PEMBAHASAN
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu rumah sakit adalah melalui
Linen dirumah sakit dibutuhkan disetiap ruangan. Kebutuhan akan linen disetiap
ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis, jumlah dan kondisinya. Pelayana linen
yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja, dan mesin setrika
sarana dan prasarana rumah sakit, pengadaan peralatan, dan ketenagaan serta
rawat inap rumah sakit. Rumah sakit sebagai suatu sistem terpadu terdiri dari
pencucian linen kotor menjadi linen bersih yang dapat membuat pasien nyaman
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam menjalankan tugas agar
para pekerja merasa aman dalam bekerja, bebas dari penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja.
diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, riketsia, parasit dan
jamur. Petugas laundry yang menangani linen kotor senantiasa kontak dengan
bahan dan menghirup udara yang tercemar kuman pathogen. Menurut penelitian
menunjukkan bahwa jumlah total bakteri meningkat 50 kali selama periode waktu
Contoh Mikroorganisme
a. Mycobacterium tuberculosis.
Pencegahannya:
laundry.
b. Virus hepatitis B.
lebih penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi dalam bentuk sebagai
RI, 2004).
Pencegahan:
syndrome). Virus HIV menyerang target sel dalam jangka waktu lama. Jarak
waktu masuknya virus kedalam tubuh sampai timbulnya AIDS tergantung pada
daya tahan tubuh seseorang dan gaya hidup sehatnya. HIV dapat hidup di
dalam darah, cairan vagina, cairan sperma, air susu ibu, sekreta dan ekskreta
mengandung virus dan kontak langsung dengan kulit yang terluka (Depkes RI,
2004).
Pencegahan:
dibakar.
a. Debu.
Pada instalasi laundry debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri.
dapat terjadi dengan menarik napas sehingga udara yang mengandung debu
disebut bissinosis. Gejalanya hampir sama dengan asma yang disebut Monday
chest tightness atau Monday fever, karena gejala terjadi pada hari pertama
kerja setelah libur yaitu senin, sering gejala hilang pada hari kedua dan bila
permaparan berlanjut maka gejala akan semakin berat (Depkes RI, 2004).
Pengendalian :
Sebagian besar dari bahaya di instalasi laundry diakibatkan oleh zat kimia
tergantung dari besar, luas dan lama pemajanan. Oleh karena itu sikap berhati-hati
terhadap semua bahan kimia yang dipakai dan potensial masuk ke dalam tubuh
sangat diperlukan. Informasi dari bahan kimia dapat dibaca pada label kemasan
1. Alkali.
Bahaya:
Pertolongan pertama :
terkontaminasi.
Tindakan pencegahan:
Pemakaian APD.
Penyimpanan dan pengankatan: simpan ditempat aslinya,
jauhkan dari asam dan suhu yang ekstrim. (Depkes RI, 2004).
2. Detergen.
Bahaya:
Pertolongan pertama :
Tertelan: bersihkan bahan kimia dari mulut, minum 1-2 gelas air
atau susu.
Tindakan pencegahan:
Memakai APD.
Penyimpanan dan pengangkutan; simpan ditempat aslinya,
jauhkan dari asam dan suhu yang ekstrim (Depkes RI, 2004).
3. Bahaya Fisika.
1. Bising.
dengan factor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu. Di rumah sakit
bising merupakan masalah yang salah satunya berasal dari mesin cuci.Pajanan
bising yang terjadi lama membuat efek kumulatif yang bertingkat dan
(NIHL).
Pengendalian:
2. Cahaya
yang cukup sesuai dengan standart rumah sakit ( minimal 200 lux) (Depkes RI,
2004).
3. Listrik.
yang terjadi di rumah sakit adalah kejutan listrik microshock dimana listrik
Efek kesehatan:
Luka bakar di tempat tersengat listrik.
Pengendalian:
4. Panas.
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman ( 26-28 derajat celcius)
dengan kelembaban antara 60-70%. Pada instalasi laundry panas yang terjadi
a. Heat stress atau heat exhaustion: Terasa panas dan tidak nyaman,
Pengendalian :
syarat dekat tempat kerja dan kalau perlu disediakan extra salt.
5. Getaran.
Getaran atau vibrasi adalah factor fisik yang ditimbulkan oleh subyek
dengan getaran isolasi. Vibrasi yang terjadi dapat local atau seluruh tubuh.
Mesin cuci yang bergetar dapat memajani petugas melalui transmisi atau
penjalaran, baik getaran yang mengenai seluruh tubuh ataupun setempat yang
Efek kesehatan :
Pengendalian :
6. Ergonomic.
Adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah apalagi dalam sikap
ketelitian, mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien. Hal ini jika terjadi
dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologi.
otot,saraf atau pembuluh darah ( low back pain ) (Depkes RI, 2004).
Pengendalian:
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan kita sendiri, kira-
yang akan diangkat lebih dari setengah dari berat badan si pengangkat, maka
beban harus dibagi menjadi dua. Apabila beban tidak dapat dibagi maka
b. Posisi duduk
c. Posisi berdiri
sakit, factor psikologis juga memerlukan perhatian antara lain: Stress yaitu
yang tidak baik dengan atsan, teman sekerja, adanya berita yang tidak
menimbulkan rasa senang dalam bekerja seperti cara kebersamaan, retret dll
kerja dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga
1. Kebakaran
tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Penanggulangan:
Adanya system penyimpanan yang baik terhadap bahan yang mudah
tebakar.
Jalur evakuasi.
cidera ringan sampai berat misalnya fraktur, dislokasi, salah urat dan memar.
Penanggulangan:
Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau
Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan
partisi yang kedap air. Maksud dari pemisahan tersebut adalah menghindari
kontaminasi dari linen kotor dan linen bersih baik dari lantai ataupun dari
udara.
2. Mesin cuci ukuran sedang dan kecil ( 25- 100kg ) tanpa penyekat seperti pada
mesin besar dapat digunakan dengan memperhatikan batas ruang kotor dan
menuju IPAL.
pemanasan desinfeksi:
Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur jumlah air
yamg dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia terutama pada saat
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam menjalankan tugas agar
para pekerja merasa aman dalam bekerja, bebas dari penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja. Salah satu penyakit akibat kerja yang dapat muncul sewaktu-
fungsi normal otot, tendon, saraf, pembuluh darah, tulang dan ligamen, akibat
lama akibat posisi atau sikap kerja yang salah (Ulfah N, Harwati S, Nurcahyo PJ,
2014).
Resiko kecelakaan kerja pada instalasi ini dapat timbul beberapa penyakit,
di antaranya : Low Back Pain, Dermatitis kontak, CTS, Combutio dan Vulnus
dapat sekaligus merangkap ke semua unit kerja yang lain. Untuk pembagian tiap
shift, yaitu shift pagi dan siang, masing-masing petugas harus bekerja selama 7
jam dimana hal ini akan menyebabkan faktor resiko beberapa penyakit yang
mungkin terjadi.
Aktivitas petugas lebih banyak berjalan, duduk dan berdiri dalam jangka
waktu yang lama sehingga dapat menjadi faktor resiko untuk terjadinya LBP (
Low back pain). Low Back Pain adalah nyeri punggung bawah yang berasal dari
tulang belakang, otot, saraf atau struktur lain pada daerah tersebut. Dengan
demikian Low Back Pain adalah gangguan muskuloskeletal yang pada daerah
punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh
ini paling banyak ditemukan di tempat kerja, terutama pada mereka yang
beraktivitas dengan posisi tubuh yang salah. Menurut data, dalam satu bulan
rata-rata 23% pekerja tidak bekerja dengan benar dan absen kerja selama
terjadinya cedera tulang belakang (back pain). Di samping itu sekitar 25%
Selain itu suatu gerakan yang sama yang dilakukan terus menerus
mengakibatkan otot kaku. Adanya spasme otot ini dapat menimbulkan rasa nyeri
pada otot atau disebut myalgia. Apabila berdiri secara terusmenerus dapat
Penyakit lain yang timbul saat proses pencucian adalah dermatitis. Saat
alergen ataupun iritan bagi pekerja. Dermatitis adalah penyakit tertinggi kedua
akibat penyakit kerja. Dermatitis dibagi menjadi dua yaitu, dermatitis kontak
alergi adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang timbul setelah kontak
timbul setelah kontak dengan bahan alergen melalui proses sensitisasi. Penyebab
dari dermatitis kontak alergi adalah bahan kimia sederhana yang memiliki berat
molekul rendah (< 500 dalton) yang disebut hapten, bersifat lipofilik dan sangat
faktor yang berpengaruh dalam terjadinya dermatitis kontak alergi ini adalah
potensi sensitisasi, luas daerah yang terkena paparan, lama paparan, suhu,
penderita mengeluh gatal. Lesi yang akut berupa lesi yang polimorf yaitu
tampak makula yang eritematus, batas tidak jelas dan terdapat papul, vesikel,
bula dan bila pecah menjadi lesi yang eksudatif. Pada lesi yang kronis
disebabkan lisosome atau beberapa jenis sitokin yang dihasilkan dari keratinosit
yang rusak oleh agen penyebab (bahan iritan). Dermatitis kontak iritan bisa terjadi
pada kontak pertama dengan bahan tersebut dan hal ini dapat dialami oleh semua
pergelangan tangan atau carpal tunnel syndrome. Carpal tunnel syndrome (CTS)
oleh suatu trauma atau tindakan yg dilakukan berulang-ulang dan pada tangan
yang lebih dominan (Ibrahim, 2012). Biasanya gejala yang sering dikeluhkan
adalah nyeri pada pergelangan tangan, tidak kuat mengangkat beban yang berat,
rasa kesemutan terutama pada malam hari, nyeri biasanya menjalar ke tangan,
bahu dan leher. Tanda yang terlihat adalah bengkak pada jari-jari tangan. Faktor
(Uchiyama S, 2010).
Pada perebusan air panas untuk linen infeksius ataupun akibat tersengat
listrik dapat menyebabkan combutio. Combutio atau luka bakar merupakan suatu
trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Hasyim N et al., 2012).
karakteristik luka yaitu tepi luka tajam membentang hingga ke dasar luka ; sudut
luka sempit . Semua jaringan dipotong tajam serta tanpa menghancurkan apapun.
Luka akibat jarum bisa menyebabkan luka punctum yaitu akibat tusukan benda
perlengkapan P3K. Dimana dalam hal ini maka kepala instalasi melaporkan
pada pihak rumah sakit untuk memecahkan masalah internal yang dibutuhkan
oleh laundry. Selain itu diharapkan para petugas laundry lebih memperhatikan
hal keamanan dan keselamatan diri saat bertugas dan mematuhi peraturan
2. Lingkungan Kerja
Jalur pengambilan linen kotor masih melalui tangga manual bagian
belakang rumah sakit sehingga tidak bisa langsung menggunakan troli, melainkan
diangkat oleh petugas menggunakan ember, dalam hal ini kepala instalasi karena
tidak mengangkut beban terlalu berat karena mereka harus mengeluarkan tenaga
sering berdiri, berjalan, membungkuk dan mengangkat berat, hal ini akan
menghindari posisi yang tetap dalam waktu lama. Jika setelah dilakukan seperti
itu tetapi keluhan terus menerus, maka segera pergi ke dokter untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Untuk petugas yang memliki resiko combutio dan
tangan dan penatalaksanaan awal luka bakar. Untuk deteksi dini kesehatan
petugas, perlu diadakan pemeriksaan kesehatan secara berkala agar bisa mencegah
untuk mentaati peraturan tersebut dalam bentuk perjanjian yang mengikat, dan
bila tetap tidak mematuhi, maka pihak rumah sakit dapat memberikan sanksi. Dan
bila terjadi suatu masalah kesehatan dalam kerja, pihak rumah sakit harus
memastikan apakah masalah tersebut oleh karena penyakit akibat kerja atau
kerja. Untuk karyawan yang sakit dapat berobat secara gratis di RSU Aminah
Blitar.
banyak yang tidak memenuhi standar seperti tempat, APD, dan fasilitas yang
pemerintah dengan tujuan untuk keselamatan kerja karyawan. Hal ini mengacu
pada :
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR
Rumah Sakit
Departemen Kesehatan Rl Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 2004
kerja, serta berpengaruh terhadap akreditasi laundry tersebut dan akreditasi rumah