Bayi Tabung
Bayi Tabung
AssalamualaikumWr. Wb
Alhamdulillah...
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atasanugerah,
petunjuk serta Hidahayah-NYA
lah sehingga Makalah ini dapat terselesaikanmeskipun memiliki banyak sekali kekurangan.
Terima kasih tak lupa kami
ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliahHukum dan Etika Keperawatan Ns. Tamrin, S.ke
p yang tiada henti-hentinya memberikan suport, dukungan
dan telah membantu memberikan arahan demi
terselesaikannya pembuatan makalah ini. Diharapkan dengan adannya makalah ini dapatmember
ikan pengetahuan tentang BAYI TABUNG dan Konsep bayi tabung menurutpandangan Hukum,
medis maupun Moral (Etika).
Tentunya masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan di
dalam pembuatanmakalah ini, Oleh karena keterbatasan ilmu dan referensi yang kami
jadikan sebagaiacuan untuk menyusun makalah ini ataupun karena hal-hal
lain. Namun, karena adanyaniat untuk belajar, maka dengan antusias dan semangat yang tinggi,
akhirnya makalah inidapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan kitasemua umumnya. AMIN......!!!
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terkaitdalam penyusunan makalah ini, serta kepada teman-teman yang
telah memberikandukunganya yang
sangat berharga bagi penulis untuk dapat menyelesaiakan makalahini....
HERU
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
Kata Pengantar............................................................................................................. 2
Daftar Isi...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................5
1.2 Tujuan....................................................................................................................7
1.3 Manfaat..................................................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bayi tabung menurut pandangan Medis................................................................ 9
2.2 Bayi tabung menurut pandangan Hukum............................................................ 18
2.3 Bayi tabung menurut pandangan Etika................................................................ 30
2.4 Pandangan kelompok tentang Bayi tabung........................................................ 23
DAFTAR PUSTAK
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi tabung atau lebih dikenal dengan istilah inseminasi buatan bukanlah wacana baru
yang kita lihat pada tataran empirik saat ini. Namun permasalahan ini masih aktual saja untuk
dibicarakan maupun didiskusikan terutama bagi kalangan akademis, intelektualis yang tentunya
harus perspektif dalam memahami suatu permasalahan, bukan menjadi masalah bagi dirinya
sendiri.
Program bayi tabung untuk pertama kali diperkenalkan oleh dokter asal Inggris, Patrick C. Steptoe dan Robert G.
Edwards pada sekitar tahun 1970-an dan melahirkan bayi tabung pertama di dunia, Louise Brown pada tahun 1978. Pada
awalnya, teknologi ini ditentang oleh kalangan kedokteran dan agama karena kedua dokter itu dianggap mengambil alih peran
Tuhan dalam menciptakan manusia (playing God). Tapi sekarang, teknologi ini telah banyak menolong pasangan suami istri yang
ingin mempunyaianak yang megalami masalah seperti infertilitas, dsb.
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan
hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun. Menurut WHO dari seluruh dunia sekitar 50-80 juta pasangan suami istri mempunyai masalah dengan
infertilitasnya, dan diperkirakan sekitar duajuta pasangan infertil baru akan muncul tiap tahunnya dan terus meningkat.
Sebagai upaya pertolongan dan pengobatan untuk masalah infertilitas ada beberapa alternatif yang salah satunya
adalah bayi tabung atau FIV (Fertilisasi In Vitro).Fertilitas dapat diartikan pembuahan, sedangkan In Vitro adalah diluar. Jadi
Fertilitasi In Vitro adalah pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria (bagian dari proses reproduksi manusia), yang terjadi
diluar tubuh.
Menurut Otto Soemarwoto dalam bukunya Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global, dengan tambahan dan
keterangan dari Drs. Muhammad Djumhana, S.H., menyatakan bahwa bayi tabung pada satu pihak merupakan hikmah, Ia dapat
membantu pasangan suami istri yang subur tetapi karena suatu gangguan pada organ reproduksi, mereka tidak dapat mempunyai
anak. Dalam kasus ini, sel telur istri dan sperma suami dipertemukan di luar tubuh dan zigot yang jadi (mengalami
pembuahan)ditanam dalam kandungan istri. Dalam hal ini kiranya tidak ada pendapat pro dan kontra terhadap bayi yang lahir
karena merupakan keturunan genetik suami dan istri.
Semula Fertilisasi In Vitro (FIV) di usahakan untuk istri yang mengalami kerusakan
kedua tuba. Setelah itu teryata tingkat keberhasilannya meningkat sampai 20% per transfer
embrio, indikasinya pun diperluas mencakup : 1) kerusakan kedua tuba ; 2) faktor suami
(ligospermia) ; 3) faktor serviks abnormal ; 4) faktor immunologik ; 5) infertilitas karena
endometriosis.
Sekarang Fertilisasi In Vitro (FIV) yang awalnya hanya di peruntukan untuk membantu
pasangan Pasangan suami istri (pasutri) yang mengalami 1) kerusakan kedua tuba ; 2) faktor
suami ( ligospermia) ; 3) faktor serviks abnormal ; 4) faktor immunologik ; 5) infertilitas karena
endometriosis, seiring perkembangan zaman di mana pasangan yang sebenarnya subur sekarang
sudah mengikuti juga program FIV dengan alasan sebagian para wanita ingin menjaga postur
tubuh agar tetap indah dan terjaga, selain itu juga, ada sebagian wanita yang ingin mempunyai
anak tanpa melakukan hubungan seksual (tanpa menikah) misalnya mengambil sperma orang
lain untuk ditrasfer ke rahimnya agar wanita tersebut mempunyai anak, dan ada juga pasangan
yang mengalami kelainan seksual seperti Homoseksual dan Lesbian yang ingin mempunyai anak
bisa saja melakukan program FIV atau bayi tabung dengan mengambil sperma atau sel telur
orang lain (tranfer embrio).
Permasalahan selanjutnya adalah Sel telur yang diambil dari wanita yang melakukan program bayi tabung adalah 4 6
sedangkan jumlah embrio yang digunakan rata-rata 3-4 embrio yang transfer ke dalam rahim dan sisanya dijadikan sebagai
cadangan jika sewaktu-waktu tranfer embrio pertama gagal. Permasalahan yang timbul kemudian mau dikemanakan sisa
embrionya jika transfer embrio pertama berhasil dilakukan ? Akan diapakan embryo-embrio itu ?
Melalui makalah ini kami akan mencoba membahas permasalahan-permasalahan tadi. Baik menurut aspek Hukum,
Medis, maupun Etikanya. Kami akan mencoba paparkan pada bab selanjutnya.
1.2 TUJUAN
Berangkat dari latar belakang di atas, maka tujuan dari pada isi serta pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pemaparan bayi tabung dari sudut pandang Medis !
2. Untuk mengetahui pemaparan bayi tabung dari sudut pandang Hukum !
3. Untuk mengetahui pemaparan bayi tabung dari sudut pandang Etika !
4. Untuk memaparkan hasil diskusi kelompok !
5. Untuk memenuhi salah satu syarat tugas kuliah penyusun. !
1.3 MANFAAT
a. Manfaat Praktis
1. Dapat dijadikan sebagai kontribusi pengetahuan baik pada kalangan mahasiswa maupun
kalangan umum.
2. Sebagai bahan masukan bagi kalangan pelajar khususnya dan masyarakat pada umumnya terkait
atas dampak yang dimunculkan akibat kemajuan bioteknologi pada manusia.
3. Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat secara umum tentang eksistensi
bioteknologi pada manusia.
b. Manfaat Akademik
1. Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan buat parapenyusun
makalah selanjutnya.
2. Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi sains dan tekhnologikhususnya tentang konsepsi
buatan.
3. Sebagai sumbangan buat perpustakaan kampus guna dibaca dan dipahami oleh
seluruh mahasiswa-mahasiswi Indonesia.
4. Agar lebih di ketahui tetang apa itu Inseminasi buatan pada manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BAYI TABUNG DALAM SUDUT PANDANG MEDIS
2.1.1 Pengertian
Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro Fertilization (IVF)
adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel sperma dansel telur dalam suatu wadah khusus. P
ada kondisi normal, pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba. Dalam proses bayi tabung proses ini berlangsung di
laboratorium dandilaksanakan oleh tenaga medis sampai menghasilkan suatu embrio dan di iplementasikkan ke
dalam rahim wanita yang mengikuti program bayi tabung tersebut. Embrio ini juga dapatdisimpan dalam bentuk beku
(cryopreserved) dan dapat digunakan kelak jika dibutuhkan. Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu-
ibu yang memilikigangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi normal, sel telur yang
telah matang akandilepaskan oleh indung telur (ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnyamenunggu sel sperma
yang akan membuahi sel telur tersebut tersebut. Dalam bayi tabung proses ini terjadi dalam tabung dan setelah terjadi pembuahan
(embrio) maka segera di iplementasikan ke rahim wanita tersebut dan akan terjadi kehamilan seperti kehamilan normal.
Dari segi tehnik, karena prosedur konsepsi buatan ini sangat menegangkan, tingkatkeberhasilannya belum begitu tinggi,
dan biayanya sangat mahal, maka pasangan suamiistri (pasutri) yang diterima untuk program ini harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Telah dilakukan pengelolaan infertilitas selengkapnya.
2. Terdapat indikasi yang sangat jelas.
3. Memahami seluk beluk prosedur konsepsi buatan secara umum
4. Mampu membiayai prosedur bayi tabung ini
2.1.2 Prosedur
2.1.2.1 Prosedur FIV ( fertilisasi in vitro )
Ada beberapa tahaptahap pelaksanaan prosedur FIV (in vitro fertilasasi) adalah sebagai berikut ;
1. Pemeriksaan penyaring pasutri dimana disini akan dilakukan melalui peninjauan kembali catatan medis pengelolaan
infertilitas, untuk meyakinkan bahwa pengelolaan infertilitas telah dilakukanselengkapnya.
2. Pemilihan protocol stimulasi
a. Tanpa stimulasi : siklus haid normal + hCG ( human chorionic gonadotropin )
b. Clomiphene Citrat ( CC ) + hCG
c. hMG ( human Menopausal Gonadotropin ) + hCG
d. CC + hMG + hCG
e. FSH ( follicle stimulating hormone ) Murni
+ hCG
+ hMG + hCG
+ CC + hCG
+ hMG + CC + hCG
f. GnRHa ( Gonadotropin releasing hormone analogue ) + hMG + hCG
3. GnRH ( Gonadotropin releasing hormone ) + hCG
4. Stimulasi indung telur yang dijadwalkan
Tujuan stimulasi indung telur adalah untuk menstimulasi perkembangan folikel yang mengandung oosit matang sebanyak
mungkin agar mudah diaspirasi pada saat sebelum terjadi ovulasi.
5. Pemantauan perkembangan folikel
Walaupun sebagian besar tim konsepsi buatan memakai kombinasi pemeriksaan USG, kadar E 2 dan LH untuk memantau
perkembangan folikel, bahkan dengan pemeriksaan mucus serviks, tetapi belum ada consensus tentang apa yang dianggap
stimulasi dan pemantauan folikel yang baik. Kalau tentang stimulasi yang kurang baik terdapat lebih banyak kesepakatan, seperti
kadar E2 yang rendah atau yang kadarnya meningkat lambat, terlampau sedikit folikel yang terbentuk atau hanya terdapat satu
folikel yang dominan, turunnya kadar E2 sebelum atau sesudah suntikan hCG, puncak LH yang premature, dan kalau timbul
keluhan akibat pengobatan, seperti demam atau gatal-gatal, merupakan indikasi untuk menghentikan stimulasi.
6. Pengambilan Ovum ( PO )
Pada pertama kalinya dilakukan melalui laparoskopi dengan 2 atau 3 tusukan. Jarum aspirasi dimasukan melalui alat
laparoskop atau melalui tusukan khusus. Berbagai alat pengisap oosit telah dipakai, sempritan 50 Dan alat pengisap dengan
tekanan 150 mmHg. Kini PO dapat dilakukan lebih mudah secara transvaginal dengan bimbingan USG.
7. Persiapan dan prosedur laboratorium
Seluruh prosedur laboratorium konsepsi buatan perlu dipersiapkan seoptimal mungkin. laboratorium yang letaknya
bersebelahan dengan kamar PO akan memudahkan transportasi embrio. Beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan
adalah air radiator yang digunakan, incubator CO 2, laminar air flow, mikroskop, alat habis pakai, system fertilisasi, dan aliran listrik
haruslah dalam keadaan prima.
Cairan pungsi harus segera dibawa ke laboratorium dan pencairan oosit di bawah mikroskop segera dilakukan. Kalau cairan
folikel itu jernih, dengan mata telanjang akan tampak mucul sebagai gumpalan putih yang mungkin berisikan oosit. Oosit
dibersihkan dari gumpalan darah lalu dimasukkan ke dalam medium biakan dalam cawan petri. Semua oosit yang diperoleh segera
dimasukkan kedalam incubator CO2, setelah terlebih dahulu dinilai tingkat kematangannya. Penilaian tingkat kematangan ini perlu
untuk menentukan saat inseminasi yang tepat. Oosit yang matang, antara lain ditandai dengan cumulus yang menyebar dan
koronanya padat. Berbagai jenis medium yang akan dipakai, harus terlebih dahulu diuji, Baik parameter fisiknya, (pH, Osmolaritas,
Suhu), maupun efek biologiknya (perkembangan embrio tikus percobaan, uji ketahanan sperma).
Saat inseminasi ditentukan menurut tingkat kematangan oosit. Untuk oosit yang matang , inseminasi dilakukan 5-6 jam setelah
oosit diinkubasikan, yang terlalu matang setelah 3 jam, dan yang belum matang setelah 24-36 jam. Teknik pengolahan sperma
dapat dilakukan dengan berbagai cara dari yang paling sederhana seperti swim-up, sampai yang paling canggih seperti pemisahan
sperma dengan berbagai konsentrasi larutan percoll, yang semuanya bertujuan untuk memperoleh sperma motil yang terbaik.
Umumnya inseminasi dilakukan dengan sperma yang telah diolah dengan konsentrasi 50.000 100.000/ml.
8. Perkembangan dalam media biakan
Terjadinya fertilisasi dimulai 18-20 jam setelah inseminasi. Fertilisasi yang normal ditandai dengan adanya 2 inti (pronukleus),
yang harusdibedakan secara cermat dari fertilisasi yang abnormal (polispermia) yang ditanda idengan adanya lebih dari 2
pronukleus.
Oosit yang sudah dibuahi ( zigot ) dipindahkan kedalam medium segar, kemudian segera di inkubasikan dalam inkubasi CO 2,
terjadinya fertilisasi tergantung dari banyaknya hal, yang terpenting adalah kualitas dan kuantitas oosit serta sperma. Tingkat
fertilisasi 60% dapat dikatakan cukup baik. Kira-kira sekitar 24 jam sekitar inseminasi, oosit yang sudah dibuahi itu dikeluarkan dari
incubator yang biasanya sudah mencapai stadium embrio dengan tingkat pembuahan 2-6 sel. dari semua embrio itu dipilih 4 embrio
yang terbaik yang ditentukan berdasarkan morfologinya. Embrio yang terpilih kemudian dimasukkan kedalam medium biakan segar
dengan suplemen protein
9. Pemindahan Embrio
Dilakukan 42-44 jam setelah inseminasi, pada waktu embrio telah mencapai stadium 2-6 sel. Pada umumnya PE dilakukan
dengan isteri dalam sikap litotomi, didampingi oleh suaminya. Tim yang lain melakukan dalam sikap litotomi kalau seterusnya
intervensi dan dalam sikap dengkul-dada kalau uterusnya retroverni PE dilakukan dengan memakai kateter Teflon halus. Kadang-
kadang diperlukan bantuan kanula logam untuk membimbing kateter masuk kedalam rongga uterus.
10. Pemantauan fase luteal
Kebanyakan tim konsepsi buatan memberikan suntikan atau progesterone dalam fase luteal. Tidak cukup bukti untuk
mendukung pengobatan ini, karena beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengeluaran progesterone akan berlangsung
normal setelah dilakukan aspirasi ovum. Namun ada juga yang melaporkan terjadinya fase luteal pendek setelah dilakukan protocol
superovulasi.
11. Diagnosis kehamilan
Kalau terjadi kehamilan, uji Beta-hCG akan memberikan hasil yang positif .tingkat keberhasilan kehamilan berbeda-beda
diantara berbagai tim konsepsi buatan. Pada umumnya sekitar 20% pasutri akan mengalami kehamilan setelah dilakukan PE.
Walaupun demikian, keberhasilan lebih tergantung dari banyaknya oosit yang berhasil diaspirasi, dan banyaknya embrio yang
dipindahkan.
12. Analisa sebab kegagalan
a. Ovulasi premature atau ova gagal untuk dibuahi.
b. Oosit belum matang atau tidak normal. Inseminasi dilakukan pada saat yang kurang tepat.
c. Keadaan hormonal/kesehatan isteri kurang menguntungkan oosit.
d. Parameter stimulasi mungkin tidak sebaik yang diharapkan.
e. Embrio yang dipindahkan gagal untuk berimplantasi. Hal ini merupakan satu-satunya masalah terbesar yang dialami oleh semua
program konsepsi buatan pada masa kini.
f. Spermatozoa kurang baik kualitasnya.
g. Perkembangan endometrium kurang baik atau tidak sinkron untuk terjadinya implantasi yang baik.
13. Perawatan
Kalau konsepsi buatan berhasil, pelayanan obstetriknya tidak jauh berbeda dengan konsepsi alamiah. Konsepsi buatan bukan
merupakan indikasi untuk dilakukan amniosintesis atau tindakan-tindakan obstetric lainnya.
14. Pertimbangan Psikologik
Bagian terpenting dari program konsepsi buatan adalah konseling pasca konsepsi buatan yang gagal, karena kira-kira 80%
pasutri akan mengalaminya. Konseling ini bertujuan untuk meringankan pasutri dari segala kekecewaan dan kesedihan karena
kegagalan yang baru saja dialaminya .Reaksi kesedihan pasutri dapat disamakan dengan kesedihan setelah mengalami keguguran
atau kematian anak yang sangat diinginkannya.
Peleburan menjadi zigot. Beberapa jam kemudian, terhadap masing-masing sel telur akan ditambahkan sejumlah sperma
yang sebelumnya telah diolah dan dipilih yang terbaik mutunya. Setelah kira-kira 18-20 jam, akan terlihat apakah proses
pembuahan tersebut berhasil atau tidak. Sel telur yang telah dibuahi sperma atau disebut zigot akan dipantau selama 22-24 jam
kemudian untuk melihat perkembangannya menjadi embrio. Bila sperma kurang maka digunakan ICSI (Intracytoplasmic Sperm
Injection ) yaitu menyuntikkan 1 sperma terbaik untuk di injeksikan ke sel telur. Satu sperma untuk Satu Ovum. Bila embrio yang
ada cukup jumlahnya (6 atau lebih), di anjurkan menggunakan Blastosis (Embrio yang lebih tua 4 5 hari). Pada tahap ini, embrio
telah mempunyai dua tipe sel dengan sebuah rongga di tengahnya. Sel terluar disebut trophectoderm yang nantinya berkembang
menjadi plasenta. Sedangkan sel bagian dalam disebut inner cell mass, nantinya menjadi janin.
Sedikit catatan, sel telur yang sudah matang akandibuahi sel sperma yang mampu bertahan menempuh perjalanan dari
vagina, rahim, hingga tuba Fallopii. Saat bertemu keduanya menyatu jadilah zigot (hari 0). Pada hari pertama zigot membelah
menjadi embrio dua sel. Hari berikutnya, jadi embrio empat sel. Begitu seterusnya hingga menjadi embrio delapan, 16, dan 32 sel,
yang disebut morula. Selama pembelahan itu, ia masih berada di tuba Fallopii. Setelah itu ia menjadi blastosis pada hari kelima.
Blastosis selanjutnya akan keluar dari lapisan pelindung terluarnya yang disebut zona pelusida di akhir hari keenam. Bila Jumlah
embrio tidak mencukupi untuk menggunakan Blastosis, maka menurut Dr. Sudraji, Dokter akan memilih empat embrio yang terbaik
untuk ditanamkan kembali ke dalam rahim. Empat embrio merupakan jumlah yang maksimal karena apabila lebih dari empat, risiko
yang ditanggung ibu dan janin akan sangat besar. Bahkan kehamilan tiga saja sudah bisa disebut sebagai kehamilan berisiko.
Embrio-embrio yang terbaik itu kemudian diisap ke dalam sebuah kateter khusus untuk dipindahkan ke dalam rahim. Terjadinya
kehamilan dapat diketahui melalui pemeriksaan air seni 14 hari setelah pemindahan embrio.
Adapun keuntungan dan kerugiannya adalah Memberikan peluang kehamilan kepada pasangan suami istri yang
sebelumnya mengalami infertilitas.
Ada beberapa Faktor- faktor yang sering menyebabkan kegagalan Bayi Tabungyaitu:
1.Sel Telur yang tumbuh tidak ada / tidak mencukupi.
2. Tidak terjadi pembuahan
3. Embrio tidak menempel dinding rahim
4. Keguguran.
Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di Indonesia terhadap kemungkinan yang terjadi dalam program
fertilisasi in vitro transfer embrio ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah tidak relevan dan tidak dapat meng-cover
kebutuhan yang ada serta sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada khususnya mengenai status sahnya anak yang
lahir dan pemusnahan kelebihan embrio yang diimplantasikan ke dalam rahim ibunya. Secara khusus, permasalahan mengenai
inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada
penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur penerapan
teknologi fertilisasi in vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah
yang dilarang
2.2.3 PANDANGAN HUKUM MEDIS
Di Indonesia, hukum dan perundangan mengenai teknik reproduksi buatan diatur dalam:
1. UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, pasal 127 menyebutkan bahwa upaya kehamilan di luar cara
alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
a.) Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim
istri dari mana ovum berasal;
b.) dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu;
c.) pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 72/Menkes/Per/II/1999 tentang Penyelenggaraan Teknologi
Reproduksi Buatan, yang berisikan: ketentuan umum, perizinan, pembinaan, dan pengawasan,
Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup.
Adapun bunyinya adalah sebagai berikut :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Teknologi reproduksi buatan adalah upaya pembuahan sel telur dengansperma di luar cara
alami, tidak termasuk kloning;
2. Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien;
3. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan
kesehatan.
4. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan.
BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
Rumah Sakit dapat memberikan pelayanan teknologi reproduksi buatan setelah mendapat izin
dari Direktur Jenderal.
Pasal 3
1. Pelenggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini dapat
dikenakan tindakan administratif.
2. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa peringatan samapai
dengan pencabutan izin penyelenggaraan pelayanan teknologi reproduksi buatan.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan
Kita dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo yang telah memberikan pelayanan teknologi
reproduksi buatan, berdasarkan peraturan ini dinyatakan diberi izin penyelenggaraan pelayanan,
penelitian dan pengembangan dengan ketentuan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak
ditetapkan peraturan ini harus menyesuaikan diri dengan ketentuan peraturan ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Instruksi Kesehatan Nomor
3794/Menkes/VII/1990 tentang Program Pelayanan Bayi Tabung dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 13
1. Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
2. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya Keputusan MenKes RI tersebut dibuat Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di
Rumah Sakit, oleh Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, DepKes RI, yang menyatakan
bahwa:
1. Pelayanan teknik reprodukasi buatan hanya dapat dilakukan dengan sel sperma dan sel telur
pasangan suami-istri yang bersangkutan.
2. Pelayanan reproduksi buatan merupakan bagian dari pelayanan infertilitas, sehingga sehinggan
kerangka pelayannya merupakan bagian dari pengelolaan pelayanan infertilitas secara
keseluruhan.
3. Embrio yang dipindahkan ke rahim istri dalam satu waktu tidak lebih dari 3, boleh dipindahkan
4 embrio dalam keadaan:
a) Rumah sakit memiliki 3 tingkat perawatan intensif bayi baru lahir.
b) Pasangan suami istri sebelumnya sudah mengalami sekurang-kurangnya dua kali prosedur
teknologi reproduksi yang gagal.
c) Istri berumur lebih dari 35 tahun.
4. Dilarang melakukan surogasi dalam bentuk apapun.
5. Dilarang melakukan jual beli spermatozoa, ovum atau embrio.
6. Dilarang menghasilkan embrio manusia semata-mata untuk penelitian. Penelitian atau sejenisnya
terhadap embrio manusia hanya dapat dilakukan apabila tujuannya telah dirumuskan dengan
sangat jelas
7. Dilarang melakukan penelitian dengan atau pada embrio manusia dengan usia lebih dari 14 hari
setelah fertilisasi.
8. Sel telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa manusia tidak boleh dibiakkan in vitro lebih dari
14 hari (tidak termasuk waktu impan beku).
9. Dilarang melakukan penelitian atau eksperimen terhadap atau menggunakan sel ovum,
spermatozoa atau embrio tanpa seijin dari siapa sel ovum atau spermatozoa itu berasal.
10. Dilarang melakukan fertilisasi trans-spesies, kecuali fertilisasi tran-spesies tersebut diakui
sebagai cara untuk mengatasi atau mendiagnosis infertilitas pada manusia. Setiap hybrid yang
terjadi akibat fretilisasi trans-spesies harus diakhiri pertumbuhannya pada tahap 2 sel.
Etika Teknologi Reproduksi Buatan belum tercantum secara eksplisit dalam Buku Kode
Etik Kedokteran Indonesia. Tetapi dalam addendum 1, dalam buku tersebut di atas terdapat
penjelasan khusus dari beberapa pasal revisi Kodeki Hasil Mukernas Etik Kedokteran III, April
2002. Pada Kloning dijelaskan bahwa pada hakekatnya menolak kloning pada manusia, karena
menurunkan harkat, derajat dan serta martabat manusia sampai setingkat bakteri, menghimbau
ilmuwan khususnya kedokteran, untuk tidak mempromosikan kloning pada manusia, dan
mendorong agar ilmuwan tetap menggunakan teknologi kloning pada :
1. sel atau jaringan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan misalnya untuk pembuatan zat
antigen monoklonal.
2. sel atau jaringan hewan untuk penelitian klonasi organ, ini untuk melihat kemungkinan klonasi
organ pada diri sendiri.
2.3 BAYI TABUNG DARI SUDUT PANDANG ETIKA
Program bayi tabung pada dasarnya tidak sesuai dengan budaya dan tradisi ketimuran kita. Sebagian
agamawan menolak adanya fertilisasi in vitro pada manusia, sebab mereka berasumsi bahwa kegiatan tersebut termasuk
Intervensi terhadap karya Illahi. Dalam artian, mereka yang melakukakan hal tersebut berarti ikut campur dalam hal penciptaan
yang tentunya itu menjadi hak prioregatif Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut bersifat natural, bayi itu terlahir melalui proses
alamiah yaitu melalui hubungan seksual antara suami-istri yang sah menurut agama.
Aspek Human Rigths:
Dalam DUHAM dikatakan semua orang dilahirkan bebas dengan martabat yang setara. Pengakuan hak-hak manusia telah
diatur di dunia international, salah satunya tentang hak reproduksi.
Dalam kasus ini, meskipun keputusan inseminasi buatan dengan donor sperma dari laki-laki yang bukan suami wanita
tersebut adalah hak dari pasangan suami istri tersebut, namun harus dipertimbangkan secara hukum, baik hukum perdata, hukum
pidana, hukum agama, hukum kesehatan serta etika (moral) ketimuran yang berlaku di Indonesia .
Di Indonesia sendiri bila dipandang dari segi etika, pembuatan bayi tabung tidak melanggar, tapi dengan syarat sperma
dan ovum berasal dari pasangan yang sah. Jangan sampai sperma berasal dari bank sperma, atau ovum dari pendonor.
Sementara untuk kasus, sperma dan ovum berasal dari suami-istri tapi ditanamkan dalam rahim wanita lain alias pinjam rahim,
masih banyak yang mempertentangkan. Bagi yang setuju mengatakan bahwa si wanita itu bisa dianalogikan sebagai ibu susu
karena si bayi di beri makan oleh pemilik rahim. Tapi sebagian yang menentang mengatakan bahwa hal tersebut termasuk zina
karena telah menanamkan gamet dalam rahim yang bukan muhrimnya. Tetapi sebenarnya UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, pasal
127 ditegaskan bahwa Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu suami istri
mendapat keturunan, tetapi upaya kehamilan tersebut hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah yaitu: hasil
pembuahan sperma dan ovum harus berasal dari pasangan suami istri tersebut, untuk kemudian ditanamkan dalam rahim si istri.
Jadi untuk saat ini wacana Surrogates Mother di Indonesia tidak begitu saja dapat dibenarkan.
Untuk pemilihan jenis kelaminpun sebenarnya secara teknis dapat dilakukan pada inseminasi buatan ini. Dengan
melakukan pemisahan kromosom X dan Y, baru kemudian dilakukan pembuahan in-vitro sesuai dengan jenis kelamin yang
diinginkan.
Banyak masalah norma dan etik dalam teknologi ini yang jadi perdebatan banyak pihak, tetapi untuk pandangan
profesi kedokteran mungkin dapat mengarah kesimpulan dari Perspektif Etika dalam Perkembangan Teknologi Kedokteran yang
disampaikan oleh dr. Mochamad Anwar, SpOG dalam Seminar Nasional Continuing Medical Education yang diselenggarakan di
Auditorium FK UGM tanggal 10 Januari 2009, dimana aspek etika haruslah menjadi pegangan bagi setiap dokter, ahli biologi
kedokteran serta para peneliti di bidang rekayasa genetika, yang didasarkan pada Deklarasi Helsinki antara lain:
1. Riset biomedik pada manusia harus memenuhi prinsip-prinsip ilmiah dan didasarkan pada pengetahuan yang adekuat dari literatur
ilmiah.
2. Desain dan pelaksanaan experimen pada manusia harus dituangkan dalam suatu protokol untuk kemudian diajukan pada komisi
independen yang ditugaskan untuk mempertimbangkan, memberi komentar dan kalau perlu bimbingan.
3. Penelitian biomedik pada manusia hanya boleh dikerjakan oleh orang-orang dengan kualifikasi keilmuan yang cukup dan diawasi
oleh tenaga medis yang kompeten.
4. Dalam protokol riset selalu harus dicantumkan pernyataan tentang norma etika yang dilaksanakan dan telah sesuai dengan prinsip-
prinsip deklarasi Helsinki.
Walaupun demikian penyusun merasa selain etika penelitian yang ada dalam Deklarasi Helsinki ini, masih diperlukan
campur tangan pemerintah untuk membuat suatu aturan resmi mengenai pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga ada
pengawasan yang lebih intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat kemajuan bioteknologi ini.
1. pasangan lesbian dan gay yang berharap mempunyai keturunan dalam mengikuti program bayi tabung
Sebelum masuk apakah bayi tabung bisa di lakukan oleh pasangan gay dan lebian, kita harus melihat apakah pasangan
ini sah dalam status perkawinannya di Indonesia. memang di Negara-negara lain seperti Belanda, Belgia, Afrika selatan, Norwegia
dan Negara negara lainnya sudah melegalisir UU Pernikahan Homo dan mengizinkan pasangan ini melakukan
perkawinan. Berdasarkan dokumen hak azasi manusia The Universal Declaration of Human Rights yang menjunjug tinggi hak
asasi setiap orang. Tapi di Indonesia perkawinan lesbian dan gay sangat di tentang oleh Indonesia yang mayoritas umat
beragama. Dalam konteks kehidupan, Pasangan Lesbian dan Gay dalam kehidupan tidak disahkan oleh agama manapun didunia
ini. Sebab keberadaannya sangat mengganggu etika dan moral. Dalam al Qura memang tidak ada ayat yang melarang cinta kasih
sesama jenis, tapi Ketabuan homo hanyalah bersifat budaya, bukan agamis, karenanya tidak bersifat dogmatis dan atau bisa
diubah. Jika bicara tentang hak asasi manusia, seharusnyapasangan lesbian dan/gay juga melihat bagaimana tatanan etika dan
moral yang berlaku. Sehigga Kalau dilihat dari perspektif agama, manusia diciptakan berpasang-pasangan dengan lawan jenis dan
sangat menghormati pernikahan. "Pernikahan itu tujuannya untuk mendapatkan keturunan. Oleh karena itu, pasangan homo seks
tersebut tidak bisa mengikuti program bayi tabung. Intinya kami tidak setuju dengan pasangan homo/lesbian ini.
2. wanita yang ingin memiliki keturunan tanpa melakukan hubungan seks (kawin) / melakukan transfer embrio
Permasalah ini agaknya sangat bertentangan dengan undang-undang perkawinan, di mana tujuan dari perkawinan
adalah untuk mendapatkan keturunan. Memang setiap manusia mempunyai hak-hak yang harus dihormati oleh setiap lain. Tapi
kita yang tinggal dalam tatanan Negara yang menjunjung tinggi hukum haruslah memperhatikan faktor-faktor tersebut.
Lagi pula Hukum di indonesia hanya memperbolehkan pasangan suami istri (pasutri) yang sah untuk mengikuti program
bayi tabung. Dengan kata lain apabila ada wanita yang ingin memiliki keturunan tapi belum menikah tidak diperbolehkan mengikuti
program bayi tabung ini (ivf). Lain halnya bila wanita tersebut melakukan program bayi tabung di luar negeri.
3. Pasangan suami istri yang mengikuti program bayi tabung dan menentukan sendiri jenis kelamin dan / memilih bibit
unggul
Perkembagan ilmu teknologi dan kedokteran membuat segalannya yang tidak mungkin menjadi mungkin, seperti memilih jenis
kelamin bayi ketika sedang memprogram hamildalam megikuti program bayi tabung. Dalam hal memilih jenis kelamin bagi
pasangan suami istri (pasutri) mugki sangan bertetangan dengan Pasangan suami istri yang mengikuti program bayi tabung dan
memilih bibit unggul dan atau menentukan sendiri jenis kelamin anaknya
Menurut Dewan Hukum Islam yang berbasis di Arab Saudi membolehkan memilih jenis kelamin bayi dengan alasan
kesehatan. Menurut Dewan tersebut, memilih jenis kelamin sebelum dilahirkan dibolehkan, jika ada penyakit tertentu yang
berpotensi mempengaruhi kesehatan anak jika anaknya laki-laki dan bukan perempuan, atau sebaliknya. Dengan demikian,
memilih jenis kelamin dan atau memilih bibit unggul dari program bayi tabung di perbolehkan jika tujuannya untuk menghindari
adanya penyakit yang di timbulkan jika tidak dilakukan hal tersebut. Kita sebagai manusia wajib berusahan dan yang menentukan
segalannya adalah sang Ilahi.
4. Mau di kemanakan sisa embrio dari hasil program bayi tabung
Setelah mengalami keberhasilan dalam mengikuti bayi tabung, timbul masalah baru yakni mau
di kemanakan sisa embrio dari hasil bayi tabung tersebut. Sebagaimana diketahui, jumlah sel
telur yang diambil untuk pembuahan in vitro tidak hanya satu, untuk mengantisipasi jika ada
kegagalan. Bisa lebih dari dua atau tiga atau bahkan tujuh sel telur. Semua dipertemukan dengan
sperma suami di cawan petri. Namun, jika sudah terjadi pembuahan, maksimal hanya dua yang
boleh dikembalikan ke rahim ibunya. Sisanya ke mana? Jika kita meyakini kehidupan dimulai
sejak pembuahan, maka embrio sisa tidak boleh dimusnahkan karena pemusnahan berarti
pembunuhan atau aborsi in vitro.
5. wanita yang menunda kehamilannya karena alasan pekerjaan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Teknologi reproduksi buatan merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada prinsipnya bersifat netral dan
dikembangkan untuk meningkatkan derajat hidup dan kesejahteraan umat manusia. Dalam pelaksanaannya akan berbenturan
dengan berbagai permasalahan moral, etika, dan hukum yang komplek sehingga memerlukan pertimbangan dan pengaturan yang
bijaksana dalam rangka memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap semua pihak yang terlibat dalam penerapan teknologi
reproduksi buatan dengan tetap mengacu kepada penghormatan harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
2. Pandangan internasional terhadap teknologi reproduksi buatan memiliki kesamaan terhadap tujuan pelaksanaan dan
pengembangan teknologi reproduksi buatan yaitu dalam rangka memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam batas-batas penghargaan terhadap hak asasi manusia serta harkat dan derajat manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
umat manusia.
3. Hukum Indonesia mengatur mengenai teknologi reproduksi manusia sebatas upaya kehamilan diluar cara alamiah, dengan sperma
dan sel telur yang berasal pasangan suami isteri dan ditanamkan dalam rahim isteri. Dengan demikian teknologi bayi tabung yang
sperma dan sel telurnya berasal dari suami isteri dan ditanamkan dalam rahim isteri diperbolehkan di Indonesia, sedangkan teknik
ibu pengganti (surrogate mother) tidak diizinkan dilakukan.
3.2 SARAN
Saran dari kami
sebagai individu dan bagi individu adalah sebaiknya janganmelakukan inseminasi buatan jikalau memang hukum agama
dan negara yang berlaku di masyarakat kita telah melanggar dan melaknat tindakan tersebut,
ketimbang kita melakukantindakan tersebut dan menanggung sanksi-sanksi yang berat, baik di mata Allah dan di
matahukum. Kita juga yang kerepotan. Just Be yourself beauty and you will find the world full of beauty,
jalankanlah inseminasi alamiah secara normal dalam ikatan pernikahan tentunya, bersabarlah, karena orang yang sabar di sayang
Allah. Allah maha melihat dan mehapemberi, dengan kita terus bersabar, berdoa, berusaha dan tawakal kepada Allah, insya Allah
kita akan diberikan keturunan yang terbaik di mata diri kita sendiri, keluarga, kerabat, dan masyarakat, serta di mata Allah
azzawajalla. Amin..
DAFTAR PUSTAKA
Soimin, Soedharyo S.H. Kitab undang-undang hukum perdata. 1995. Diterbitkan oleh sinar grafika, jakarta
Guwandi. J S.H. HUKUM dan DOKTER. 2007 diterbitkan oleh CV. Sagung Seto, jakarta
http://fachri-kencana.blogspot.com/2010/11/bayi-tabung.html
http://www.scribd.com/doc/28605655/Bayi-Tabung