LANDASAN TEORI
Hardhi, 2015).
Batasan karakteristik dari nyeri akut yaitu :
Kram abdomen, nyeri abdomen, menghindari makan, berat badan 20%
atau lebih dibawah berat badan ideal, kerapuhan kapiler, diare, kehilangan
4
5
penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal
berikut
1. Klasifikasi Klinis :
a. DM
1) Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun.
2) Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
C. Etiologi
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
menjadi 3 yaitu : (Sudoyo Aru, dkk 2009 dalam Amin & Hardhi, 2015).
a. <140 mg/dl : normal
b. 140-<200 mg/dl : toleransi glukosa terganggu
c. 200 mg/dl : diabetes
mengidap diabetes
e. Berumur lebih dari 35 tahun, keturunan Asia, Eropa Selatan, India,
D. Patofisiologi
7
pankres. Dalam pankres terdapat pulau pulau langerhans yang terdiri dari
sel beta yang mengeluarkan insulin sel alpa yang memproduksi glukagon dan
glukosa yang tidak terukur oleh hati, disamping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
non insulin Diabetes Mellitus (NIDDM) atau tidak tergantung insulin hasil
produksi prankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal
terjadi pada usia lebih dari 30 tahun muncul berlahan lahan biasa dikontrol
keton dalam darah yang mengganggu kesemimbangan asam basa tubuh dan
asam basa tubuh dan menyebabkan adanya keton dalam urin (keton urea).
dan dapat timbul ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
dalam darah tidak dapat dibawa masuk dalam sel menyebabkan anabolisme
Skema 2.1
Fathway Diabetes Mellitus
Faktor genetik Kerusakan sel beta Ketidak Gula dalam darah tidak
Inveksi virus seimbangan dapat dibawa masuk dalam
produksi insulin sel
Pengerusakan imunologik
9
Poliuri Retensi Urine Aliran darah lambat Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun
Dehidrasi Ketidakefektifan
perfusi jaringan Nekrosis luka Klien tidak merasa sakit
perifer
Resiko Syok
Gangrene Kerusakan integritas
Kehilangan kalori jaringan
Merangsang hipotalamus
Sel kekurangan Protein dan lemak BB menurun
bahan untuk dibakar
metabolisme
Pusat lapar dan haus
Keletihan
Katabolisme lemak Pemecahan protein
Polidipsia, Polipagia
Asam lemak
Ketidak seimbangan Keton Ureum
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Keteasidosis
E. Manifestasi Klinis
10
haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (Polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar glukosa darah
Tabel 2.1
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa dengan Metode Enzimatik
sewaktu
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
puasa
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 900-110
2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200mg/dl
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mg/dl).
3. Tes laboratorium
11
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes
G. Komplikasi
Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, dalam jangka panjang
itu, penderita diabetes melitus jangan sampai lengah untuk selalu mengukur
kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau dilakukan sendiri. Jika tidak
darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar
12
infeksi pada saluran kencing, infeksi pada paru, serta pada infeksi kaki.
Infeksi pada kaki mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan
dikenal sebagai penyulut gangren atau ulkus. Jika dibiarkan kaki akan
terjepit. Jika mambusuk mau tidak mau bagian yang terinfeksi harus
bisa ereksi. Impotensi pada penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh
faktor psikologis atau gabungan organis dan psikologis. Jika masih pada
tahap awal, kurang dari enam bulan, impotensi masih bisa disembuhkan.
3. Neuropati Diabetik
Neuropati Diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran
Gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein, sehingga
diabaikan, kondisi ini akan berlanjut terus sampai tahap ginjal terminal.
setiap tahun.
Penderita diabetes tipe 1 secara bertahap akan sampai pada kondisi
gram per kilogram berat badan per hari). Sementara itu, oenderita yang
ginjal telah parah berupa bengkaka pada kaki dan wajah, mual , muntah,
yang memberi makan retina. Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar
cairan atau darah yang membuat retina bengkak atau timbul endapan
dibawa ke otak oleh saraf optik. Jika pembuluh darah mata bocor atau
vitreus, materi jernih seperti agar-agar yang emgnisi bagian tengah mata.
Hal ini menyebabkan cahaya yang menembus lensa terhalang dan tidak
dari pembuluh darah yang pecah di korpus vitreum dapat mengerut dan
H. Penatalaksanaan
Pengobatan DM secara langsung terhadap kerusakan pulau-pulau
akibat defisiensi insulin (gejala DM), serta mencegah komplikasi kronis yang
dapat menyerang pembuluh dartah, jantung, ginjal, mata, saraf, kulit, atau
kaki.
16
penyakit kronis lainnya. Langkah utama yang harus dilakukan sebagai berikut
vitamin.
2. Melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga secara teratur, mengelola
terhadap insulin.
4. Melakukan terapi insulin
I. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
mengatasinya.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
17
oleh penderita.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit,
kontrasepsi oral).
5. Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
aterosklerosis.
7. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan
muntah
6. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
J. Diagnosa Keperawatan
Menurut Amin dan Hardhi (2015), diagnosa keperawatan yang muncul
sebagai berikut :
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kenutuhan tubuh berhubungan
(diabetes mellitus)
4. Retensi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung
dan dehidrasi
19
K. Intervensi Keperawatan
Menurut Amin dan Hardhi (2015), diagnosa keperawatan yang muncul
sebagai berikut :
Diagnosa 1 yaitu :
1. Monitor intake makanan dan minuman yang dikonsumsi klien setiap hati
2. Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang dibutuhkan dengan
Diagnosa 2 yaitu :
Diagnosa 3 yaitu :
Diagnosa 4 yaitu :
8. Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan
konsistensi urine)
Diagnosa 5 yaitu :
1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas, dingin,
tajam, tumpul
2. Monitor adanya paretese
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung
6. Monitor kamampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian analgetik
Diagnosa 6 yaitu :
memburuk
L. Implementasi Keperawatan
Menurut Amin dan Hardhi (2015), diagnosa keperawatan yang muncul
sebagai berikut :
Diagnosa 1 yaitu :
hati
2. Menentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang dibutuhkan
Diagnosa 2 yaitu :
Diagnosa 3 yaitu :
Diagnosa 4 yaitu :
konsistensi urine)
Diagnosa 5 yaitu :
laserasi
4. Menggunakan sarung tangan untuk proteksi
22
Diagnosa 6 yaitu :
memburuk
M. Evaluasi Keperawatan
Menurut Amin dan Hardhi (2015), diagnosa keperawatan yang muncul
sebagai berikut :
Diagnosa 1 yaitu :
Diagnosa 2 yaitu :
perawatan alami
Diagnosa 3 yaitu :
Diagnosa 4 yaitu :
Diagnosa 5 yaitu :
Diagnosa 6 yaitu :