Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim akhir-akhir ini menjadi isu menarik diperbincangkan baik

ditingkat global maupun lokal. Indonesia adalah Negara yang memiliki kerentanan

tinggi terhadap perubahan iklim. hal ini berkaitan dengan Indonesia yang merupakan

wilayah kepulauan terbesar di dunia dengan dengan jumlah Pulau Sebanyak 17.504

pulau. Dari jumlah tersebut ternyata hanya sekitar 12,38 persen atau sekitar 2.342

pulau saja yang berpenghuni. Sisanya 87,62 persen atau sebanyak 15.337 pulau tidak

berpenghuni. Kerentanan Indonesia juga disebakan faktor aktifitas manusia yang

kurang peduli terhadap aspek keberlanjutan lingkungan, yang terlihat konversi hutan

secara besar-besaran tanpa mengindahkan keberlanjutannya, penggunaan bahan bakar

fosil, dan pembukaan mangrove di wilayah pesisir serta perusakan terumbu karang

yang masif dilakukan.

Perubahan iklim mengakibatkan perubahan fisik lingkungan di wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil antara lain berupa intrusi air laut ke darat, gelombang pasang,

banjir, kekeringan, genangan di lahan rendah, dan erosi pantai. Perubahan fisik

tersebut tentunya mengimbas pada segala sektor kehidupan dan penghidupan di

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Perubahan fisik tersebut berdampak pada

morfologi pantai, ekosistem alamiah, permukiman, sumberdaya air, perikanan dan

kondisi social-ekonomi maupun budaya masyarakat.


2

Berbagai bentuk strategi adaptasi yang tepat dalam menanggapi adanya

perubahan iklim ini perlu diantisipasi semua aktor baik itu pemerintah, swasta dan

masyarakat sendiri.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

pengaruh perubahan iklim terhadap kondisi pesisir dan pulau-pulau kecil

1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah Mengetahui dampak perubahan iklim

terhadap kondisi lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil serta dampak terhadap

aktivitas masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil dan Mengetahui bentuk strategi

adaptasi dan mitigasi nya


3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Wilayah Pesisir

Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang

dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas

lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta

kesatuan ekosistemnya. Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil yang selanjutnya disingkat RAPWP-3-K adalah tindak lanjut rencana

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memuat tujuan, sasaran,

anggaran, dan jadwal untuk satu atau beberapa tahun ke depan secara terkoordinasi

untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan oleh instansi Pemerintah,

pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya guna mencapai hasil

pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil di setiap kawasan

perencanaan. Secara prinsip ekosistem pesisir mempunyai 4 fungsi pokok bagi

kehidupan manusia, yaitu:

1. sebagai penyedia sumberdaya alam,

2. penerima limbah,

3. penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan,

4. penyedia jasa-jasa kenyamanan.

Sebagai suatu ekosistem, perairan pesisir menyediakan sumberdaya alam yang

produktif baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak langsung, seperti

sumberdaya alam hayati yang dapat pulih (di antaranya sumberdaya perikanan,
4

terumbu karang dan rumput laut), dan sumberdaya alam nir-hayati yang tidak dapat

pulih (di antaranya sumberdaya mineral, minyak bumi dan gas alam).

2.1.1 Ekosistem Terumbu

Faktor-faktor fisik lingkungan yang berperan dalam perkembangan terumbu

karang adalah sebagai berikut (Departemen Kelautan dan Perikanan 2007).

Pertama,suhu air >18o C, tapi bagi perkembangan yang optimal diperlukan suhu rata-

rata tahunan berkisar antara 23-25o C, dengan suhu maksimal yang masih dapat

ditoleransikan berkisar antara 36-40o C. Kedua, kedalaman perairan <50 m, dengan

kedalaman bagi perkembangan optimal pada 25 m atau kurang. Terakhir, salinitas air

yang konstan berkisar antara 30-36 o /oo. Perairan yang cerah, bergelombang besar

dan bebas dari sedimen.

2.1.2 Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang

didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan

berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran

air, dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Oleh

karena itu, hutan mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal,

estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung. Penyebaran hutan mangrove

ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan, misalnya salinitas.

2.1.3 Ekosistem Padang Lamun

Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angio-

spermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam di dalam
5

laut. Tanaman ini dapat membentuk padang lamun yang luas hingga ke dasar laut

yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi

pertumbuhannya.

2.1.4 Ekosistem Estuaria

Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan

bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian

besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang

dibawa oleh air tawar dan air laut. Contoh dari estuaria adalah muara sungai, teluk

dan rawa pasang surut.

2.2 Bencana wilayah pesisir

Bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat diakibatkan karena:

1. peristiwa alam; atau

2. perbuatan orang.

2.2.1 Bencana Peristiwa Alam

Bencana yang diakibatkan karena peristiwa alam meliputi jenis bencana:

1. Gempa bumi;

2. Tsunami;

3. Gelombang ekstrim;

4. Gelombang laut berbahaya;

5. Letusan gunung api;

6. Banjir;

7. Kenaikan paras muka air laut;

8. Tanah longsor;
6

9. Erosi pantai;

10. Angin puting beliung; dan

11. Jenis bencana lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2.2.2 Bencana perbuatan orang

Bencana yang diakibatkan karena perbuatan orang meliputi

1. banjir;

2. kenaikan paras muka air laut;

3. tanah longsor; dan

4. erosi pantai.

2. 3 Tingkatan Risiko Bencana Alam

Tingkat risiko bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

dikelompokkan menjadi:

1. risiko tinggi;

2. risiko sedang; dan

3. risiko rendah.

Tingkat risiko bencana ditentukan berdasarkan analisis bahaya dan

kerentanan. Tingkat risiko bencana sebagaimana ditetapkan oleh instansi yang

membidangi urusan penanggulangan bencana sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.
7

2.4 Mitigasi bencana pulau-pulau kecil

Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari 17.508

pulau dengan luasan daratan yang mencapai 2,9 juta km2, dimana sekitar 992 pulau

yang berpenghuni dan kurang lebih 5.700 buah atau 33% saja yang telah diberi nama.

Pulau-pulau ini pada dasarnya dapat diklasifikasi menjadi empat kelompok, yaitu

pulau besar, pulau sedang, pulau kecil, dan pulau sangat kecil (Murdiyarso 1999).

Perubahan naiknya paras air laut akan memberikan pengaruh yang besar

terhadap wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Perubahan ini

disebabkan antara lain: 1) Kenaikan permukaan air laut; 2) Perubahan suhu

permukaan air laut; 3) Perubahan keasaman air (pH); dan 4) Peningkatan frekuensi

dan intensitas terjadinya iklim ekstrim seperti terjadinya badai dan gelombang tinggi

(KLHI 2007).

Setiap orang dalam melakukan mitigasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil memperhatikan aspek:

1. sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;

2. kelestarian lingkungan hidup;

3. kemanfaatan dan efektivitas; dan

4. lingkup luas wilayah.

Mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan melalui kegiatan:

1. struktur/fisik; dan/atau

2. nonstruktur/nonfisik.

2.4.1 Mitigasi nonstruktur/nonfisik

Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana gempa bumi meliputi:
8

1. penggunaan konstruksi bangunan tahan gempa;

2. penyediaan tempat logistik;

3. penyediaan prasarana dan sarana kesehatan; dan

4. penyediaan prasarana dan sarana evakuasi.

Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana tsunami meliputi:

1. penyediaan sistem peringatan dini;

2. penggunaan bangunan peredam tsunami;

3. penyediaan fasilitas penyelamatan diri;

4. penggunaan konstruksi bangunan ramah bencana tsunami;

5. penyediaan prasarana dan sarana kesehatan;

6. vegetasi pantai; dan

7. pengelolaan ekosistem pesisir.

Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana gelombang ekstrim

meliputi:

1. penyediaan sistem peringatan dini;

2. penggunaan bangunan peredam gelombang ekstrim;

vegetasi pantai; dan

pengelolaan ekosistem pesisir.

Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana gelombang laut

berbahaya melalui penyediaan sistem peringatan dini. Kegiatan struktur/fisik untuk

mitigasi terhadap jenis bencana letusan gunung api meliputi:

1. penyediaan sistem peringatan dini;

2. penyediaan bunker;
9

3. pembangunan jalur lahar; dan

4. penyediaan prasarana dan sarana evakuasi.

Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana banjir meliputi:

1. penyediaan sistem peringatan dini;

2. pembangunan bangunan pengendalian banjir; dan

3. penyediaan prasarana dan sarana evakuasi.

Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana kenaikan paras muka air

laut meliputi:

1. pembangunan bangunan pelindung pantai;

2. penyediaan pompa air;

3. penggunaan konstruksi bangunan yang beradaptasi pada kenaikan

paras muka air laut;

4. vegetasi pantai; dan

5. pengelolaan ekosistem pesisir.

Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana tanah longsor meliputi:

1. perkuatan lereng;

2. pembangunan jaringan drainase lereng; dan

3. pengaturan geometri lereng dengan pelandaian lereng atau pembuatan

terasering.

Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana erosi pantai meliputi:

1. pembangunan bangunan pelindung pantai;

2. peremajaan pantai;

3. vegetasi pantai; dan


10

4. pengelolaan ekosistem pesisir.

Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana angin puting beliung

meliputi:

1. penyediaan sistem peringatan dini;

2. penggunaan konstruksi tahan angin; dan

3. penanaman vegetasi pantai.

2.4.2 Mitigasi Untuk kegiatan nonstruktur/nonfisik

Kegiatan nonstruktur/nonfisik untuk mitigasi bencana meliputi:

1. penyusunan peraturan perundang-undangan;

2. penyusunan peta rawan bencana;

3. penyusunan peta risiko bencana;

4. penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal);

5. penyusunan tata ruang;

6. penyusunan zonasi; dan

7. pendidikan, penyuluhan, dan penyadaran masyarakat.


11

2.5 Solusi

PENYEBAB
PERUBAHAN PERUBAHAN
EKOLOGI EKOLOGI

DAMPAK SOSIAL
EKONOMI

STRATEGI ADAPTASI
-Strategi penganekaragaman alat tangkap;
-Strategi mengubah daerah penangkapan (fishing
ground);
-Strategi memanfaatkan hubungan sosial;
-Strategi memobilisasi anggota keluarga

Gambar 1 Kerangka Berpikir Pustaka Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan


Ekologis

PERUBAHAN
IKLIM

DAMPAK TERHADAP
KEHIDUPAN NELAYAN

PEMAHAMAN STRATEGI
NELAYAN TENTANG KONDISI EKONOMI
MENGHADAPI
IKLIM PERUBAHAN IKLIM

Gambar 2 Kerangka Berpikir Pustaka Perubahan Iklim dan Pengetahuan Lokal di


Dua Desa Pesisir Kabupaten Ende
12

KETIDAK
DEGRADASI
TERATURAN
TEHADAP
CUACA
POTENSI SDA
-Suhu Bencana
PERUBAHAN PESISIR & LAUT
-Curah hujan -Banjir Bandang
IKLIM -Mangrove
-Musim -Abrasi
-Terumbu Karang
-Sumberdaya
Perikanan

Gambar 3 Kerangka Berpikir Pustaka Perubahan Iklim, Potensi Sumber Daya


Pesisir-Laut dan Degradasi Lingkungan di Kawasan Teluk Bone
13

BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan

Dari pembahasan di atas, Perubahan iklim dapat disimpulkan dari beberapa

pustaka yang disarikan penulis bukanlah anomali iklim yang terjadi pada waktu

tertentu, melainkan dapat disebut perubahan iklim apabila terjadi pada periode waktu

yang panjang. Dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim global yang terjadi atau

efek gas rumah kaca memiliki dampak besar dalam bentuk fisik. Dampak fisik yang

terjadi yaitu genangan di lahan rendah dan rawa; erosi pantai; gelombang ekstrim dan

banjir; intrusi air laut ke sungai dan air tanah; kenaikan muka air laut; perubahan

pasut dan gelombang; perubahan endapan sedimen; pemukiman; sumberdaya air;

perikanan; serta pariwisata bahari.

Selanjutnya perubahan iklim juga berdampak pada aktifitas nelayan. Dampak

yang tersebut terasa dalam kondisi sosial-ekonomi yang mengganggu kehidupan dan

aktifitas masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Dampak perubahan kondisi

tersebut pada masyarakat pesisir diantaranya mengakibatkan penyebaran penyakit

demam berdarah; kolera dan malaria; terancamnya sumberdaya air tawar penduduk

dan budidaya perikanan; dan menurunnya produksi perikanan tangkap.

Dari kondisi sosial-budaya dan ekonomi, dapat disimpulkan bahwa

masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki hubungan patron klien yang kuat

dengan juragan. Selanjutnya Identitas tempat sebagai unsur pengikat dan pembeda

bagi nelayan. Dalam organisasi kerjanya mereka terkendalan terbatasnya SDM &

lemahnya organisasi. Masyarakat pesisir di pulau-pulau kecil sangat rentan terhadap

bencana. Dalam kondisi ekonomi, mereka sangat bergantung pada kondisi


14

sumberdaya alam khususnya laut disekitarnya. Selain itu dapat dilihat sifat tangkapan

yang open access membuat nelayan harus berpindah-pindah dan elemen risiko yang

harus dihadapi lebih besar daripada petani darat. Dalam ekonomi juga ikatan patron-

klien pada tengkulak, punggawa dan toke saat musim paceklik dan permodalan

menjadi penolong mereka.

Tentunya dari perubahan kondisi yang ada, masyarakat pesisir memiliki

strategi-strategi yang digunakan untuk mengeram dampak akibat perubahan iklim

tersebut. Inti sari dari beberapa kajian pustaka sebelumnya menunjukan beragam

strategi adaptasi baik pada aspek ekonomi, gender, sosial budaya, Teknologi dan

Teknik Budidaya. Selain melakukan adaptasi, mereka juga melakukan upaya mitigasi.

Upaya ini adalah strategi memanfaatkan bagian alam sebagai alat untuk menahan laju

dampak perubahan iklim yang terjadi seperti penanaman mangrove dan perbaikan

terumbu karang.
15

DAFTAR PUSTAKA

Jusmy d putuhena. perubahan iklim dan resiko bencana pada wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Program Studi Konservasi Hutan, Fakultas Pertanian,
Universitas Pattimura Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon. e-mail:
jusmy_putuhena@yahoo.com
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sss
    Sss
    Dokumen3 halaman
    Sss
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen3 halaman
    Dapus
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • B
    B
    Dokumen1 halaman
    B
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Depn
    Depn
    Dokumen1 halaman
    Depn
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Transportasi Sediment
    Transportasi Sediment
    Dokumen7 halaman
    Transportasi Sediment
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Depn
    Depn
    Dokumen1 halaman
    Depn
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen1 halaman
    A
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Makalah Mid
    Makalah Mid
    Dokumen23 halaman
    Makalah Mid
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Referensi Bab Ransum White Book
    Referensi Bab Ransum White Book
    Dokumen18 halaman
    Referensi Bab Ransum White Book
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Pen Gerti An
    Pen Gerti An
    Dokumen9 halaman
    Pen Gerti An
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Referensi Bab Ransum White Book
    Referensi Bab Ransum White Book
    Dokumen18 halaman
    Referensi Bab Ransum White Book
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Sirkulasi Laut
    Sirkulasi Laut
    Dokumen8 halaman
    Sirkulasi Laut
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Untuk Adibah
    Untuk Adibah
    Dokumen2 halaman
    Untuk Adibah
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Segitiga Bermuda
    Segitiga Bermuda
    Dokumen9 halaman
    Segitiga Bermuda
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • 6 Daftar Isi
    6 Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    6 Daftar Isi
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Flow Chartku
    Flow Chartku
    Dokumen1 halaman
    Flow Chartku
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Terumbu Reef
    Terumbu Reef
    Dokumen8 halaman
    Terumbu Reef
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Klasifikasi Lipatan
    Klasifikasi Lipatan
    Dokumen5 halaman
    Klasifikasi Lipatan
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Terumbu Reef
    Terumbu Reef
    Dokumen8 halaman
    Terumbu Reef
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Diagram Alur
    Diagram Alur
    Dokumen1 halaman
    Diagram Alur
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Mineral Nanda
    Mineral Nanda
    Dokumen23 halaman
    Mineral Nanda
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Mineral Nanda
    Mineral Nanda
    Dokumen26 halaman
    Mineral Nanda
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Jenis Jensi Batu Gamping
    Jenis Jensi Batu Gamping
    Dokumen2 halaman
    Jenis Jensi Batu Gamping
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Sampul Mineral
    Sampul Mineral
    Dokumen2 halaman
    Sampul Mineral
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Nama Kertas
    Nama Kertas
    Dokumen1 halaman
    Nama Kertas
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • Mineral Pembentuk
    Mineral Pembentuk
    Dokumen3 halaman
    Mineral Pembentuk
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat
  • SAMPUL
    SAMPUL
    Dokumen4 halaman
    SAMPUL
    Muhammaad Ihsaan
    Belum ada peringkat