Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era industrilisasi dan globalisasi, pendidikan memiliki peran penting dalam
menyiapkan peserta didik untuk dapat mengantipasi, berpatisipasi dan berkompetisi
dalam dunia global. Kondisi ini dapat diartikan bahwa pendidikan mempunyai peran
yang strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
sebagai output dari pendidikan itu sendiri. Salah satu cara untuk meningkatkan sumber
daya manusia tersebut adalah meningkatkan mutu pendidikan, terutama pendidikan
matematika dan sains.
Pendidikan sains memiliki peran yang cukup ideal dalam mengembangkan
manusia dengan literasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantunya
mengembangkan diri untuk hidup dalam masyarakat. Namun, kita dapat melihat
dilapangan, sampai saat ini pendidikan sains masih mengalami sejumlah masalah yang
belum terpecahkan secara tuntas. Salah satunya yang terlihat dari metode pembelajaran
dalam proses belajar mengajar (PBM) yang terkesan kaku, kurang fleksibel dan guru
cenderung lebih dominan one way method sehingga aktivitas siswa (student centered)
dalam proses pembelajaran masih rendah (Sidi, 1998: Fajar, 2000). Selain guru-guru
masih menggunakan pendekatan konvensional, pendekatan ini memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan proses belajar siswa, dalam artian siswa yang telah
belajar sains disekolah tidak dapat menerapkan konsep-konsep yang mereka peroleh
untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, dalam pendidikan sains sangat
dipandang perlu untuk segera menerapkan suatu strategi pembelajaran yang akan
dibahas dalam suatu pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang
diharapkan mampu melibatkan siswa, dalam keseluruhan proses pembelajaran dan dapat
melibatkan seluruh aspek yang kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, serta
melibatkan semua pihak dalam pembelajaran sehingga siswa memiliki suatu kebebasan
berfikir, berpendapat, aktif dan kreatif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pendekatan kontekstual?
2. Bagaimana konsep dasar strategi pendekatan kontekstual tersebut?
3. Bagaimana peran guru dan siswa dalam pendekatan kontekstual tersebut?

4. Apa sajakah prinsip pendekatan kontekstual itu?


5. Apa saja kelemahan dan kelebihan pendekatan kontekstual?
6. Bagaimana cara menyusun rencana pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan kontekstual.
2. Untuk mengetahui konsep dasar strategi pendekatan kontekstual tersebut.
3. Untuk mengetahui peran guru dan siswa dalam pendekatan kontekstual.

4. Untuk mengetahui prinsip pendekatan kontekstual.


5. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pendekatan kontekstual.
6. Untuk mengetahui cara menyusun rencana pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual.

1.4 Manfaat
Dengan pembuatan makalah ini, penulis dan pembaca akan mengetahui
bagaimana strategi pembelajaran kontekstual. Dengan memahami pengertian strategi
pendekatan kontekstual (CTL) ini, semoga pembaca dan penulis dapat menerapkan
strategi ini dalam proses belajar dan pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang
holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial
dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ketrampilan yang dinamis dan
fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. CTL disebut
pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses
pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai
dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar
mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara
langsung. Melalui proses berpengalaman itu, diharapkan perkembangan siswa terjadi
secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek
afektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan
sendiri materi yang dipelajarinya.

2.2 Konsep Dasar Strategi Pendekatan Kontekstual (CTL)


Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut, ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses
belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi
proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah denga kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi sisw materi itu akan bermakna secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak
akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan,
artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk
ditumpuk di otak dan kemudiann dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam
mengarungi kehidupan nyata.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activing knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas
dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu
sama lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu
diperoleh dengan cara dedukatif, artinya pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya
dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang
diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
4. Mempraktikan pengetahuan dan pengalamann tersebut (applying knowledge),
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan
dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.

2.3 Peran Guru Dan Siswa Dalam Pendekatan Kontekstual (CTL)


Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar
dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya
belajar siswa. Dalam proses pembelajaran konvensional, hal ini sering terlupakan
sehingga proses pembelajaran tak ubahnya sebagai proses pemaksaan kehendak, yang
menurut Paulo Freire sebagai sistem penindasan.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi
setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
1. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Anak bukanlah orang
dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam
tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh
tingkat pekembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, peran guru
bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan
tahap perkembangannya.
2. Setiap anak memiiliki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh
tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan
baru. Oleh karena itulah belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap
persoalan yang menantang. Dengan demikian, guru berperan dalam memilih
bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari siswa.
3. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara
hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian, peran
guru adalah membantu agar setiap siswa mampu menemukan keterkaitan antara
pengalaman baru dengan pengalaman sebeumnya.
4. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada
(asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan demikian
tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan
proses asimilasi dan proses akomodasi.

2.4 Prinsip Pendekatan Kontekstual


Ada tujuh prinsip pendekatan kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru,
yaitu:
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Esensi dari teori konstruktivis adalah ide baha siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dalam proses
pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan
aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan
guru.
Landasan berpikir konstruktivisme, agak berbeda denggan pandangan kaum
objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan
konstrutivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa
banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru
adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:
a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa;
b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri dan;
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

2. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru
harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,
apapun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri terdiri dari:
a. Observasi (Observation);
b. Bertanya (Questioning);
c. Mengajukan dugaan (Hypothesis);
d. Pengumpulan data (Data gathering);
e. Penyimpulan (conclussion);
Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah;
b. Mengamati atau melakukan observasi;
c. Menganalisis dan meyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel,
dan karya lainnya;
d. Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
guru atau audiensi yang lain.

3. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya.
Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang
berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkofirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
a. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis;
b. Mengecek pemahaman siswa;
c. Membangkitkan respons terhadap siswa;
d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa;
f. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;
g. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;
h. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)


Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
dari kerja sama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar menimbang
massa benda dengan menggunakan neraca Ohauss, ia bertanya kepada temannya.
Kemudian temannya yang sudah bisa menunjukkan cara menggunakan alat itu.
Maka dua orang anak tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (Learning
Community). Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain,
antar teman, antar kelompok, yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum
tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya pada orang
lain.
Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi.
Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar dalam CTL sangat
dimungkinkan dan dibuka dngan luas memanfaatkan masyarakat belajar lain di
luar kelas. Setiap siswa semestinya dibimbing dan diarahkan untuk
mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara
luas yang tidak hanya disekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas, akan tetapi
sumber manusia lain di luar kelas ((keluarga, masyarakat). Ketika kita dan siswa
dibiasakan untuk memberikan pengalaman yang luas kepada orang lain, maka saat
itu pula kita atau siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari
komunitas lain.

5. Pemodelan (Modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, adalah
model yang biasa ditiru oleh siswanya, misalnya guru memodelkan langkah-
langkah cara menggunakan neraca Ohauss dengan demonstrasi sebelum siswanya
melakukan suatu tugas tertentu.
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk untuk
memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.
Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya, misalnya
mendatangkan seorang perawat untuk memodelkan cara menggunakan
termometer untuk mengukur suhu tubuh pasiennya.

6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Melalui proses
refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa
yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa
terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah
dibentuknya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses
pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau
mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa
menafsirkan pengalamannya sendir, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang
pengalaman belajarnya.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)


Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan guru
untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa. Penilaian ini diperukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar
atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif
terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang
dikumpulkan haru diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat
melakukan prose pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan
belajar fisika bagi para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata di
kehidupan sehari-harinya yang berkaitan dengan fisika, tidak hanya saat siswa
mengerjakan tes fisika saja. Pengumpulan data yang demikian merupakan data
autentik.
Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performance) yang
diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang
lain. Karateristik penilaian autentik:
a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung;
b. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif;
c. Yang diukur keterammpilan dan performansi, bukan mengingat fakta;
d. Berkesinambungan;
e. Terintegrasi;
f. Dapat digunakan sebagai feedback.
Dalam CTL hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa,
antara lain:
Proyek/kegiatan dan laporannya;
PR (pekerjaan rumah);
Kuis;
Karya siswa;
Presentasi atau penampilan siswa;
Demonstrasi;
Laporan;
Jurnal;
Hasil tes tulis;
Karya tulis.
2.5 Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Kontekstual (CTL)
Pendekatan kontekstual (CTL) juga memiliki kelemahan dan kelebihan,
kelemahan yang dimiliki model pembelajaran ini antara lain:
Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual
berlangsung

Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas
yang kurang kondusif

Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru tidak
lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan
yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian,
peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai
dengan tahap perkembangannya.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau


menerapkan sendiri ideide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategistrategi mereka sendiri untuk belajar. Namun
dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang
ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan
semula.

Sedangkan kelebihan dari pendekatan ini antara lain:


Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui
mengalami bukan menghafal.
Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
secara penuh, baik fisik maupun mental
Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di
lapangan
Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari
guru
Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang bermakna.

2.6 Cara Menyusun Rencana Pembelajaran melalui Pendekatan Kontekstual


Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi scenario tahap demi tahap yang akan
dilakukan bersama dengan siswanya berhubungan dengan topic yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin program pembelajaran, media untuk mencapai
tujuan tersebut, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assement nya.
Berbeda dengan program yang dikembangkan paham objektivis, penekanan
program yang berbasis kontekstual bukan pada rincian dan kejelasan tujuan, tetapi pada
gambaran kegiatan tahap demi tahap dan media yang dipakai. Dalam konteks itu
program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan
dikerjakannya dengan siswanya. Secara umum, tidak ada perbedaan format mendasar
antara program pembelajaran konvensional dengan pembelajaran kontekstual. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai
(jelas dan operasional) sedangkan pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada
scenario pembelajaran.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan program pembelajaran atau RP
berbasis kontekstual adalah sebagai berikut:
1. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa
yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok dan indikator
pencapaian hasil belajar.
2. Misalnya dalam pembelajaran fisika untuk SMA sebagai berikut:

Kompetensi Dasar : Menerapkan hukum kekekalan energi mekanik untuk


menganalisis gerak dalam kehidupan sehari-hari
Materi Pokok : Energi Mekanik
Indikator Pencapaian Hasil Belajar (IPBA) :
Kognitif
1. Mendefinisikan pengertian energi.

2. Menyebutkan jenis-jenis energi.

3. Mendefinisikan pengertian energi mekanik.

4. Memahami konsep hukum kekekalan energi mekanik.

5. Melakukan praktikum hukum kekekalan energi mekanik.

6. Menjelaskan penerapan hukum kekekalan energi mekanik pada gerak, misalnya


gerak jatuh bebas, gerak parabola, gerak harmonik sederhana.

7. Mengaplikasikan hukum kekekalan energi mekanik pada gerak dalam bidang


miring.

8. Menganalisis hukum kekekalan energi mekanik pada gerak benda dalam bidang
lingkaran, seperti gerak roller coaster.
Psikomotorik
1. Merangkai alat praktikum dengan benar.
2. Menggunakan alat ukur dengan benar.

3. Melakukan pengamatan dengan benar.


Afektif
1. Berpikir kreatif, kritis, dan logis.
2. Berperilaku santun dalam menyampaikan pendapat.

3. Berperan aktif menyampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, dan


menanggapi pendapat orang lain dalam diskusi.

4. Bekerja dengan teliti dan jujur.

5. Mampu bekerjasama dan menghargai teman dalam diskusi kelompok.

Tujuan Pembelajaran:
A. Kognitif
Produk
Siswa dapat:
1. Mendefinisikan pengertian energi.
2. Menyebutkan jenis-jenis energi.
3. Mendefinisikan pengertian energi mekanik.
4. Memahami konsep hukum kekekalan energi mekanik.
5. Mengulangi penjelasan guru tentang penerapan energy mekanik.
6. Menyimpulkan hasil percobaan.
7. Menerapkan hukum kekekalan energi mekanik.
Proses
Melalui pendekatan CTL siswa dapat melakukan dan menjelaskan berbagai
fenomena mengenai konsep hukum kekekalan energi mekanik.

B. Psikomotor
Guru menyediakan media untuk praktikum, siswa dinilai untuk dapat.
Merangkai alat praktikum dengan benar.

Menggunakan alat ukur dengan benar.

Melakukan pengamatan dengan benar.


Setelah tanya-jawab materi antara guru dengan siswa, siswa dinilai untuk dapat
mengerjakan soal sebagai tugas rumah secara individu.

C. Afektif
1. Karakter:
Siswa terlibat dalam percobaan secara aktif dan menunjukkan karakter meliputi:
Melakukan pengamatan secara teliti
Menyajikan data secara rapi, jelas, dan jujur
Kreatif, kritis, logis, bekerja teliti, jujur, dan berperilaku santun
2. Keterampilan Sosial
Siswa terlibat dalam percobaan secara aktif dan menunjukkan perilaku sosial:
Mampu bekerjasama dan menghargai teman dalam kelompok
Menunjukkan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan
Menyumbang ide atau berpendapat
Menjadi pendengar yang baik

3. Model Pembelajaran
Model :
REACT (Relating, Experiencing, Appliying, Cooperating, Transferring)
Metode :
Diskusi Kelompok (Tanya jawab)
Presentasi
Eksperimen
Penugasan individu
Tes tertulis
Skenario Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Guru memberi salam siswa Siswa menjawab salam
Guru menuliskan tujuan
pembelajaran yaitu tentang energi
dan penerapan Hukum Kekekalan
Energi Mekanik dalam kehidupan
sehari-hari
Relating (mengaitkan dengan konteks
pengalaman kehidupan nyata)
Selanjutnya guru memotivasi siswa
dengan mengajukan pertanyaan contoh
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari
Pada saat kalian menelusuri
jalan naik, kalian pasti akan terasa
lebih berat. Setelah itu kalian terasa
lapar dan lemas. Dalam hal ini
kalian telah kekurangan apa?

Pada saat kalian melakukan


aktivitas sehari-hari, kalian
memerlukan apa? Energi tersebut
kita peroleh dari mana?

Bagaimana dengan mesin-mesin


yang membantu kerja manusia?
Apakah mesin-mesin ini
memerlukan energi?

Energi tersebut diperoleh dari mana?


Untuk beraktivitas kalian
memerlukan energi, dan kalian
peroleh dari makanan yang kalian
santap setiap hari, begitu juga
dengan mesin, mesin tersebut juga
memerlukan energi untuk
beroperasi, energi mesin tersebut
diperoleh dari bahan bakarnya.
Lalu, apa yang dimaksud
dengan energi?

Energi adalah kemampuan


untuk melakukan usaha atau kerja
Pernahkan kalian melihat air di
atas suatu tebing? Air di atas tebing
Ada tiga jenis energi, yaitu
memiliki energi apa?
Apabila air tersebut dialirkan ke Energi potensial adalah energi yang
bawah menjadi air terjun, air dimiliki oleh suatu benda karena letak
tersebut memiliki energi apa? atau posisinya
Jika energi air di atas tebing
dijumlahkan dengan energi air Energi kinetic adalah energi yang
terjun, penjumlahan energi tersebut memiliki benda karena geraknya
disebut energi apa? (atau kecepatannya)

Dari ketiga contoh di atas ada


Energi mekanik adalah jumlah dari
beberapa jenis energi
energi potensial dengan energi
kinetik

Kalian memperoleh energi dari


Energi tidak dapat diciptakan ataupun
mana?
dimusnahkan, melainkan hanya dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk
Dari manakah asal energi kimia
lainnya. Pernyataan ini dikenal sebagai
bahan makanan yang kalian
Hukum Kekekalan Energi.
makan? Hal ini menunjukkan apa?
Dan disebut dengan hukum apa?

Experiencing (melakukan percobaan)


Guru mengajak siswa melakukan
percobaan Perwakilan kelompok
Percobaan dilakukan mengambil LKS
berkelompok, satu kelas dibagi
menjadi 5 kelompok. Perwakilan Siswa bertanya apabila ada
kelompok mengambil LKS dan alat belum jelas
percobaan. Percobaan terdiri dari 1
kegiatan.

Setelah siswa mengambil LKS dan alat,


guru menjelaskan prosedur percobaan
dan siswa diperbolehkan melakukan
Siswa melakukan percobaan sesuai
percobaan sesuai dengan petunjuk yang
ada di LKS dengan petunjuk LKS

Setiap kelompok wajib


melakukan percobaan untuk
mengetahui jawaban yang telah
dikemukakan siswa dan
pertanyaan-pertanyaan yang
diungkapkan guru.
Setelah melakukan percobaan,
jangan lupa catat hasil percobaan
yang telah kalian lakukan
Kemudian diskusikanlah hasil
percobaan yang telah kalian
dapatkan dengan anggota
kelompok dan jawablah
pertanyaan-pertanyaan yang ada d
LKS.
Siswa mendiskusikan hasil
percobaan dan menjawab
Setelah melakukan diskusi
pertanyaan di LKS
menjawab pertanyaan dan
menyimpulkan hasil percobaan, Perwakilan kelompok
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan
menuliskan/mempresentasikan kelompok lain menanggapi
hasil diskusi di depan kelas dan
kelompok yang lain mengajukan Siswa membuat kesimpulan dengan
pertanyaan untuk menanggapi hasil dibimbing guru
presentasi

Guru membimbing siswa untuk


membuat kesimpulan dari
percobaan yang telah dilakukan
Siswa menjawab pertanyaan
guru

Appliying (menerapkan pengetahuan Siswa menjawab pertanyaan


dalam konteksi kehidupan nyata) guru
Guru mengarahkan siswa
untuk Guru menjelaskan
memberikan contoh dari penerapan
materi hukum kekekalan energi
mekanik dalam kehidupan sehari-hari
Pernahkan kalian melihat buah
mangga atau kelapa jatuh dari
pohon?
Apa yang kalian amati?
Apakah dari atas ada yang
menjatuhkannya? Kalau tidak ada
yang menjatuhkan, bagaimana
kecepatan awalnya?
Mengapa hal tersebut bias
terjadi

Pernahkan kalian melihat water


roket?
Apa yang kalian amati
Bagaimana lintasan water roket
tersebut?
Mengapa water roket tersebut
tidak terus berada di atasa? Tetapi
turun kembali ke tanah?
Mengapa hal tersebut bisa
terjadi?

Pernahkan kalian bermain ayunan?


Apa yang kalian rasana saat kalian
berada pada simpangan
maksimum?
Bagaimana gerakan ayunan
tersebut?
Apakah ayunan tersebut akan tersu
berayun atau lama-kelamaan akan
berhenti?
Mengapa hal tersebut bias terjadi?

Cooperating (berdiskusi memecahkan


masalah)
Diskusilah dengan teman sebangku
untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Setelah berdiskusi, guru
meminta siswa untuk membacakan
hasil diskusi dan siswa yang lain
menanggapi

Transferring (mentransfer
pengetahuan di dalam konteks situasi
baru)
Guru mereview materi hukum
kekekalan energi mekanik Siswa berdiskusi dan membacakan
Guru member kesempatan hasil diskusi, siswa yang
kepada siswa untuk mengajukan menanggapi
pertanyaan
Guru memberI latihan soal
untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa mengenai materi
yang dijelaskan
Guru memberi pertanyaan siswa
untuk pemantapan materi:
Apakah energi itu?
Sebutkan apa yang dimaksud
dengan energi mekanik?
Apa yang dimaksud dengan
energi mekanik?
Bagaimana penerapan hukum
kekekalan energi mekanik pada
gerak?

Siswa mencatat penjelasan guru


Guru menggarahkan siswa
Siswa mengajukan pertanyaan
untuk membuat kesimpulan materu
yang dipelajari Siswa mengerjakan latihan soal

Guru memberikan memberikan Siswa menjawab pertanyaan

pekerjaan rumah kepada siswa guru


dan harus dikumpulkan pada Siswa membuat kesimpulan
pertemuan selanjutnya pelajaran
Guru memberikan salam
Siswa mencatat pekerjaan
rumah
Siswa mnjawab salam

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran
yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi
ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi
sendiri secara aktif pemahamannya.
Ada tiga hal yang harus kita pahami dari konsep CTL, yaitu Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.
CTL memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses
pelaksanaan dan pengelolaannya.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe
belajar dalam dunia siswa.

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh


guru, yaitu: konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya
(questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modelling), refleksi (reflection), penilaian nyata (authentic assessment).

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca makalah ini yaitu agar dapat
kiranya memahami konsep-konsep pembelajaran kontekstual sebagai pegangan dalam
menerapkan strategi belajar yang tepat sehingga konsep yang kita tanamkan pada
peserta didik tepat serta bermakna untuk kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Rusman.2010.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru.Jakarta: Raja Grafindo

Sanjaya, Wina.2008.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Departemen Pendidikan Nasional.2003.Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching


Learning).Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP

Trianto.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan,


dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup

Anonim.2011.Model Pembelajaran Kontekstual.Artikel.Tersedia pada: http://Model


Pembelajaran Konstektual _ Diones Aliaski Blog.html (diakses tanggal 1 Maret
2014)

Anda mungkin juga menyukai