Anda di halaman 1dari 5

Contoh bentuk pemberian belanja bantuan sosial oleh pemerintah, yaitu:

a. Bantuan berbentuk uang tunjangan kesehatan putra-putri pahlawan yang tidak mampu;
b. Bantuan berbentuk uang beasiswa (tunjangan pendidikan) masyarakat miskin;
c. Bantuan makanan pokok/pakaian kepada yatim piatu/tuna sosial/bencana alam di tempat penampungan
sementara atau tempat tinggal sementara;
d. Bantuan berbentuk perawatan kesehatan/obat-obatan kepada masyarakat kurang mampu;
e. Bantuan barang berupa penyediaan pemakaman sekelompok masyakat tidak mampu;
f. Bantuan dana yang diberikan kepada sebuah LSM untuk mendanai kegiatan penyuluhan penanggulangan
HIV/AIDS bagi masyarakat tidak mampu.

Bantuan sosial diartikan sebagai pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada
individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif
yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.[5] Berkaca dari beberapa
negara diluar, bantuan sosial diperuntukkan untuk memperbaiki masalah-masalah sosial, misalkan masalah-
masalah kemiskinan. Pemerintah bisa memaksimalkan seluruh bantuan sosial untuk menyediakan pekerjaan
baru bagi masyarakat miskin. Pemberian uang kepada individu mungkin bukan menjadi cara yang terbaik
untuk mengurangi kemiskinan, bantuan sosial sepatutnya membangun mental masyarakat miskin untuk terus
mengembangkan diri melalui pekerjaan-pekerjan yang disediakan pemerintah.

2. Syarat Pemberian Bantuan Sosial

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari
pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara
terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.[6]
Dari pengertian tersebut dapat dikelompokan ke dalam 3 unsur, yaitu :

1. Penerima Bantuan Sosial

Berdasarkan Pasal 23 Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011, pihak-pihak yang menerima bantuan sosial dapat dibagi menjadi 2 bagian :

Bantuan sosial yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat

Bantuan sosial yang diberikan kepada Individu, Keluarga, Kelompok dan/atau Masyarakat yang mengalami
keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, atau fenomena alam
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum sesuai dengan kemampuan keuangan daerah yang akan
diberikan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.

Bantuan sosial berupa uang yang diberikan kepada individu dan/atau keluarga terdiri dari bantuan sosial
kepada individu dan/atau keluarga yang direncanakan dan yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.
Bantuan sosial yang telah direncanakan akan dialokasikan kepada individu dan/atau keluarga yang sudah
jelas nama, alamat penerima dan besarannya pada saat penyusunan APBD, sementara untuk bantuan sosial
yang belum direncanakan dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko sosial yang tidak dapat diperkirakan
pada saat penyusunan APBD yang apabila ditunda penanganannya akan menimbulkan resiko sosial yang
lebih besar bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan, pagu anggaran tidak boleh melebihi pagu
alokasi anggaran yang direncanakan.

Lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain


Selain Individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang berhak sebagai penerima bantuan sosial,
lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain juga dapat menjadi penerima
bantuan sosial dengan syarat lembaga tersebut berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/atau
masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

1. Sifatnya tidak terus menerus dan selektif

Pemberian bantuan sosial secara tidak terus menerus dapat diartikan bahwa bantuan sosial tidak harus
diberikan setiap tahun anggaran, dikecualikan pada hal-hal tertentu bantuan sosial dapat dilakukan secara
terus menerus. Batasan pengecualian tersebut tidak secara jelas dijabarkan dalam Permendagri Nomor 32
Tahun 2011, dalam peraturan tersebut hanya menjelaskan bahwa penerima bantuan sosial dapat diberikan
secara terus menerus sampai penerima bantuan telah lepas dari resiko sosial.[7] Ketentuan pasal 24 ayat (1)
butir c ini dan ayat (5) menunjukkan pasal-pasal yang akan memberikan kebingungan dan tidak singkron
antara ayat demi ayat. Jika mencermati kedua pasal tersebut maka mengenai jangka waktu pemberian
bantuan sosial cukup disebutkan bahwa bantuan sosial tetap dapat dianggarkan sampai penerima bantuan
lepas dari resiko sosial.

Kriteria selektif dapat diartikan bahwa bantuan sosial hanya diberikan kepada calon penerima yang
ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan resiko sosial. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait
harus dengan cermat melakukan evaluasi terhadap proposal yang diajukan calon penerima bantuan sosial.
Kriteria selektif ini mengharuskan SKPD terkait harus dengan selektif memilih calon penerima bantuan
sosial, hanya calon penerima bantuan sosial yang menggunakan dana untuk tujuan melindungi masyarakat
dari resiko sosial yang dapat ditetapkan sebagai penerima bantuan sosial.

1. Tujuan pemberian untuk melindungi kemungkinan terjadinya resiko sosial

Bantuan sosial sejatinya diberikan untuk melindungi kemungkinan-kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Resiko sosial dapat diartikan sebagai kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya
kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak
krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan
belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.[8] Tujuan
pemberian bantuan sosial dapat dirinci lagi sebagai berikut, bahwa bantuan sosial diberikan untuk :[9]

Rehabilitasi sosial, yaitu untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang
mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Disfungsi sosial
merupakan kondisi seseorang yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut tidak mampu
melaksanakan peran sosial sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, dan sesuai dengan harapan
orang lain.[10] Misalkan seorang ayah akibat dari resiko sosial tidak dapat melakukan tanggung
jawabnya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, bisa dikatakan bahwa ayah tersebut telah
mengalami disfungsi sosial sehingga harus direhabilitasi untuk memulihkan dan mengembangkan
fungsi sosialnya secara wajar.

Perlindungan sosial, yaitu untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan
sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai
dengan kebutuhan dasar minimal.

Pemberdayaan sosial, yaitu untuk menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat yang mengalami
masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

Jaminan sosial, merupakan skema yang melembaga untuk menjamin penerima bantuan agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Penanggulangan kemiskinan, merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap
orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata
pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.

Penanggulangan bencana, merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk rehabilitasi.

3. Bentuk Bantuan Sosial

Bantuan sosial dapat berupa uang atau barang yang diterima langsung oleh penerima bantuan sosial.
Bantuan sosial berupa uang diberikan secara langsung kepada penerima seperti beasiswa bagi anak miskin,
yayasan pengelola yatim piatu, nelayan miskin, masyarakat lanjut usia, terlantar, cacat berat dan tunjangan
kesehatan putra putri pahlawan yang tidak mampu. Bantuan sosial dalam bentuk barang adalah barang yang
diberikan secara langsung kepada penerima seperti bantuan kendaraan operasional untuk sekolah luar biasa
swasta dan masyarakat tidak mampu, bantuan perahu untuk nelayan miskin, bantuan makanan/pakaian
kepada yatim piatu/tuna sosial, ternak bagi kelompok masyarakat kurang mampu.

Gambar. Siklus Penetapan Penerima Bantuan Sosial

Penganggaran bantuan sosial dibedakan berdasarkan apakah bantuan sosial berupa uang atau berupa barang,
jika bantuan sosial yang diberikan berupa uang maka penganggaran dicantumkan dalam Rencana Kerja
Anggaran (RKA)-PPK dan dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, sedangkan bantuan sosial
yang diberikan dalam bentuk barang maka bantuan sosial tersebut dicantumkan dalam RKA-SKPD dan
dianggarkan dalam kelompok belanja langsung. RKA-PPKD dan RKA-SKPD ini menjadi dasar
penganggaran bantuan sosial dalam APBD sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 30A pada Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Permendagri Nomor 39 Tahun 2012, mewajibkan kepala daerah untuk mencantumkan daftar nama
penerima, alamat penerima dan besar bantuan sosial pada Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran
APBD. Dengan penambahan pasal ini maka pemberian bansos lebih transparan, tetapi ketentuan ini tidak
berlaku untuk bantuan sosial yang diberikan kepada individu/keluarga yang tidak dapat direncanakan,
oleh sebab itu bantuan sosial tidak terencana yang diberikan kepada individu/keluarga perlu diberikan
perhatian khusus atas realisasinya, karena resiko atas terjadinya penyelewengan pada jenis bantuan sosial ini
cukup tinggi.

4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good governance) maka seluruh transaksi keuangan
pada pemerintah daerah harus akuntabel (dapat dipertanggungjawabkan), oleh karena itu setiap penerima
bantuan harus bertanggung jawab atas penggunaan dana bantuan sosial. Penerima bantuan sosial
bertanggung jawab secara formal dan materiil atas penggunaan bantuan sosial yang diterimanya, artinya
penerima bantuan sosial bertanggungjawab secara penuh atas penggunaan bantuan sosial. Bentuk tanggung
jawab penerima bantuan sosial meliputi :[11]
1. laporan penggunaan bantuan sosial oleh penerima bantuan sosial;

2. surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa bantuan sosial yang diterima telah
digunakan sesuai dengan usulan; dan

3. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan perundang-undangan bagi penerima
bantuan sosial berupa uang atau salinan bukti serah terima barang bagi penerima bantuan sosial
berupa barang.

Pertanggungjawaban penerima bantuan sosial menyampaikan pertanggungjawabanya paling lambat 10


Januari pada tahun anggaran berikutnya kecuali ditentukan lain sesuai peraturan perundang-undangan.
Pertanggungjawaban tersebut disimpan dan dipergunakan oleh penerima bantuan sosial selaku obyek
pemeriksaan.

Penerimaa Bantuan sosial dalam bentuk uang menyampaikan laporan penggunaan bantuan sosial kepada
kepala daerah melalui PPKD dengan tembusan kepada SKPD terkait, kemudian dicatatkan sebagai realisasi
jenis belanja bantuan sosial pada PPKD dalam tahun anggaran berkenan. Penerima bantuan sosial berupa
barang menyampaikan laporan penggunaan bantuan sosial kepada kepala daerah melalui SKPD terkait yang
kemudian dicatat sebagai realisasi obyek belanja bantuan sosial pada jenis belanja barang dan jasa dalam
program dan kegiatan pada SKPD terkait.

Dari sisi pemerintah daerah, realisasi bantuan sosial dicantumkan pada laporan keuangan pemerintah daerah
dalam tahun anggaran berkenaan. Bantuan sosial berupa barang yang belum diserahkan kepada penerima
bantuan sosial sampai dengan akhir tahun anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca.
Realisasi bantuan sosial berupa barang dikonversikan sesuai standar akuntansi pemerintahan pada laporan
realisasi anggaran dan diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan dalam penyusunan laporan
keuangan pemerintah daerah. Pemerintah daerah bertanggung jawab atas pemberian bantuan sosial meliputi
:

1. usulan dari calon penerima bantuan sosial kepada kepala daerah;

2. keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima bantuan sosial dikecualikan untuk
penerima bantuan sosial yang diberikan kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat
direncanakan sebelumnya;

3. pakta integritas dari penerima bantuan sosial yang menyatakan bahwa bantuan sosial yang diterima
akan digunakan sesuai dengan usulan;

4. bukti transfer/penyerahan uang atas pemberian bantuan sosial berupa uang atau bukti serah terima
barang atas pemberian bantuan sosial berupa barang;

5. khusus untuk bantuan sosial yang diberikan kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat
direncanakan sebelumnya maka PPKD wajib membuat rekapitulasi penyaluran bantuan sosial paling
lambat tanggal 5 Januari tahun anggaran berikutnya, rekapitulasi tersebut memuat nama penerima,
alamat dan besaran bantuan sosial yang diterima oleh masing-masing individu dan/atau keluarga.

Bantuan sosial adalah bantuan langsung dari pemerintah kepada perorangan dan rumah
tangga. Termasuk di sini bantuan pemerintah kepada masyarakat akibat bencana alam,
peperangan, dan pendidikan yang diterimakan langsung kepada orang yang bersangkutan.

Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga
kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan
keagamaan. Pengeluaran ini dalam bentuk uang/ barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/amirsyahoke/mengenal-jenis-jenis-belanja-pemerintah-pusat-
dalam-apbn_552b00daf17e616860d623ca

Anda mungkin juga menyukai