscular junction.
Myastenic syndrome merupakan gangguan paraneoplastik dan sering terjadi dalam
konteks neoplasma sistemik, khususnya yang melibatkan paru-paru dan payudara.
Antibodi yang diarahkan terhadap kanal Ca 2+ yang terletak di terminal presinaptik di
neuromuscular junction mengganggu pelepasan transmiter, yang menyebabkan
kelemahan
B. Miotonus
Pada kelas gangguan ini, otot yang terkena menunjukkan memanjangnya respon
terhada stimulus tunggal. Sebagian gangguan ini melibatkan abnormalitas kanal
tegangan yang sensitif terhadap Na +, yang gagal menutup setelah potensial aksi.
Akibatnya, kontraksi otot tidak tepat, terus menerus mungkin terjadi.
Kasus 1
Enam bulan sebelum presentasi, wanita tunggal berusia 35 tahun mulai mengeluh
bahwa penglihatannya kadang-kadang ganda bila sedang menonton telivisi.
Penglihatan ganda sering menghilang setelah istirahat. Kemudian, dia merasa bahwa
kelopak matanya cenderung jatuh selama membaca, tetapi setelah istirahat malam hari,
dia merasa normal kembali. Dokternya merujuknya ke klinik spesialis.
Di klinik, wanita tersebut menyebutkan bahwa dia gampang capek dan otot rahangnya
menjadi lelah saat siap makan. Tidak ditemukan adanya defisit sensorik. Dibuat
diagnosis awal dan dilakukan sebagian tes untuk mengkonfirmasi diagnosis tersebut.
Apa diagnosis banding tersebut? Jika ada, prosedur diagnostik, manakah yang
berguna? Diagnosis apa yang paling mungkin?
Kasus selanjutnya didiskusikan pada bab 25. Pertanyaan dan jawaban yang berkaitan
dengan bagian I (bab 1-3) dapat ditemukan pada apendiks D.
Katekolamin
Katekolamin norepinefrin (noradrenalin), epinefrin (adrenalin) dan dopamin dibentuk
oleh hidroksilasi dan dekarboksilasi asam amino penting fenilalanin.Phenyl-
ethanolamine- N- methyltransferase, enzim yang bertanggung jawab untuk mengubah
norepinefrin menjadi epinefrin, ditemukan pada konsentrasi tinggi terutama pada
medula adrenal. Epinefrin hanya ditemukan pada beberapa lokasi di SSP
Dopamin disintesis, melalui intermediate molecule dihydroxyphenylalanine (DOPA), dari
asam amino tirosin oleh tiroksin hidroksilase dan DOPA dekarboksilase.Pada gilirannya
Norepinefrin diproduksi melalui hidroksilasi dopamin.Dopamin, seperti norepinefrin,
diinaktifkan oleh monoamin oksidase (MAO) dan catechol-O- methyltransferase
(COMT).
Dopamin
Neuron dopaminergik biasanya memiliki efek inhibitorik.Neuron yang menghasilkan
dopamin berproyeksi dari substansia nigra ke nukleus kaudatus dan putamen (melalui
sistem nigrostriata) dan dari area tegmentum vental ke sistem limbik dan korteks
(melalui proyeksi mesolimbik dan mesokorteks).Pada penyakit Parkinson, terdapat
degenerasi neuron dopaminergik dan substansia nigra.Karena itu, proyeksi
dopaminergik dari substansia nigra ke nukleus kaudatus dan putamen rusak.Proyeksi
dopaminergik dari area tegmentum ventral ke sistem limbik dan korteks mungkin terlibat
dalam skizofrenia; obat antipsikotik seperti fenotiazin bekerja sebagai antagonis
reseptor dopamin dan secara temporer dapat mengurangi sikappsikotik pada sebagian
pasien dengan skizofrenia.
Neuron yang mengandung dopamin juga telah ditemukan pada retina dan sistem
olfaktorius. Pada area ini, mereka tampaknya memperantarai inhibisi yang menyaring
input sensorik.
Norepinefrin
Neuron yang mengandung norepinefrin pada PNS terletak di ganglia simpatis dan
berproyeksi ke semua neuron simpatis postganglionik kecuali yang mempersarafi
kelenjar keringat, yang dipersarafi oleh akson yang menggunakan ACh sebagai
transmiter.Badan sel yang mengandung norepinefrin di SSP terletak di dua area yaitu
lokus seruleus dan nuklei tegmentum lateral.Meksipun lokus seruleus merupakan
nukleus yang relatif kecil yang hanya menagndung beratus-ratur neuron, ini berproyeksi
kemana- mana ke dalam korteks, hipokampus, talamus, midbrain, serebelum, pons,
medula dan medula spinalis.Proyeksi noradrenergik dari sel-sel ini bercabang ke mana-
aman dan terdistribusi ke mana-mana.Sebagian akson bercabang dan berproyeksi baik
ke korteks serebri dan serebelum. Neuron noradrenergik di area tegmentum lateral
batang otak tampak memiliki proyeksi komplementer, yang memproyeksi akson ke area
SSP yang tidak dipersarafi oleh lokus seruleus.
Proyeksi noradrenergik dari lokus seruleus dan area tegmentum lateral tampaknya
berperan modulatorypada siklus tidur- bangun dan pada aktivasi korteks dan mungkin
juga mengatur sensitivitas neuron sensorik. Sebagian bukti menyatakan bahwa aktivitas
paroksismal abnormal di lokus seruleus dapat menyebabkan serangan panik.
Serotonin
Serotonin (5- hidroksitriptamin) merupakan pengatur amin penting di SSP. Neuron yang
mengandung serotonin ada pada nuklei raphe di pons dan medula. Sel-sel ini
merupakan bagian dari reticular formation, dan mereka berproyeksi kemana- mana ke
korteks dan hipokampus, basal ganglia, talamus, serebelum, dan medula spinalis.
Neuron mengandung serotonin juga dapat ditemukan pada traktus gastrointestinal
mamalia, dan serotonin ada pada platelet darah.
Serotonin disintesis dari asam amino triptofon.Ini memiliki efek vasokonstriktor dan
pressor. Sebagian obat (misalnya, reserpin) mungkin bekerja dengan cara melepaskan
serotonin yang terikat dalam otak. Pada dosis kecil, lysergic acid diethylamide (LSD),
analog struktural sreotonin, mampu menimbulkan gejala klinis mental serupa dengan
yang skizofrenia.Kerja vasokonstriksi LSD diinhibisi oleh serotonin.
Neuron mengandung serotonin, sepanjang dengan neuron mengandung norepinefrin,
tampaknya berperan penting dalam menentukan kadararousal. Kadar pelepasan
neuron di nuklei raphe, misalnya, dikorelasi dengan tingkat tidur dan menunjukkan
berhentinya aktivitas selama rapid eye movement sleep.Lesi neuron yang mengadung
serotonin di nuklei raphe dapat menybabkan insomnia pada hewan penelitian. Neuron
yang mengandung serotonin mungkin juga berpartisipasi dalam modulasi input
sensorik, khususny untuk nyeri. Selective serotonin reuptakeinhibitor, yang
meningkatkan jumlah serotonin tersedia pada membran postsinaptik, digunakan secara
klinis sebagai antidepresan.
Endorfin
Istilah umum endorfin merujuk pada sebagian senyawa seperti morfin endogen yang
aktivitasnya telah ditetapkan oleh kemampuan mereka untuk berikatan dengan reseptor
opiat di otak.Endorfin (polipeptida otak dengan kerja seperti opiat) mungkin berfungsi
sebagai transmiter sinaps atau modulator.Endorfin tampaknya memodulasi transmisi
sinyal nyeri dalam jalur sensorik. Bila diinjeksi ke dalam hewan, endorfin dapat bersifat
analgesik dan tranquilizing.
Enkefalin
Dua polipeptida yang terkait erat (pentapeptida) ditemukan di otak yang juga berikatan
dengan reseptor opiat adalah methionine enkephalin (met-enkephalin)dan leucine
enkephalin (leu-enkephalin).Rantai asam amino met-enkephalintelah ditemukan pada
alfa-endorfin dan beta- endorfin, dan bahwa beta-endorfin telah ditemukan pada beta-
lipotropin, sebuah polipeptida yang disekresi oleh kelenjar pituitari anterior.