Anda di halaman 1dari 5

Tugas Pengantar Peternakan

Kelas D

Komoditi : Sapi Potong

Judul : Jagung Dalam Ransum Lengkap Sapi Perah Terhadap


Fermentabilitas Dan Kecernaan Ransum In Vitro

Nama : Arin Rinaldy Nugraha ( 200110120322)

Refi R (200110120331)

M Hafidz (200110120336)

Henry A (200110120333)

Bangkit AR (200110120345)

Tanggal : 11 November 2015


Penanggulangan masalah penyediaan pakan hijauan pada musim kemarau
diperlukan berbagai strategi, baik dalam penyediaannya maupun cara
pemberiannya. Selain itu diperlukan pendekatan teknologi tepat yang relative
sesuai dengan kondisi social masyarakat peternak dengan cara mengawetkan atau
memfermentasikan hijauan tersebut.

Kualitas ransum ruminansia biasanya tercermin dari nilai


frementabilitasnya dan dirumen dan kecernaan di pascarumen. Frementabilitas
ransum diukur dari produksi NH3 dan VFA total. Kadar ammonia yang tinggi di
rumen mencerminkan protein ransum mudah di degradasi oleh mikroba rumen.
Kecernaan bahan kering dan bahan organic ransum digunakan sebagai salah satu
penentu kualitas pakan. Semakin tinggi kecernaan bahan kering dan bahan organic
pakan, maka semakin tinggi zat-zat makanan yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak (Arora, 1989). Berdasrkan hal tersebut perlu
dilakukan pengujian pengaruh penggantian rumput lapangan oleh silase biomasa
jagung dalam ransum lengkap sapi perah dilihat dari aspek fermentabilitas dan
kecernaannya.

Bahan yang digunakan dalam pengujian tersebut yaitu silase biomasa


jagung diperoleh dengan cara N silase biomasa jagung ditambah satu persen
molasses pada kondisi anaerob selama 21 hari. Rumput lapangan diperoleh dari
lokasi sekitar kampus UNPAD jatinangor. Cairan rumen sapi perah diperoleh dari
tempat pemotongan hewa di Tanjungsri. Bahan kimia untuk membuat larutan
McDougghall (saliva buatan).

Metode yang digunakan pada pengujian ini yaitu dengan menggunakan


RAL dengan 5 lima perlakuan dan 4 kali ulangan.

R0 = 60% RL + 40% K

R1 = 45% RL + 15% SBJ + 40% K

R2 = 30% RL + 30% SBJ + 40% k

R3 = 15 % RL + 45% SBJ + 40% K


R4 = 60% SBJ + 40% K

Peubah yang diamati adalah fermentabilitas (produksi NH3 dan VFA total)
dan kecernaan (BK dan BO). Peubah diukur dengan metode Tilley dan Telly
(1963) dan metode General Labolatory Procedure, (1966). Data yang diperoleh
dianalisis dengan sidik ragam dan uji Duncan.

Kualitas ransum ruminansia biasanya diukur dari tingkat fermentabilitas


ransum di rumen dan kecernaan dipasca rumen. Fermentabilitas ( produksi NH3
dan VFA total). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rataan NH3 cairan tumen
bervariasi yaitu antara 3,24 dan 5,53 mM/L. ransum R3 menghasilkan NH 3
tertinggi (P<0,05) dan ransum R0 dan R4 menghasilkan NH 3 terendah. Kadar N-
NH3 optimum untuk sintesis protein mikro rumen adalah 50 mg.l -1 atau 3,57 mM
(Satter dan Slyter 1974). Kemudian kadar VFA total berkisar antara 128,5 182,1
mM berada pada kondisi optimal untuk kebutuhan sintesis protein mikroba. Hal
ini sejalan dengan pendapat Sutardi (1977) bahwa produk-produk VFA untuk
memenuhi kebutuhan sintesis protein yang optimum berkisar antara 80-160 mM.
kadar VFA total tertinggi dihasilkan oleh ransum R3 (182,1 mM) dan R2 (177,5
mM), dan terendah oleh ransum R0 (128,5 mM).

Semakin tinggi kecernaan bahan kering pakan, maka semakin tinggi zat-
zat makanan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak
( Arora, 1989). Rataan kecernaan bahan kering (KcBK) ransum perlakuan berkisar
antara 47,8 % dan 59,1% . nilai KcBK tertinggi dihasilkan oleh ransum R3 dan
nilai KcBK ransum terendah (P<0,05) dihasilkan oleh ransum R0. Rataan
kecernaan bahan organic (KcBO) erkisar antara 39,56% dan 51,51%. Nilai rataan
KcBO tertinggi (P<0,05) diperoleh pada R3 dan terendah dihasilkan oleh ransum
pada perlakuan substitusi rumput lapangan oleh silase biomasa jagung yang
berprotein tinggi dan tingkat lignifikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan
rumput. Hal ini sejalan dengan pendapat Davies (1982) bahwa kecernaan
dipengaruhi oleh ukuran pakan, keadaan fisik pakan, penambahan karbohidrat
mudah dicerna, dan tingkat lignifikasi.

Dan dapat disimpulkan imbangan rumput lapang dan silase biomasa


jagung berpengaruh terhadap fermentabilitas dan kecernaan ransum. Ransum yang
mengandung 15% rumput lapangan dan 45% silase biomasa jagung dalam ransum
lengkap sapi perah menghasilkan fermentabilitas dan kecernaan ransum tertinggi.
Penggunaan maksimum silase biomasa jagung dalam ransum lengkap sapi perah
adalah 45 %.

Anda mungkin juga menyukai