Anda di halaman 1dari 24

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V

PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Pekerjaan Jembatan

Pekerjaan abutment pada jembatan yang dilaksanakan pada Proyek JORR

W2 Utara Paket 4 adalah pembangunan jembatan Ulujami Junction. Pelaksanaan

pembangunan jembatan telah sampai tahap pemboring pada pelaksanaan abutment

sehingga kami tidak akan membahas mengenai penimbunan dan pemadatan pada

lokasi yang sebelumnya adalah rawa. Lingkup pekerjaan yang kami bahas detail

adalah struktur bagian bawah dan bagian atas jembatan seperti pekerjaan

pemancangan, pekerjaan footing, pengecoran dinding abutment, pengecoran head

wall abutment, erection girder, slab jembatan, dan pengecoran parapet.

A. Pekerjaan Pemancangan

Adapun pada pekerjaan pemancangan terbagi menjadi beberapa tahapan

antara lain:

1) Pekerjaan Preborring

Pengeboran pada lokasi abutment terdapat 27 titik untuk pemasangan pile

atau tiang pancang, tiang pancang dilakukan terus sampai kedalaman tiang

pancang yang telah ditentukan, meskipun lahan pada lokasi proyek cukup luas

tetapi pengeboran ini dilakukan karena getaran yang ditimbulkan pada saat

aktifitas pemancangan berlangsung dirasa mengganggu lingkungan sekitarnya.

Note : Pada pekerjaan ini data sondir bisa dilihat pada lampiran 4

Dan Shop Drawing dapat dilihat pada lampiran 8

V-1
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.1. lokasi pemborring

Gambar 5.2. Proses pelaksanaan pemboring

2) Pekerjaan Pancang

Pekerjaan pemancangan pada jembatan ini 27 titik yang sebelumnya sudah

dilakukan pemboring dengan diameter 50 cm dan kedalaman masing-masing 15

V-2
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

meter. Pada proses pancang menggunakan alat untuk memancang dan satu buah

crane yang digunakan untuk mengangkat tiang pancang tiang pancang sendiri di

bawa ke lokasi menggunakan mobil boogie. Selama pemancangan, titik as harus

diukur dengan tepat dan posisi pemancangan yang harus tegak lurus.

Gambar 5.3. contoh spun pile dan titik tiang pancang

Gambar 5.4. Proses pelaksanaan pemancangan spun pile

V-3
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

3) Penyambungan Pada Spun Pile

Penyambungan tiang pancang mengelas besi pada ujung-ujung tiang

pancang dengan panjang masing-masing bottom 10 meter dan upper 5 meter.

Setelah dilakuakn pengelasn tiang pancang dipikul sampai elevasi tertentu sesuai

rencana. Pada saat pemancangan juga dihitung berapa pukulan dan kedalaman

yang dicapai. Dan saat akhir-akhir pukulan tiang pancang diukur menggunakan

sistem kalendering, cara ini dipakai untuk mengetahui penurunan tiang pancang

pada saat mencapai tanah keras.

Gambar 5.5. Pelaksanaan penyambungan spun pile

4) Kalendering

Kalendering adalah grafik catat yang berada pada alat pancang dimana

berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pemancangan yang telah dilakukan

sudah memenuhi spesifikasi daya dukung yang diinginkan.

Pembacaan ini dilakukan pada alat pancang sewaktu memancang. Jika dari

bacaan tinggi bacaan sudah bernilai 1 cm atau lebih kecil, maka pemancangan

sudah siap dihentikan. Itu artinya tiang sudah menencapai titik tanah keras, tanah

V-4
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

keras itulah yang menyebabkan bacaan kalenderingnya kecil yaitu 1 cm atau

kurang. Jika diteruskan dikhawatirkan akan terjadi kerusakan pada tiang pancang

itu sendiri seperti pada topi tiang pancang atau badan tiang pancang itu sendiri.

Pembacaan kalendering dilakukan minimal 10 pukulan.

B. Pekerjaan Pada Footing

Pekerjaan pada footing abutment terbagi menjadi beberapa tahapan pekerjaan

antara lain:

1) Penggalian Sekitar Pile

Galian pada sekitar tiang pancang dilakukan untuk persiapan pengecoran

lantai kerja, galian dilakukan secara bertahap, kedalamaan maksimal, disesuaikan

jenis tanah.

Gambar 5.6. Penggalian pada sekitar lokasi tiang pancang

V-5
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

2) Pengecoran Lantai Kerja

Pengecoran lantai kerja setebal 10 cm dilakukan setelah pemasangan

blinding stone setebal 15 cm, beton ready mix di datangkan dari blatching plan ke

site menggunakan molen dengan pengecoran menggunakan pump concrete,

pengecoran lean concrete senderi dilakukan sebagai alas dasar pile cap.

Gambar 5.7. proses pengecoran lantai kerja

3) Pemotongan Spun Pile

Setelah Pile selesai dipancang, Tiang pancang wajib dipotong

kelebihannya hingga menyisakan 10 cm diatas lantai kerja untuk pengikat pile ke

footing pile cap, setelah pile dipotong lalu pemasangan stek pada kepala tiang

yang sebelumnya sudah dibersihkan memakai sikat kawat, batas dan pemasangan

stek harus sesuai dengan petunjuk atau shop drawing.

Gambar 5.8. Pemotongan Tiang pancang

V-6
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.9. contoh stek yang terletak di dalam spun pile

4) Pembesian dan Bekisting Pada Footing Abutment

Pembuatan bekisting pada footing abutment dikerjakan dengan cara

pemotongan plywood sesuai dengan luas footing abutment yang telah di

tentukan, lalu setelah pekerjaan bekisting dilanjutkan pekerjaan pembesian.

Pembesian ini dirangkai langsung di lapangan. Besi tulangan yang digunakan

harus sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan sebelumnya dan sudah lulus uji

tarik dan tekuk terlebih dahulu.

Gambar 5.10. Penulangan footing abutment

V-7
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

5) Pengecoran Dan Curing Beton Pada Abutment

Pada proses pengecoran sendiri mempunyai beberapa tahapan pelaksanaan

dalam proyek yang menggunakan readymix atau beton siap pakai, pekerjaan

pengecoran sendiri meliputi:

a) Mixing : Pencampuran dan pengadukan material penyusun beton di

batching plant.

b) Loading : Pemuatan adukan beton segar ke dalam truk mixer di

batching plant.

c) Transporting : Pengiriman beton segar dari batching plant ke lokasi

Proyek.

d) Checking : Pemeriksaan beton segar yang terkirim di lokasi proyek,

melipti pengecekan waktu mixing dan loading, dan

pengujian slump test untuk mengetahui mutu beton.

e) Sampling : Pengambilan contoh sampel benda uji.

f) Concreting : Pelaksanaan penuangan beton readymix ke dalam

cetakan/bekisting.

g) Compacting : Pemadatan adukan beton segar menggunakan alat

vibrator.

h) Finishing : Tahapan perapihan dan aplikasi finishing

i) Curing : Tahapan pemeliharaan beton yang telah selesai perapihan

agar menghasilkan beton berkekuatan sesuai dengan

rencana dan meminimalisir cacat hasil pekerjaan

pengecoran.

V-8
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.11. contoh abutment dan proses pengecorannya

C. Pekerjaan Dinding Abutment

Dalam proses pengerjaan dinding abutment, hal yang pertama dilakukan

pengerjaan tulangan-tulangan kolom seperti yang telah di desain, sebelum

dilakukan pengecoran , terlebih dahulu dibuat bekisting yang dibentuk seperti

dinding sesuai dengan shop drawing sehingga beton dapat di cor di dalamnya.

Gambar 5.12. contoh Dinding Abutment

V-9
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

D. Pekerjaan Head Wall Atau Pier Head Jembatan

Setelah Selesai pengerjaan dinding Abutment lalu dilanjutkan dengan

pengerjaan Head Wall atau Pier head, pengerjaan Head wall disini sama saja

dengan pengerjaan dinding abutment yang meliputi: Pembuatan bekisting,

penulangan, dan selajutnya proses pengecoran dan curing, Head Wall atau Pier

Head berfungsi sebagai tumpuan girder.

Gambar 5.13. contoh Pier Head pada Abutment

E. Erection Girder Pada Jembatan

Tahapan Erection girder terdapat terdapat dua metode karena bentang

girder yang berbeda,bentang girder 20 m dan 40 m erection disini dibantu alat

berat 2 crane dan 1 truss baja.

Sebelum pekerjaan erection sebelumnya terdapat pekerjaan pemasangan

bearing pad yang bertujuan sebagai spasi antara pier head dan girder .

V - 10
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.14. contoh erection dan bearing pad

F. Pekerjaan Slab Jembatan

Pekerjaan slab Jembatan di TOL JORR W2 ini ada beberapa tahapan antara

lain adalah pekerjaan diafragma dan RC plat.

1) RC Plat

RC Plat merupakan plat beton precast yang ukurannya disesuaikan


jarak antar girder dan antar diafragma karena fungsi RC Plat adalah
sebagai alat bantu pijak untuk para pekerja. Selain berfungsi sebagai alat
bantu pijak, RC Plat juga berfungsi sebagai dasar lantai jembatan sebelum
slab jembatan dicor diatasnya dan menutupi bagian celahantar girder dan
antar diafragma. RC Plat ini berbentuk seperti blok beton yang memiliki
gagang baja dibagian atas permukaannya, gagang-gagang baja ini
berfungsi untuk mempermudah dalam membawa.

Gambar 5.15 Gambar RC Plat

V - 11
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

2) Diafragma

Diafragma adalah beton yang di cor di tempat dan ukurannya

disesuaikan jarak antara girder, fungsi Diafragma adalah sebagai alat

pengikat atau pengunci antara girder satu dan girder lainnya.

Gambar 5.16 RC Plat, Girder dan Diafragma

G. Pekerjaan Parapet Jembatan

1) Penulangan Parapet Jembatan

Material tulangan yang digunakan untuk tulangan parapet harus


sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan telah lulus dari
pengujian kuat tarik, lentur, dan tekuk. Sebelum pemasangan bekisting
parapet untuk pengecoran, dilakukan tahap check list untuk memastikan
kualitas dan kuantitas pekerjaan penulangan parapet berdasarkan
spesifikasi dan shop drawing.Pemasangan bekisting juga harus diawasi
agar hasil pengecoran sesuai dengan spesifikasi dan shop drawing.
Bekisting dibuat dari cetakan baja yang ditahan dengan menggunakan besi
tulangan sisa dan akan dipasang sepanjang pengecoran sebelah kanan dan
kiri.

V - 12
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.17 Penulangan Parapet Jembatan

5.2 Pekerjaan Jalan

Pekerjaan Jalan pada main road yang dilaksanakan pada Proyek JORR W2

Utara Paket 4. Pelaksanaan pembangunan jalan telah sampai tahap persiapan

pelaksanaan pekerjaan agregat sehingga kami tidak akan membahas mengenai

penimbunan dan pemadatan pada lokasi yang sebelumnya adalah rawa. Lingkup

pekerjaan yang kami bahas detail adalah pekerjaan agregat, pengecoran Lean

Concrete, pengecoran Rigid Pavement,pekerjaan brushing, Cutting dan silent.

A. Pekerjaan Agregat Kelas B (Base B)

Persiapan pekerjaan Agregat Base B antara lain adalah mempersiapkan

shop drawing, pengambilan contoh crusher stone untuk material agregat base B

yang akan digunakan, trial compaction untuk mendapatkan gambaran

pelaksanaan sebenarnya, dan staking outsebagai penentu batas, elevasi, dan center

line.

V - 13
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan agregat base B dilaksanakan sesuai dengan tahapan sebagai

berikut:

1) Pengangkutan Material

Pengangkutan material dari crusher plan ke lokasi timbunan

dengan menggunakan Dump Truck yang dimuat dengan menggunakan

Excavator. Pengecekan dan pencatatan volume material dilaksanakan pada

saat tiba di proyek sebelum muatan dituangkan.

dump truck whell loader

material

PENGANGKUTAN MATERIAL

2) Penghamparan Material

Penghamparan material dilaksanakan dengan menggunakan Motor

Grader. Dalam penghamparan material ini yang perlu diperhatikan antara

lain panjang hamparan dalam setiap section yang akan dipadatkan

disesuaikan dengan kondisi lapangan (maksimum 50 m), lebar disesuaikan

dengan kondisi lapangan dengan ketebalan hamparan sesuai dengan

spesifikasi.

Arah Pekerjaan
Dump Truck Motor Grader

a meter a meter PENGHAMPARAN BASE B

V - 14
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

3) Pemadatan

Pemadatan (compaction) dilaksanakan dengan menggunakan

Vibratory Tandem Rollerdimulai dari bagian tepi. Setelah pemadatan satu

passing selesai, alat pemadat dipindahkan ke sebelahnya dengan

overlapping 1/8 lebar drum dan seterusnya hingga mencakup seluruh area

pemadatan. Langkah tersebut diulang kembali hingga jumlah passing

pemadatan setiap lintasan mencapai jumlah passing seperti yang

dilaksanakan pada saat trial embankment.

Arah Pekerjaan

Vibro Roller Tandem Roller


Motor Grader

PEMADATAN BASE B

Gambar 5.18 Pekerjaan Agregat Kelas B (Base B)

V - 15
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

B. Pekerjaan Pengecoran

Pekerjaan pengecoran yaitu pekerjaan penuangan beton segar ke dalam

cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan. Sebelum

pekerjaan pengecoran dilakukan, harus dilakukan inspeksi pekerjaan untuk

memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai rencana.

Sebelum memulai pekerjaan pengecoran, prosedur persiapan yang harus

dilakukan antara lain penyiapan shop drawing, bahan material, tenaga kerja, dan

alat-alat. Bahan material yang digunakan harus dilakukan pengujian terlebih

dahulu yaitu pengujian beton melalui trial mix/job mix.

Hasil pengujian harus memenuhi spesifikasi dan mendapatkan persetujuan

dari konsultan pengawas.

Lingkup pekerjaan pengecoran jalan ini meliputi pengecoran lean concrete

dan rigid pavement.

1) Pekerjaan Lean Concrete

Lean concrete dihampar di atas lapisan agregat base B disepanjang

areal pekerjaan yang akan dibangun jalan. Untuk penghamparan lean

concrete disini menggunakan beton kelas E atau beton K-125. Tebal lean

concrete yang dihampar adalah 10 cm dengan lebar 7 m.Langkah-langkah

metode pelaksanaan pekerjaan lean concrete, yaitu :

a) PengecoranLean Concrete

Pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan melakukan pengukuran

untuk memastikan luas area yang dikerjakan, kemudian patok akan

dipasang untuk memudahkan dalam pemasangan bekisting. Bekisting

dibuat dari cetakan baja yang ditahan dengan menggunakan besi tulangan

V - 16
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

sisa dan akan dipasang sepanjang pengecoran. Bekisting harus bersih dan

dilapisi pelumas sebelum beton dihamparkan.

Adukan beton untuk lean concrete menggunakan beton jadi yang

dibuat di batching plant milik Pionir Beton. Beton lean concrete dari Truk

Mixer yang telah sampai dilokasi selanjutnya diambil sampleuntuk

dilakukan uji slump sebagai kontrol dan pengendalian mutu.

Pelaksanaan pengecoranlean concrete dilaksanakan dengan cara

pengecoran manual. Beton dituang dan disebar/diratakan secara manual

dengan menggunakan cangkul, kemudian dipadatkan dengan

menggunakan alat Vibrator yang memiliki spesifikasi tertentu dan

permukaannya diratakandengan alat jidar.Untuk memperhalus permukaan

pengecoran dilakukan pengacian. Beton tidak boleh dicorkan pada saat

hujan lebat tanpa penutup di atasnya, karena air hujan akan menyebabkan

turunnya mutu beton.

Gambar 5.19 Proses Pekerjaan Pengecoran Lean Concrete

V - 17
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

b) Perawatan Lean Concrete

Setelah pemadatan dan diratakan sampai bidang dan elevasi sesuai

shop drawing, lean concrete segera dicuring setelah finishing selesai,

untuk jangka waktu tidak kurang dari 7 hari dengan metode curing :

1. Seluruh permukaan disemprot merata dengan bahan white pigmented

curing compound.

2. Dilapisi penutup dengan geotextile non woven dengan sambungan

saling menindih (over lap).

3. Seluruh permukaan disemprot air secara kontinyu dan kondisi

kelembaban dijaga selama masa perawatan.

Gambar 5.20 Proses Perawatan Lean Concerete

c) Pengujian Laboratorium

Pengujian ini menggunakan silinder test kuat tekan beton

(compressive strength), dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, yang

dibuat dari beton material lean concrete yang diambil di lapangan.

V - 18
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

2) Pekerjaan Rigid Pavement

Setelah lapisan lean concrete sudah mengering, dilakukan

pengecoran rigid pavement. Untuk penghamparan rigid pavement

menggunakan beton kelas P. Tebal rigid pavement yang dihampar adalah

28 cm untuk ramp dan 31 cm untuk jalan utama (main road) dengan lebar

tiap lajur 3,5 m.Langkah-langkah metode pelaksanaan pekerjaan rigid

pavement, yaitu :

a) Pengecoran Rigid Pavement

Sebelum melakukan pengecoran rigid pavement, terlebih dahulu

bersihkan permukaan lean concrete dari kotoran atau debu, kemudian

dilakukan pemasangan bekisting dan pelapisanpermukaan lean

concretedengan plastikmembran. Pemasangan dowel (baja

polos)dilakukan pada setiap sambungan melintang dengan tujuan sebagai

sistem penyalur beban sehingga plat yang berdampingan dapat bekerja

sama tanpa terjadi penurunan yang berarti sedangkan tie bar (baja ulir)

dipasang pada sambungan memanjang dengan tujuan untuk mengikat plat

agar tidak bergerak horizontal.

Gambar 5.21 Pemasangan Dowel dan Tie Bar

V - 19
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

Sebelum pengecoran,diambil 1 benda uji untuk setiap 7 m3 beton

untuk dilakukan uji slump, uji kuat tekan, dan uji kuat lentur beton (khusus

pengujian mutu untuk beton kelas P) sebagai kontrol dan pengendalian

mutu. Panjang setiap segmen pengecoran adalah 5 meter. Pengecoran rigid

pavement dilakukan dengan menuangkan beton segar langsung dari Truk

Mixer yang telah sampai di lokasi yang selanjutnya disebar/diratakan

dengan menggunakan cangkul pada daerah pengecoran. Kemudian

pemadatan beton dilakukan dengan menggunakan alat Vibrator.

Gambar 5.22 Proses Pengecoran Rigid Pavement

Terdapat dua macam pengecoran pada rigid pavement di proyek

ini, yaitu pengecoran dengan wire mesh dan pengecoran tanpa wire mesh.

Wire mesh ditempatkan 70 mm dari permukaan atas pengecoran. Wire

mesh diletakan pada dudukan yang dipasang setiap 1 meter agar pada saat

pengecoran wire mesh dapat ditahan pada posisi yang telah ditentukan.

V - 20
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.23 Pengecoran Dengan dan atau Tanpa Wire Mesh

Wire mesh pada pengecoran rigid pavement digunakan antara lain

pada gerbang tol karena pengereman kendaraan saat pengambilan karcis

tol sehingga menyebabkan beban jalan menjadi lebih berat, pada

persimpangan jalan disebabkan oleh kecepatan kendaraan yang berkurang

karena kendaraan-kendaraan yang ada memasuki 2 jalur yang berbeda dan

hal tersebut menyebabkan adanya beban berlebih pada jalan, apabila

bentuk pengecoran tidak simetris sehingga pembagian beban menjadi tidak

merata, dan tinggi pengecoran tidak sesuai dengan spesifikasi umum

(terlalu tebal atau terlalu tipis).

Penyelesaian akhir perkerasan beton adalah dengan meratakan

kembali permukaan beton dengan alat jidar dan dilakukan pengacian

sebanyak 2 kali untuk merapikan permukaan beton. Kemudian beton

yang masih dalam keadaan plastis ( 1 3 jam setelah pengecoran) diberi

V - 21
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

tekstur untuk memberi kekesatan permukaan dengan cara pembuatan alur

(grooving) searah melintang jalan dengan menggunakan sisir kawat.

Gambar 5.24 Pengacian dan Proses Pembuatan Alur(Grooving) pada Rigid Pavement

b) Perlindungan dan PerawatanRigid Pavement

Setelah beton dicor dan dipadatkan hingga diperoleh bidang dan

elevasi sesuai shop drawing, hingga umur beberapa hari, beton harus

dilindungi oleh faktor lingkungan antara lain :

1. Lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan

pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan dengan

membuat pelindung angin untuk mencegah retak susut plastis.

2. Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam diperlukan bahan

penutup seperti terpal, plastik, atau bahan lain yang sesuai sebagai

perlindungan terhadap air hujan.

Perawatan beton perlu dilakukan dengan seksama karena

menentukan mutu akhir beton. Salah satu perawatannya adalah dengan

cara penyemprotan bahan larutan kimia (curing compound) dengan

menggunakan alat penyemprot.

V - 22
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.25 Perlindungan dan Perawatan Rigid Pavement

c) Pekerjaan Penggergajian dan Penutup Sambungan (silent)

Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang harus

dimulai secepat mungkin setelah beton mengeras dan sebelum terjadi

keretakan. Penggergajian sambungan susut harus berurutan pada lajur-

lajur yang berurutan. Setelah penggergajian, celah-celah sambungan harus

dibersihkan dengan menggunakan Air Compressordan celah sambungan

tersebut ditutup dengan bahan yang telah ditentukan, dalam proyek ini

bahan yang digunakan adalah aspal.

V - 23
BAB V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.26 Proses Penggergajian dan Pembuatan Penutup Sambungan

V - 24

Anda mungkin juga menyukai