Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah : Asuhan Kebinanan

Topik : Resusitasi
Sub Topik : Pre dan Pasca
1. Pengertian Resusitasi
2. Etiologi/Penyebab

Waktu : 100 menit

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa mampu melakukan


Resusitasi pada bayi baru lahir

SUMBER PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin Abdul Bari, Dkk, 2002, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta: Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Sarwono Prawirohardjo, 2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

JNPK-KR, 2008, Asuhan persalinan Normal dan Inisiasi menyusu dini.


PENDAHULUAN

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi


hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya
menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing
yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala
macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat dan bidan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik
pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang
tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan
saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit
pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor
tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit
tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri
pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka
alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien
dalam setiap langkah langkah perioperatif. Tindakan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.

URAIAN MATERI
1. Pengertian Perioprasi
Perioprasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah
(preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai
sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke meja
bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Pascabedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak
pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
2. Jenis-Jenis Pembedahan
Jenis-jenis pembedahan berdasarkan lokasi berdasarkan lokasinya , pembedahan
dapat dibagi menjadi bedah toraks kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah
orthopedi, bedah kepala, bedah dan lain-lain.
Jenis-jenis pembedahan berdasarkan tujuan.
Berdasarkan tujuaannya pembedahan dibagi menjadi:
1. Pembedahan diagnosis, ditujukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala
penyakit seperti biopsi, eksplorasi, dan laparotomi.
2. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit,
misalnya pembedahan apendektomi.
3. Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaikideformitas,
menyambungdaerah yang terpisah.
4. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa
menyembuhkan penyakit.
5. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh
seperti rhinoplasti.

3. Pengertian Anestesia
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan
hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika
dilakukan tindakan pembedahan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang
diberikan sesuai dengan jenis pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai
waktu yang dibutuhkan selama operasi dilakukan.

a. Jenis-jenis anesthesia
1. Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak
dengan menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya
rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya adalah dengan inhalasi
dan intravena.
2. Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar
untuk meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf
sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya
hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode umum yang digunakan
adalah melakukan blok saraf, memblok regional intravena dengan
torniquet, blok daerah spinal, dan melalui epidural.
3. Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada
daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar.
Metode yang digunakan adalah infiltrasi atau topikal.
4. Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif
secara artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau
perintah serta untuk mengurangi kesadaran sehingga perhatian menjadi
terbatas. Metode yang digunakan adalah hipnotis.
5. Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri
dengan merangsang keluarnya endofrin tanpa menghilangkan kesadaran.
Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau penggunaan elektrode
pada permukaan kulit.

4. Asuhan Dan Persiapan Pasien Preoperasi (Pra Bedah)


Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pegetahuan tentang
persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur
pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien
dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah
ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga
rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan
tersebut.
Rencana tindakan :
1. Pemberian pendidikan kesehatan prabedah.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup penjelasan mengenai
berbagai informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut
diantaranya tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-
alat khusus yang di perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan,
dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.

2. Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam
sebelum bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan.
Sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan
dan cairan dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.
3. Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari
mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau
sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus
di cukur.

4. Latihan napas dan latihan batuk


Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru-
paru. Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara
berikut :
a. Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan toraks.
b. Tempatkan tangan diatas perut.
c. Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.
d. Tahan napas 3 detik.
e. Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f. Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga tiga
kali setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g. Istirahat.
5. Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis. Latihan
kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan
latihan mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat dilakukan
dengan mengontraksi otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan
ulangi hingga sepuluh kaki. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan
membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki
pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan
ulangi hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan
dengan menekan otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat
tidur, lalu istirahat, dan ulangi hingga lima kali.
6. Latihan mobilitas
Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah
dekubitus, merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui
latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur,
seperti menggunakan penghalang agar bsa memutar badan, melatih duduk di
sisi tempat tidur, atau dengan menggeser pasiem ke sisi tempat tidur. Melatih
duduk diawali dengan tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
menggantung di sisi tempat tidur.
7. Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan
sebelum pelaksanaan bedah adalah:
a. Cek identitas pasien.
b. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya
cincin, gelang, dan lain-lain.
c. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d. Lepaskan kontak lensa.
e. Lepaskan protesis..
f. Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar.
g. Anjurkan pasien untukmengosongkan kandung kemih.
h. Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi tromboflebitis.

5. Perawatan intaoperasi (Bedah)


Hal yang perlu di dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi pasien.
Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek
pemantauanfisiologis perubahan tanda vital, sistem kardiovaskular,
keseimbangan cairan, dan pernafasan. Selain itu lakukan pengkajian trhadap tim,
dan instrumen pembedahan, serta anestesia yang diberikan.
Rencana tindakan:
1. Penggunaan baju seragam bedah.
Penggunaan baju seragam bedah didesain khusus dengan harapan dapat
mencegah kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip
bahwa semua baju dari luar harus diganti dengan baju bedah yang steril,
atau baju harus dimasukkan ke dalam celana atau harus menutupi pinggang
untuk mengurangi menyebarnya bakteri, serta gunakan tutup kepala,
masker, sarung tangan, dan celemek steril.
2. Mencuci tangan sebelum pembedahan.
3. Menerima pasien di daerah bedah.
Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan
ulang di ruang penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah apa yang
akan dilakukan, nomor status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium
dan X-ray, persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan
golongan darah, alat protesis, dan lain-lain.
4. Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah.
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup,
trendelenburg, litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang
akan dilakukan.
5. Pembersihan dan persiapan kulit.
Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan
dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit, serta mengurangi adanya
mikroba. Bahan yang digunakan dalam membersihkan kulit ini harus
memiliki spektrum khasiat, kecepatan khasiat, potensi yang baik dan tidak
menurun apabila terdapat kadar alkhohol, sabun deterjen, atau bahan
organik lainnya.
6. Penutupan daerah steril.
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar
tetap sterilnya di daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya
mikroorganisme antara daerah steril dan tidak.
7. Pelaksanaan anestesia.
Pelaksanaan anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain
anestesia umum, inhalasi atau intravena, anestesia regional, dan anestesia
lokal.
8. Pelaksanaan pembedahan.
Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan
sesuai dengan ketentuan embedahan.

6. Asuhan Dan Persiapan Pasien Postroperasi (Pasca Bedah)


Setelah tindakan pembedahan (pascabedah), beberapa hal yang perlu dikaji
diantaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan
tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardivaskular, lokasi daerah
pembedahan dan sekitarnya, serta alat-alat yang digunakan dalam pembedahan.
Selama periode ini proses asuhan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien
pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan
komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien
kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah
masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan
yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang
memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan postoperasi sama pentingnya dengan prosedur
pembedahan itu sendiri.
Faktor yang Berpengaruh Postoperasi
Faktor yang berpengaruh postopersi, yaitu:

1. Mempertahankan jalan nafas Dengan mengatur posisi, memasang suction


dan pemasangan mayo/gudel.2.
2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi Ventilasi dan oksigenasi dapat
dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik
atau nasal kanul.
3. Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran
plasma ekspander.
4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui
keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau
muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu
dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk
dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami
pasien.
5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien.
Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti
dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru
menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi
eleminasi pasien.
6. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury.
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi
dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang
nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan
pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi
dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.

Tindakan:
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri
dapat dilakukan manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan
jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan
jahitan. Kemudian memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan
vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan
kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang
dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau,
dapat pula dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan
diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang
dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus
meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk memperlancar vena.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan
sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi
yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output, serta
mencegah terjadinya retensi urine.
6. Mobilisasi dini, dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang
penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret
dan lendir. Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum
ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik.
8. Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali.
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk
memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
9. Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi
kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
1) Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada
klien (sebagai dokumentasi)
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.
2.7 Manajemen Luka
A. Pengertian luka
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang
dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga megganggu aktivitas sehari-
hari.
B. Jenis luka
Berdasarkan sifat kejadiannya, luka dibagi dua jenis, yaitu luka disengaja dan luka
tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan
luka tidak disengaja misalnya luka terkena trauma. Luka yang tidak disengaja juga
dibagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Luka tertutup yaitu tidak terjadi
robekan, sedangkan luka terbuka yaitu jika terjadi robekan dan terlihat. Luka terbuka
seperti luka abrasi (akibat gesekan), luka puncture (akibat tusukan), dan luka
hautration (akibat alat-alat yang digunakan dalam perawatan luka). Di bidang
kebidanan, luka yang sering terjadi adalah luka episiotomi, luka bedah seksio
caesarea, atau luka saat proses persalinan.
Berdasarkan penyebabnya, dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Luka mekanik, diantaranya:
a. Vulnus scissum, luka sayat akibat benda tajam. Pinggir lukanya terlihat rapi.
b. vulnus contusum, luka memar karena cedera pada jaringan bawah kulit akibat
benturan benda tumpul.
c. vulnus lateratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang
menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
d. vulnus puncture, luka tusuk yang kecil di bagian luar, tetapi besar di bagian dalam.
e. vulnus sclopetorum, luka tembak akibat tembakan peluru.
f. vulnus morsum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka.
g. vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke
pembuluh darah.
2. Luka nonmekanik, terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi, atau sengatan
listrik.
C. Proses penyembuhan luka
Poses penyembuhan luka melalui empat tahap, yaitu:
1. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya
luka. Pada tahap ini, terjadi proses hemostasis yang ditandai dengan pelepasan
histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan
dan migrasi sel darah putih ke daerah yang rusak.
2. Tahap destruktif. Pada tahap ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh
leukosit dan makrofag.
3. Tahap poliferatif. Pada tahap ini, pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat
dan menginfiltrasi luka.
4. Tahap maturasi. Pada tahap ini, terjadi reepitelisasi, kontraksi luka, dan organisasi
jaringan ikat.

D. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka


Proses penyembuhan luka di pengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
1. Vaskularisasi, memengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaan
darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
2. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel
membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang mengalami
kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami proses penyembuhan
lama.
3. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau
kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat menurunkan
sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan.
4. Penyakit lain, misalnya seperti diabetes melitus dan ginjal, dapat memperlambat
proses penyembuhan luka.
5. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel karena kandungan
zat gizi didalam. Sebagai contoh, vitamin A berfungsi untuk membantu proses
epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen; vitamin B kompleks sebagai
kofaktor pada sistem enzin yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat, dan
lemak; vitamin C dapat berfungsi sebagai fibroblas, dan mencegah adanya infeksi,
serta membentuk kapiler-kapiler darah; dan vitamin K yang membantu sintesis
protombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah.
6. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stres, memengaruhi proses penyembuhan
luka yang lebih lama.

E. Masalah yang terjadi pada luka bedah


1. Pendarahan, masalah yang ditandai dengan adanya pendarahan yang disertai
perubahan tanda vital seperti adanya denyut nadi, kenaikan pernefasan, penurunan
tekanan darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan, serta keadaan kulit yang dingin
dan lembab.
2. Infeksi, terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan, demam atau
panas rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan di sekitar luka mengeras, serta adanya
kenaikan leukosit.
3. Dehiscene , merupakan pecahnya luka secara sebagian atau seluruhnya yang dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kegemukan, kekurangan nutrisi, terjadinya
trauma, dan lain-lain. Sering ditandai dengan kenaikan suhu tubuh (demam),
takikardia, dan rasa nyeri pada daerah luka.

F. Cara menjahit luka


Menjahit luka merupakan cara yang dilakukan untuk menutup luka melalui jahitan.
Tindakan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pendarahan, infeksi silang, dan
mempercepat proses penyembuhan.
Persiapan alat dan bahan:
1. Pinset anatomi.
2. Pinset cirurghi.
3. Gunting steril.
4. Naald voerder.
5. Jarum.
6. Benang.
7. Larutan betadine.
8. Alkohol 70%.
9. Obat anestesia.
10. Spuit.
11. Duk steril.
12. Pisau steril.
13. Gunting perban.
14. Plester/pembalut.
15. Bengkok.
16. Kasa steril.
17. Mangkok kecil.
18. Handscoon steril.
Prosedur kerja:
1. Menyapa dan memperkenalkan diri kepada klien dengan ramah dan sopan.
2. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3. Cuci tangan
4. Menutup sampiran
5. Persiapan alat
6. Gunakan handscoon steril.
7. Larutkan desinfeksi pada daerah yang akan dijahit dengan betadin dan alkohol 70%,
kemudian lakukan anestesia pada daerah yang akan dijahit.
8. Lakukan jahitan pada daerah yang dikehendaki dengan menggunakan teknik
mejahit yang telah disesuaikan dengan kondisi luka.
9. Berikan obat betadine.
10. Tutup luka dengan menggunakan kasa steril.
11. Lakukan pembalutan.
12. Catat perubahan keadaan luka.
13. Cuci tangan.

G. Perawatan luka
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat
proses penyembuhan luka.
Persiapan alat dan bahan:
1. Pinset anatomi.
2. Pinsen cirughi.
3. Gunting steril.
4. Kapas sublimat/savlon dalam tempatnya.
5. Larutan H2O2.
6. Larutan boorwater.
7. NaCl 0,9 %.
8. Gunting perban.
9. Pester/pembalut.
10. Bengkok.
11. Kasa steril.
12. Mangkok steril.
13. Handscoon steril.
14. Obat luka/betadin.
Prosedur kerja:
1. Menyapa dan memperkenalkan diri kepada klien dengan ramah dan sopan.
2. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3. Cuci tangan
4. Menutup sampiran
5. Persiapan alat
6. Menggunakan sarung tangan steril.
7. Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
8. Bersihkan luka dengan menggunakan kapas/savlon, H2O2, Boorwater, atau NaCl
0.9 %. Penggunaannya dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
9. Berikan obat luka.
10. Tutup luka dengan kasa steril.
11. Balut luka.
12. Catat perubahan keadaan luka.
13. Cuci tangan.

H. Cara mengangkat dan mengambil jahitan


Mengangkat atau mengambil jahitan pada luka bedah dilakukan dengan
memotongsimpul jahitan. Tujuannya untuk mencegah infeksi silang dan
mempercepat proses penyembuhan luka.
Persiapan alat dan bahan:
1. Pinset anatomi.
2. Pinsen cirughi.
3. Gunting angkat jahitan steril.
4. Arteri klem.
5. Larutan H2O2, boorwater, savlon/lisol atau larutan yang lainnya sesuai kebutuhan.
6. Lidi kapas (lidi yang dilapisi kapas pada ujungnya)
7. Alkohol 70%.
8. Gunting perban.
9. Pester/pembalut.
10. Bengkok.
11. Kasa steril.
12. Mangkok steril.
13. Handscoon steril.
14. Obat luka.
15. Gunting pembalut.
Prosedur kerja:
1. Menyapa dan memperkenalkan diri kepada klien dengan ramah dan sopan.
2. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3. Cuci tangan
4. Menutup sampiran
5. Persiapan alat
6. Menggunakan sarung tangan steril.
7. Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
8. Bersihkan luka dengan menggunakan kapas/savlon, H2O2, Boorwater, atau NaCl
0.9 %. Penggunaannya dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
9. Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit ke atas, kemudian gunting
benang dan tarik dengan hati-hati. Lalu benang dibuang pada kasa yang disediakan.
10. Tekan daerah sekitar luka hingga nanah tidak ada.
11. Berikan obat luka.
12. Tutup luka dengan kasa steril.
13. Catat perubahan keadaan luka.
14. Cuci tangan.

EVALUASI

1. Pengertian Resusitasi
3. Etiologi/Penyebab
4. Etiologi/Penyebab

Anda mungkin juga menyukai