Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Setelah melakukan percobaan mineral sampling, didapatkan data hasil
percobaan berupa kadar besi (Fe) dan kuarsa pada sampel. Data hasil percobaan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Mineral Sampling
Jumla
+60# = 0,41 gram -60# = 19,5 gram h total
Minera B. (%)
l J Butiran Jumlah % Butiran Jumla %
butir x bera h butir bera
I II I II
B.J t x B.J t

Besi 4,3 2 22 17,2 0,39 229 149 1612,5 83,48 83,87

Kuarsa 2,6 44 44 228,8 5,22 25 56 210,6 10,90 16,12

Jumlah 69 46 46 246 5,61 254 20 1823,1 94,38 99,99

4.2 Pembahasan
Adapun pembahasan dari percobaan praktikum mineral sampling adalah
yaitu, mineral sampling adalah suatu teknik proses pengambilan sebagian kecil
dari total bijih yang akan di proses dan menghasilkan data yang mewakili kondisi
bijih secara keseluruhan, sehingga nantinya kita dapat menentukan dan
memastikan proses pengolahan selanjutnya apa yang cocok untuk mineral
tersebut. Pada percobaan kali ini, jumlah pasir yang digunakan adalah sebanyak
40 gram, dengan komposisi pasir besi sebanyak 20 gram dan pasir kuarsa
13

sebanyak 20 gram. Setelah melakukan penimbangan massa pasir besi dan pasir
kuarsa langkah selanjutnya adalah pengayakan dengan fraksi (-40+60#) dan (-
60#).
Pertama-tama sampel pasir besi dan pasir kuarsa dimasukkan ke dalam
ayakan setelah dilakukan proses pengayakan, maka kita mendapatkan dua fraksi,
fraksi pertama adalah bijih yang berukuran -40+60# (oversize) yang letaknya
diantara ayakan 40# dan 60#. Dikatakan oversize karena bijih tersebut tidak lolos
ketika dilakukan proses pengayakan, dengan kata lain ukuran bijihnya lebih besar
dari -60#. Fraksi yang kedua adalah bijih yang berukuran -60# (undersize) yang
letaknya di bawah ayakan 60#. Dikatakan undersize karena bijih tersebut lolos
ketika dilakukan proses pengayakan. Setelah itu, masing-masing fraksi di timbang
dengan menggunakan neraca teknis, dan diketahui bahwa fraksi pertama
mempunyai berat 2,24 gram. Fraksi kedua mempunyai berat 37,61 gram.
Setelah dipisahkan berdasarkan fraksi sampel, untuk teknik pengambilan
sampel, kita menggunakan metode coning dan quartering dimana meletakkan
pasir dititik pusat pada kertas yang telah terbagi menjadi empat sisi, masing-
masing fraksi di buat seperti kerucut dan di tekan secara homogen agar data yang
diperoleh dari sampel representatif. penggunaan metode tersebut dinamakan
metode coning. Setelah itu, pada tahap ini menggunakan proses quartering atau
membagi sampel menjadi empat, prosesnya sampel yang telah dihomogenkan
diratakan dan dibagi menjadi empat bagian pada sisi yang berbeda. Empat bagian
tersebut dipisahkan dan dijauhkan terhadap titik pusat untuk memperkecil
pengaruh sampel yang terbuang. Dua bagian yang bersebrangan dari empat bagian
tersebut digabungkan. Metode quartering ini dilakukan untuk mengurangi jumlah
dari sampel. Metode coning dan quatering ini dilakukan sebanyak beberapa kali
hingga massa nya menjadi lebih sedikit untuk sampel fraksi -60# dan sampel
fraksi -40+60#, dimana satu kali coning dan quatering itu terdiri dari 10 kali
membolak balikan sisi kertas. Pada percobaan ini dilakukan pengamatan dan
perhitungan jumlah pasir kuarsa dan pasir besi yang ada di preparat, yaitu
penghitungan jumlah butiran pasir dengan menggunakan mikroskop optik. Pada
percobaan ini dilakukan pengamatan dan perhitungan jumlah pasir besi dan pasir
14

kwarsa yang ada di preparat yang terdapat dua kotak masing masing berukuran
3 x 3 sehingga tiap masing masing kotak terdapat 9 kotak. Kotak-kotak ini
berfungsi sebagai pembatas dari setiap butir pasir besi maupun kuarsa yang
dihitung. Bila dilihat dari mikroskop optik akan nampak jelas perbedaan antara
pasir besi dan pasir kuarsa.
Bila dilihat dari mikroskop optik akan nampak jelas perbedaan antara
pasir besi dan pasir kuarsa. Pasir besi memiliki warna hitam yang mengkilap
dengan bentuk butiran cenderung halus dan lebih kecil dari pasir kuarsa.
Sedangkan pasir kuarsa memiliki warna yang bermacam-macam seperti hitam,
cokelat kemerahan, kuning, perak, namun dengan bentuk yang kasar seperti
pecahan batu kali, serta memiliki warna yang kusam pada butirannya. Banyaknya
macam warna pada kuarsa disebabkan karena pada kuarsa terdapat material
pengotor di dalamnya. Warna cokelat kemerahan dikarenakan adanya kandungan
kalsium dan magnesium, warna kuning dikarenakan adanya kandungan senyawa
oksida besi, dan warna silver dikarenakan adanya kandungan aluminum.
Pengamatan dan penghitungan ini menggunakan alat mikroskop optik dengan
perbesaran 100 kali . Maksud dari perbesaran itu adalah memperbesar objek agar
terlihat lebih jelas sebesar 100 kali dengan cara kerja mengubah arah sinar cahaya
dalam cara yang pasti untuk memperbesar gambar objek . Bila dilihat dari
mikroskop optik akan nampak jelas perbedaan antara pasir besi dan pasir kuarsa.

400 375
350
Jumlah Ukuran

300

250

200 besi kuarsa

150

100 88 81

50
4 1 2
0
15

Gambar 4.1. Grafik Fraksi terhadap Jumlah Ukuran


Pada praktikum ini di dapat data hasil dari percobaan seperti pada Gambar
4.1.grafik fraksi terhadap jumlah ukuran dimana pada fraksi -40# dan +60# di
dapat sampel seberat 2,24 gram dengan berat masing-masing sampel pasir besi
pada kotak preparat pengamatan pertama dari hasil pengamatan sebanyak 2 butir
dan sampel pasir kuarsa dari hasil pengamatan sebanyak 44 butir. Pada kotak
kedua praparat pengamatan di peroleh dari hasil pengamatan sebanyak 2 butir dan
sampel pasir kuarsa dari hasil pengamatan sebanyak 44 butir. Pada fraksi 40# dan
+60# berat dari masing-masing sampel di dapatkan dari hasil perhitungan sampel
pasir besi di dapatkan sebesar 0,39% dan pada sampel pasir kuarsa di daptkan
sampel sebesar 5,22%, Maka dapat di simpulkan pada fraksi 40# dan +60#
terdapat jumlah % berat sebesar 5,61%.
pada fraksi -60# di dapat sampel seberat 37,61 gram dengan berat masing-
masing sampel pasir besi pada kotak preparat pengamatan pertama dari hasil
pengamatan sebanyak 229 butir dan sampel pasir kuarsa dari hasil pengamatan
sebanyak 25 butir. Pada kotak kedua praparat pengamatan di peroleh dari hasil
pengamatan sebanyak 146 butir dan sampel pasir kuarsa dari hasil pengamatan
sebanyak56 butir. Pada fraksi 1 % berat dari masing-masing sampel di dapatkan
dari hasil perhitungan sampel pasir besi di dapatkan sebesar 83.48% dan pada
sampel pasir kuarsa di daptkan sampel sebesar 10,90%, Maka didapatkan jumlah
pada fraksi -60# terdapat %berat sebesar 94,38%.
Pada percobaan ini di dapatkan jumlah total persen berat pada sampel
pasir besi sebanyak 83,87% dan pada sampel pasir kuarsa sebanyak 16,12% dan
jumlah total dari semuan persen berar pada percobaan ini sebesar 99,99%. Hasil
tersebut terindikasi adanya galat atau error. Galat pada percobaan ini pada sampel
pasir besi sebesar 67,74 % dan pada sampel pasir kuarsa sebesar 67,76%. Error
yang cukup besar ini, banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya galat (error)
data pada percobaan kali ini. Faktor pertama adalah ketelitian, bisa jadi ketika kita
melakukan pengamatan pada mikroskop kita salah membedakan yang mana pasir
besi dan yang mana pasir kuarsa dan banyaknya sampel pasir besi dan pasir
kuarsa menumpuk pada satu titik sehingga sulit membedakan jumlah pada pada
16

butir yang satu dengan yang lainya. Mungkin hal ini disebabkan oleh beberapa hal
seperti. Kurangnya pengaturan fokus dan cahaya pada mikroskop, sehingga
gambar atau penampakan di lensa (mikroskop) menjadi kurang begitu jelas. Pada
saat kita melakukan penyebaran sampel pada kotak preparat terjadi penumpukan,
yang menyebabkan pengamatan terhadap sampel tersebut menjadi sedikit
terganggu dan kurang maksimal.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya galat data adalah pada saat
pengambilan sampel yang di sebabkan oleh kurang ratanya pengadukan, sehingga
pasir yang kita punya belum homogen, masih terjadi penumpukan besi ataupun
kuarsa di beberapa tempat atau bagian. Untuk meminimalisir terjadinya galat atau
kesalahan data tersebut, maka kita harus memperhatikan faktor ketelitian dan
pengambilan sampel, sehingga hasil yang kita peroleh menjadi lebih akurat, dan
proses pengolahan mineral yang kita lakukan menjadi efektif dan efisien.
Metode coning dan quartering jika diterapkan pada perusahan untuk
melakukan mineral sampling bias di gunakan karena dengan metode ini sampel
yang didapat bisa kita bedakan pada sifat fisiknya seperti morfologi warnanya.
Tetapi pada perusahaan, teknik mineral sampling yang menggunakan metode
coning dan quartering dengan skala perusahaan sampel yang di diambil harus
lebih besar atau lebih banyak karena jika di ambil sedikit di takutkan pada sampel
yang di ambil tersebut tidak mewakili keseluruhan dari sampel dan dapat juga
sampel yang diambil itu kenanyak atak semuanya hanya berisi pengotor tidak ada
sampel yang ingin kita dapatkan. Contohnya pada peruhaan PT Timah yang
menngunakann teknik coning dan quartering pada mineral ampling yang meraka
gunakan. Pada prose mineral sampling yang dilakukan oleh perusahaan tersebut
sampel yang di ambil sebesar karung, karena alat pembagi sampel dan pencampur
juga sebesar itu. Tetapi pengamatan dengan metode coning dan quartering
memiliki kekurangan yaitu metode ini memakan waktu yang lama pada proses
pengambilan sampelnya dan kurang akurasi dari perhitungansampel dengan
mikroskop optik.
Metode coning dan quartering merupakan termasuk metode fisik yaitu
metode yang mengandalkan sifat fisik dari sampel saja pada pengambilan sampel
17

sampling, metode fisik ini banyak terdapat kekurangan yang pada prosesnya
seperti kurangnya ketilitian pada saat melakukan pengamatan pada mikroskop kita
salah membedakan yang mana pasir besi dan yang mana pasir kuarsa dan
banyaknya sampel pasir besi dan pasir kuarsa menumpuk pada satu titik sehingga
sulit membedakan jumlah pada pada butir yang satu dengan yang lainya. Metode
ini juga ada beberapa faktor seper pada saat pengambilan sampel yang di
sebabkan oleh kurang ratanya pengadukan,atau pencampuran antara sampel pasir
besi dan pasir kuarsa, sehingga pasir yang kita punya belum homogen, masih
terjadi penumpukan pasir besi ataupun kuarsa di beberapa tempat atau bagian.
Contohnya pada metode coning dan quartering pada saat pembagian di kertas
yang terdapat garis pembagi kurang rata dalam pembagian dan pencampuran.
Solusi dari agar tidak tejadinya kesalahan itu kita bisa menggunaka mineral
sampling secara kimia agar lebih terakurasi datanya.
Metode sampling secara kimia memang sangat akurasi dari mulai
komposisi sampel, jenis mineral yang terdapat di sampelnya, dan berpa persen
berat sampel secara tepat. Metode secara kimia juga sangat bagus dalam sampling
karena dapat mengetahui kandungan apa saja yang ada di dalam sampel dan
berapa banyak di dalammnya.Itulah kelebihan dari metode sampling secara kimia,
karena ada kelebihan pasti juga terdapat kekurangan pada metode kimia ini,
kekurangan dari metode ini antara lain pada saat pengamatan sampel bisa saja
seorang pengamat melakukan kebohongan atau memnipulasi data yang dia dapat,
sehingga membuat perusahan yang menggunakan jasa sampling tersebut
mengalami kerugian yang besar. Contohnya jika sampel yang teliti ternyata hanya
berisi 10% kandungan dari mineral yang ingin kita ambil, tetapi pengamat
melakukan manipulasi data pada hasil pengamatan dengan membuat data bahwa
kandungan pada sampel tersebut terdapat 70% kandungan mineral yang di
inginkan. Maka perusahaan mengalami kerugian karena dengan hanya kandungan
10% tidak mendapatkan keuntungan yang di targetkan, karena pastinya
perusahaan membuat perhitungan menggunaka data kandungan 70% sehingga
perusahaan merugi.
18

Anda mungkin juga menyukai