Topik : Resusitasi
Sub Topik : Pre dan Pasca
1. Pengertian Resusitasi
2. Etiologi/Penyebab
SUMBER PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin Abdul Bari, Dkk, 2002, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta: Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.
Sarwono Prawirohardjo, 2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
URAIAN MATERI
1. Pengertian Perioprasi
Perioprasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah
(preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai
sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke meja
bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Pascabedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak
pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
2. Jenis-Jenis Pembedahan
Jenis-jenis pembedahan berdasarkan lokasi berdasarkan lokasinya , pembedahan
dapat dibagi menjadi bedah toraks kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah
orthopedi, bedah kepala, bedah dan lain-lain.
Jenis-jenis pembedahan berdasarkan tujuan.
Berdasarkan tujuaannya pembedahan dibagi menjadi:
1. Pembedahan diagnosis, ditujukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala
penyakit seperti biopsi, eksplorasi, dan laparotomi.
2. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit,
misalnya pembedahan apendektomi.
3. Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaikideformitas,
menyambungdaerah yang terpisah.
4. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa
menyembuhkan penyakit.
5. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh
seperti rhinoplasti.
3. Pengertian Anestesia
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan
hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika
dilakukan tindakan pembedahan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang
diberikan sesuai dengan jenis pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai
waktu yang dibutuhkan selama operasi dilakukan.
a. Jenis-jenis anesthesia
1. Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak
dengan menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya
rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya adalah dengan inhalasi
dan intravena.
2. Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar
untuk meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf
sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya
hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode umum yang digunakan
adalah melakukan blok saraf, memblok regional intravena dengan
torniquet, blok daerah spinal, dan melalui epidural.
3. Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada
daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar.
Metode yang digunakan adalah infiltrasi atau topikal.
4. Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif
secara artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau
perintah serta untuk mengurangi kesadaran sehingga perhatian menjadi
terbatas. Metode yang digunakan adalah hipnotis.
5. Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri
dengan merangsang keluarnya endofrin tanpa menghilangkan kesadaran.
Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau penggunaan elektrode
pada permukaan kulit.
2. Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam
sebelum bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan.
Sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan
dan cairan dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.
3. Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari
mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau
sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus
di cukur.
Tindakan:
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri
dapat dilakukan manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan
jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan
jahitan. Kemudian memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan
vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan
kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang
dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau,
dapat pula dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan
diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang
dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus
meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk memperlancar vena.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan
sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi
yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output, serta
mencegah terjadinya retensi urine.
6. Mobilisasi dini, dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang
penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret
dan lendir. Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum
ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik.
8. Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali.
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk
memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
9. Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi
kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
1) Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada
klien (sebagai dokumentasi)
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.
2.7 Manajemen Luka
A. Pengertian luka
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang
dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga megganggu aktivitas sehari-
hari.
B. Jenis luka
Berdasarkan sifat kejadiannya, luka dibagi dua jenis, yaitu luka disengaja dan luka
tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan
luka tidak disengaja misalnya luka terkena trauma. Luka yang tidak disengaja juga
dibagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Luka tertutup yaitu tidak terjadi
robekan, sedangkan luka terbuka yaitu jika terjadi robekan dan terlihat. Luka terbuka
seperti luka abrasi (akibat gesekan), luka puncture (akibat tusukan), dan luka
hautration (akibat alat-alat yang digunakan dalam perawatan luka). Di bidang
kebidanan, luka yang sering terjadi adalah luka episiotomi, luka bedah seksio
caesarea, atau luka saat proses persalinan.
Berdasarkan penyebabnya, dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Luka mekanik, diantaranya:
a. Vulnus scissum, luka sayat akibat benda tajam. Pinggir lukanya terlihat rapi.
b. vulnus contusum, luka memar karena cedera pada jaringan bawah kulit akibat
benturan benda tumpul.
c. vulnus lateratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang
menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
d. vulnus puncture, luka tusuk yang kecil di bagian luar, tetapi besar di bagian dalam.
e. vulnus sclopetorum, luka tembak akibat tembakan peluru.
f. vulnus morsum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka.
g. vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke
pembuluh darah.
2. Luka nonmekanik, terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi, atau sengatan
listrik.
C. Proses penyembuhan luka
Poses penyembuhan luka melalui empat tahap, yaitu:
1. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya
luka. Pada tahap ini, terjadi proses hemostasis yang ditandai dengan pelepasan
histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan
dan migrasi sel darah putih ke daerah yang rusak.
2. Tahap destruktif. Pada tahap ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh
leukosit dan makrofag.
3. Tahap poliferatif. Pada tahap ini, pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat
dan menginfiltrasi luka.
4. Tahap maturasi. Pada tahap ini, terjadi reepitelisasi, kontraksi luka, dan organisasi
jaringan ikat.
G. Perawatan luka
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat
proses penyembuhan luka.
Persiapan alat dan bahan:
1. Pinset anatomi.
2. Pinsen cirughi.
3. Gunting steril.
4. Kapas sublimat/savlon dalam tempatnya.
5. Larutan H2O2.
6. Larutan boorwater.
7. NaCl 0,9 %.
8. Gunting perban.
9. Pester/pembalut.
10. Bengkok.
11. Kasa steril.
12. Mangkok steril.
13. Handscoon steril.
14. Obat luka/betadin.
Prosedur kerja:
1. Menyapa dan memperkenalkan diri kepada klien dengan ramah dan sopan.
2. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3. Cuci tangan
4. Menutup sampiran
5. Persiapan alat
6. Menggunakan sarung tangan steril.
7. Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
8. Bersihkan luka dengan menggunakan kapas/savlon, H2O2, Boorwater, atau NaCl
0.9 %. Penggunaannya dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
9. Berikan obat luka.
10. Tutup luka dengan kasa steril.
11. Balut luka.
12. Catat perubahan keadaan luka.
13. Cuci tangan.
EVALUASI
1. Pengertian Resusitasi
3. Etiologi/Penyebab
4. Etiologi/Penyebab