Anda di halaman 1dari 4

DINAMIKA HUBUNGAN BISNIS DAN NEGARA

PENDAHULUAN

Bisnis erat kaitannya dengan pasar, yakni Suatu Organisasi/lembaga yang


menyediakan barang dan/atau jasa berdasarkan kompetisi supply and demand yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan (laba). Dengan kata lain, faktor pendorong
organisasi/lembaga untuk memulai bisnis dan mengembangkannya adalah prospek
mendapatkan keuntungan (laba). Dalam hubungannya dengan negara, bisnis akan mengalami
gejolak globalisasi yang sering sekali timbul konflik akibat adanya kepentingan politik
ataupun perang dagang.

Globalisasi melibatkan integrasi ekonomi, transfer kebijakan lintas batas, transmisi


pengetahuan, stabilitas budaya dan wacana kekuasaan, yang merupakan sebuah proses global,
sebuah konsep, sebuah revolusi, dan suatu usaha dari pasar global. Yucel, et.al. (2009)
mengungkapkan bahwa globalisasi meliputi tujuan dimensi sebagai berikut: ekonomi, yaitu
globalisasi yang terkait dengan perdagangan, uang, perusahaan, perbankan, dan permodalan;
politik, yaitu globalisasi yang terkait dengan ilmu pengetahuan, pemerintahan, perang,
perdamaian, IGOs (Inter-Governmental Organizations). Namun sering sekali tujuan ekonomi
tersebut dikaitkan dengan aspek politik sehingga terjadinya gejolak.

Sehingga sebuah pasar yang melakukan bisnis Internasional harus mengetahui betul
politik, budaya maupun sistem perundang-undangan yang berlaku di negara lain dan negara
dalam hal ini perlu memperhatikan dan mengambil kebijakan jika suatu kepentingan politik
dan kepentingan privat dalam bisnis internasional dijadikan sebagai alat untuk melakukan
perang dagang antar negara.

GLOBALISASI

Menurut Daniel (2007:6), Globalisasi adalah proses tumbuhnya hubungan saling


ketergantungan antar negara-negara dan orang-orang di berbagai belahan dunia. Kita
mendapatkan suatu jenis barang yang lebih bervariasi, kualitas yang lebih baik atau harga
yang lebih murah karena globalisasi. Namun, hubungan antara pasokan barang dan pasar
tidak akan terjadi tanpa bisnis internasional.
Bisnis internasional adalah semua transaksi komersial, baik
pemerintah yang melakukannya atas keuntungan dan alasan politik,
maupun non-pemerintah (privat) yang hanya bertujuan untuk mencari
keuntungan, yang kesemuanya itu terjadi antara dua atau lebih negara.
(Daniel, 2007:7).

Tiga tujuan operasional utama yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk


terlibat dalam bisnis internasional, yaitu:

(1) Memperluas penjualan;


(2) Memperoleh sumber daya;

(3) Meminimalkan risiko (Daniel, 2007:16).

Bisnis internasional dapat mengurangi risiko operasional dengan memperlancar


penjualan dan perolehan keuntungan, serta mencegah pesaing untuk memperoleh keuntungan
yang berlebih. Ketika mengejar bisnis internasional, perusahaan privat dan pemerintah harus
memutuskan bagaimana melaksanakan bisnis dan seperti apa modus operasional yang akan
digunakan.

Modus suatu perusahaan yang beroperasi secara internasional dalam membentuk


strategi harus mempelajari lingkungan eksternalnya terlebih dahulu (Daniel, 2007:21).
Lingkungan eksternal tersebut meliputi faktor fisik, seperti politik suatu negara, budaya,
hukum dan ekonomi. Politik juga seringkali menentukan dimana dan bagaimana bisnis
internasional dapat berlangsung. Setiap negara memiliki hukum sendiri untuk mengatur
bisnis yang berjalan di negaranya. Kesepakatan negara-negara tentang berbagai hal tersebut
tertuang dalam hukum internasional. Ekonomi juga dapat menjelaskan perbedaan negara
dalam hal biaya, nilai mata uang dan ukuran pasar (Daniel, 2007:23). Sementara kondisi
alamiah dapat mempengaruhi apa yang diproduksi di sana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam kasus Indomie yang mendapat larangan izin penjualan di Taiwan juga
dikarenakan faktor dari adanya globalisasi (sosial, hukum, dan kepentingan politik) yang
timbul dari kegiatan bisnis internasional sehingga menjadikan Indomie dan produk mie
Taiwan menjadi objek dalam perang dagang.

Kronologisnya, tanggal 9 Juni 2010, Food and Drugs Administration (FDA)


Taiwan melayangkan surat teguran kepada Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di
Taiwan karena produk tersebut tidak sesuai persyaratan FDA. Dalam surat tersebut
dilampirkan pemeriksaan dari Januari-20 Mei 2010 bahwa terdapat bahan pengawet pada
bumbu Indomie yang tidak diizinkan di Taiwan

Padahal berdasarkan rilis Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, produk
Indomie aman dikonsumsi dan sesuai dengan standar CODEX Alimentarius Commission
(CAC) yang diakui secara internasional. Sementara itu, Taiwan bukanlah anggota CAC
sehingga menerapkan standar yang berbeda dengan standar internasional itu, sehingga ada
perbedaan standar walaupun kedua standar itu diakui sebagai standar internasional dan
aman untuk konsumen.

Berdasarkan larangan tersebut, terdapat berbagai aspek/indikator lain yang


mempengaruhinya, antara lain:

Secara Sosial Budaya, PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. (ICBP), telah
berhasil menggunakan Cost Leadership Strategy dengan produk mie lainnya yang ada di
Taiwan. Terlihat bahwa warga Taiwan juga ternyata menyukai produk Indomie karena
selain rasanya enak, harganya juga murah. Tidak hanya itu bagi eksportir pun pengiriman
mie instant ke Taiwan merupakan komoditas besar dan untung besar, dimana rata-rata
harganya 50 NT$ (New Taiwan Dollar) untuk 7 bungkus Indomie. Jadi dengan harga yang
sedemikian murah, warga Taiwan maupun Tenaga Kerja Indonesia yang berada di Taiwan
menyukai kehadiran Indomie. Dari hadirnya produk Indomie dan keberhasilan dalam
persaingan pasar inilah produk lokal Taiwan merasa tersaingi dan melakukan sejumlah
langkah untuk melarang beredarnya produk Indomie dengan isu-isu kesehatan dari
negaranya.

Secara Hukum, dalam bisnis Internasional terdapat adanya perbedaan standar yang
dipegang oleh masing-masing negara sehingga Indonesia perlu menganalisis kasus
pelarangan Indomie di Taiwan apakah terjadi di luar kendali Indofood, karena menurut
Indofood, mereka telah melakukan ketentuan ekspor dengan benar. Indofood membuat
Indomie kemasan Thaiwan yang kandungan kimianya disesuaikan dengan ketentuan negeri
tersebut. Memang, standar kandungan kimia di tiap negara berbeda-beda, sehingga wajar
bila Indomie di Taiwan dilarang, di Indonesia dibolehkan. Namun eksportir atau importir
nakal diprediksi telah menyisipkan kemasan Indonesia ke Taiwan.

Secara Politik, ternyata bisnis internasional dipengaruhi dengan adanya berbagai


kepentingan. Negara kompetitor menggunakan isu kesehatan untuk melindungi produk
dalam negeri mereka. Bahkan, ada kemungkinan isu ini akan merembet ke produk lain,
seperti produk elektronik. Sama halnya dengan kasus yang terjadi antara Burger King
dengan Sinar Mas. Waktu itu dunia internasional menuduh bisnis minyak sawit mentah
(CPO) di Indonesia dilakukan dengan cara yang tidak patut. Perkebunan kelapa sawit
dituduh dibangun dengan cara merusak hutan. Dengan mengunakan alasan itu, Burger
King lalu memutuskan kontrak dengan Sinar Mas Group, produsen minyak goreng Filma.
Padahal ada perang dagang dibalik kasus tersebut.

(Isu kesehatan) memang sering dipakai negara lain karena penjualan produk
Indonesia sedang tinggi-tingginya di sejumlah negara. Dengan kata lain, larangan di
Taiwan ini merupakan bagian dari persaingan yang tidak sehat.

KESIMPULAN

Negara dan Pasar tidak mungkin terlepas dari bisnis internasional. Namun, perlu
diwaspadai oleh negara maupun pasar yakni faktor kekuatan hukum yang kuat dan sah yang
dipegang masing-masing negara, sosial budaya yang mendominasi suatu wilayah, serta perlu
persaingan sehat dalam kepentingan bisnisnya untuk menjaga stabilitas dagang antar negara
dan menghindari pihak yang dirugikan dengan persaingan dagang yang tidak sehat tersebut.

Daftar Pustaka:

Daniels, John D., Radebaugh, Lee H & Sulivan, Daniel P.. 2007. Globalization and
International Business dalam International Business: Environment and Operations.
New Jersey: Pearson Prentice Hall

Ycel, R., Elibol, H. and Dadelen, O. (2009). Globalization and International Marketing
Ethics Problems. International Research Journal of Finance and Economics. Issue
26, pp. 93-104.

Anda mungkin juga menyukai