Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Definisi lanjut usia

11
Menurut Miller Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses
menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lansia. Dalam referensi lain
dikatakan gerontologi merupakan suatu pendekatan ilmiah dari berbagai
aspek proses penuan yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, perilaku,
11
lingkungan.

Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyakit


yang timbul pada lansia.1 2 Tujuan pelayanan geriatri adalah sebagai berikut:
mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar
dari penyakit atau gangguan kesehatan, memelihara kondisi kesehatan
dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan aktivitas mental yang
mendukung, melakukan diagnosis dini secara tepat dan memadai,
melakukan pengobatan yang tepat, memelihara kemandirian secara
maksimal, tepat memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir
hayatnya agar kematiaanya berlangsung dengan tepat.12 Lansia (Lanjut
Usia) atau manusia usia lanjut (Manula) adalah kelompok penduduk
berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau
pengelompokan tersendiri ini adalah populasi perumur 60 tahun atau
lebih.12,13

Klasifikasi pada lansia adalah: Pralansia seseorang yang berusia antara


45-59 tahun, lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia
resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Hal yang merupakan
tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kasehatan dan

8
kemandirian para lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga,
maupun masyarakat.13

Menurut Boedhi Darmojo12 menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau


sakit, tetapi suatu proses perubahan di mana kepekaan bertambah atau batas
kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan
geriatri giant, dimana lansia akan mengalami 13 (i) yaitu: imobilisasi,
instabilisasi (mudah jatuh), intelektualisia, impotensia, imunodefiasi, infeksi
mudah terjadi impaksi (konstipasi), iantrogenes (kesalahan diagnosis),
insomnia, impairment of (gangguan pada penglihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, komunikasi dan integritas kulit, inaniation
(malnutrisi).12,13

2. Karakteristik lansia

Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui


keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:

a. Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan


kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki
dan perempuan. Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi
prostat, maka perempuan mungkin menghadapi osteoporosis.

b. Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup


janda atau duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik
maupun psikologis.

c. Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau


bersama instri, anak atau kekuarga lainnya.

1). Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga.

2). Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini
kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik
lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya.

9
Namun akan cenderung bahwa lansia akan di tinggalkan oleh
keturunannya dalam rumah yang berbeda.13 Menurut Darmawan12
mengungkapkan ada 5 tipe kepribadian lansia yang perlu kita
ketahui, yaitu: tipe konstruktif (constructive person-ality), tipe
mandiri (independent personality), tipe tergantung (hostilty
personality) dan tipe kritik diri (self hate personality).13

d. Kondisi kesehatan

1). Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada


orang lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar
dan kecil.

2). Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi


tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.

e. Keadaan ekonomi

1). Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan


lain kalau masih bisa aktif.

2). Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan


dari anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota
keluarga yang tergantung padanya.

3). kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,


sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat
terancam, sehinga cukup beralasan untuk melakukann berbagai
perubahan besar dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup yang
dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.13

3. Perubahan-perubahan pada lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah faktor kesehatan yang


meliputi keadaan fisik dan keadaan psikososial lanjut usia.

10
a. Keadaan Fisik

Faktor kesehatan meliputi keadaan psikis lansia. Keadaan fisik


merupakan faktor utama dari kegelisahan manuia. Perubahan secara fisik
meliputi sistem prnapasan, sistem pendengaran, sistem penglihatan,
sistem kardiovaskuler, muskuloskletal, gastrointestinal dan sistem
integumen mulai menurun pada tahap-tahap tertentu. Dengan demikian
orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak
berdayaannya.13

b. Kesehatan Psikososial

1). Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal


terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.

2). Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan


kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.

3). Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu


diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.

11
4). Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas


umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari
dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak
dari suatu obat.

5). Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham


(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya
atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.

6). Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku


sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut
dapat terulang kembali.13

4. Pembatasan kecacatan

Kecacatan adalah kesulitan dalam mengfungsikan kerangka, otot dan sistem


saraf. Pengolongan kecacatan dapat berupa kecacatan sementara (dapat
dikorelasi), kecacatan mental (tak bisa dipulihkan, akan tetapi dapat
disupsitusikan dengan alat), kecacatan progresif (tak bisa pulih dan tak bisa
disubstitusikan atau di ganti). Langkah-langkah yang dilakukan adalah
pemeriksaan (assesment), identifikasi masalah (problem identification),
perencanaan (planning), pelaksanaan (implementation), dan penilaian
(evaluation).13

12
5. Sarana dan prasarana yang dipergunakan

Sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk menylengarakan pelayanan


terhadap lansia, baik sarana fisik, sosial dan spiritual yang dijalankan di
berbagai tingkatan dapat kita lihat di dawah ini adalah:14

1. Pelayanan tingkat masyarakat

Pelayanan terhadap lansia adalah: keluarga dengan lansia, kelompok


lansia seperti klub/perkumpulan, panguyuban, padepokan dan pengajian,
serta bina keluarga lansia. Masyarakat mencakup LKMD, Karang wreda
day care dana sehat/JPKM.

2. Pelayanan tingkat dasar

Pelayanan yang di selengarakan oleh berbagai instansi pemerintahan dan


swasta serta organisasi masyarakat, organisasi profesi dan yayasan
seperti: praktik dokter dan dokter gigi, balai pengobatan klinik,
puskesmas/balkesmas, panti tresna wreda, pusat pelayanan dan
perawatan lansia, praktik perawatan mandiri.

3. Pelayanan tingkat rujukan

Pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit dan rumah sakit khusus.


Rujukan dapat bersifat sederhana, sedang, lengkap dan paripurna.14
Rujukan secara konseptual terdiri atas rujukan medis yang pada
dasarnyan menyangkut masalah pelayanan medik perorangan dan
rujukan kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah
kesehatan masyarakat luas.15

6. Jenis pelayanan kesehatan pada lansia

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan


yaitu: peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini dan
pengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan.

13
a. Promosi (Promotif)

Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung


untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya
promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga provesional dan masyarakat terhadap praktik
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif di
lakukan untuk membantu organ-organ mengubah gaya hidup mereka dan
bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung
pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang
perilaku hidup mereka.13

Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:

1). Mengurangi cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi kejadian


jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan
penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan
makanan atau zat kimia.

2). Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk


mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan
pengunaan sistem keamanan kerja.

3). Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan


untuk mengurangi pengunaan semprotan bahan-bahan kimia,
mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan pengolahan rumah
tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi
makanan dan obat-obatan.

d. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang


bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan
gigi dan mulut.13

14
2. Pencegahan (Preventif)

a. Dalam mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.

b. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat,


terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan.
Jenis pelayanan pencegahan primer adalah: program imunisasi,
konseling, berhenti merokok dan minum beralkohol, dukungan nutrisi,
keamanan di dalam dan sekitar rumah, manajemen stres, penggunaan
medikasi yang tepat.

c. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap


penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala
penyakit belum tampak secara klinis dan mengindap faktor risiko.
Jenis pelayan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut:
kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker, screening:
pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.

d. Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala


penyakit dan cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan,
serta perawatan dengan perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien
rawat jalan dan perawatan jangka panjang.13

3. Diagnosis dini dan Pengobatan

a. Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas


profesional dan petugas institusi. Oleh lansia sendiri dengan
melakukan tes dini, skrining kesehatan, memanfaatkan Kartu Menuju
Sehat (KMS) Lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan Pribadi (BKP),
serta penandatangan kontrak kesehatan.

b. Pengobatan: Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang


terjadi meliputi sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, pernapasan,
pencernaan, urogenital, hormonal, saraf dan integumen. 13

15
B. Poasyandu Lansia
1. Pengertian
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang di selengarakan dari,
oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu
wilayah kerja puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai
dusun, balai kalurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi
oleh masarakat.16
Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka
pengembangan kualitas sumber daya manusia bangsa indonesia agar dapat
membangun dan menolong dirinya sendiri, sehinga perlu di tingkatkan
pembinaannya.16 Untuk meningkatkan pembinaan posyandu sebagai
pelayanan KB dan kesehatan yang dikelola untuk dan oleh masyarakat
dengan dukungan pelayanan teknis dari petugas perlu ditumbuh
kembangkan perlu serta aktif masyarakat dalam wadah LKMD.15
Posyandu lansia adalah suatu sarana pelayanan kesehatan yang
dipergunakan untuk melayani lanjut usia dalam tingkat masyarakat.13
Program pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran
serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial dalam penyelenggaraanya, dalam upaya peningkatan tingkat
kesehatan secara optimal. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu
untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah di
sepakati, yang di gerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan.16
2. Sasaran
Adapun sasaran posyandu lansia adalah:
a. Sasaran Lanngsung
1). Kelompok pra lansia lanjut (45-59 tahun)
2). Kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas)
3). Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas)

16
b. Sasaran tidak Langung
1). Keluarga dimana usia lanjut berada
2). Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut
3). Masyarakat luas.16
3. Tujuan Pembentukan
Tujuan pembentukan posyandu lansia ini adalah:
a. Tujuan Umum:
1). Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia
lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna bagi keluarga.
2). Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat
dan suwasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan
komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
b. Tujuan Khusus:
1). Meningkatkan kesadaran pada lansia
2). Membina kesehatan dirinya sendiri
3). Meningkatkan mutu kesehatan lansia
4). Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia.16
4. Tujuan penyelenggaraan posyandu lansia
Mengacu pada pedoman pembinaan kesehatan lansia bagi petugas
kesehatan, tujuan penyelenggaraan posyandu lansia adalah:
a. Pelaksanaan kegiatan: Anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi
kader kesehatan di bawa bimbingan puskesmas.
b. Pengelola: Pengurus yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat
formal maupun nonformal.
c. meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang.
d. Pengadaan posyandu ini diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat,
maka diharapkan masyarakat sendiri aktif membantu, menyelengarakan
dan memanfaatkan posyandu tersebut sebaik-baiknya.15 Agar masyarakat
mau membentuk, menyelenggarakan dan memanfaatkan maka mereka

17
perlu menyadari pentingnya posyandu. Untuk ini dilakukan kegiatan
promosi posyandu. Inti kegiatan promosi posyandu adalah kegiatan
penyuluhan yang intensip yang dilakukan oleh petugas kesehatan
maupun masyarakat (kader, LKMD, PKK, Tokoh masyarakat) tentang
posyandu.15,16
5. Kegiatan Posyandu Lansia
Kegiatan di posyandu lansia merupakan kegiatan nyata yang melibatkan
partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan dari masyarakat, oleh
masyarakat, dan untuk masyarakat yang dilakukan oleh kader kesehatan
yang telah mendapat pendidikan dan latihan dari Puskesmas mengenai
pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan di posyandu lansia secara umum mencakup kegiatan pelayanan
yang berbentuk.16
a. Kegiatan promotif
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan gairah hidup para lansia agar
merasa tetap dihargai dan tetap berguna.

b. Kegiatan preventif

Merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah sedini mungkin


terjadinya penyakit dan komplikasi yang diakibatkan oleh proses
degeneratif. Kegiatan yang dilakukan berupa deteksi dini kesehatan
lansia baik dikelompok lansia maupun dikelompok Puskesmas.

c. Kegiatan kuratif

Kegiatan kuratif adalah upaya yang dilakukan dalam pengobatan dan


perawatan bagi lansia yang sakit.

d. Kegiatan rehabilitatif

Kegiatan rehabilitatif adalah upaya yang dilakukan atau bersifat medik,


psikososial, edukatif dan pengembangan keterampilan atau hobi untuk
mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan

18
kepercayaan diri pada lansia.16 Kegiatan-kegiatan dalam posyandu lansia
dicatat dan dipantau melalui kartu Menuju Sehat (KMS) bagi lansia
diantaranya adalah: Kegiatan-kegiatan di posyandu lansia antara lain:
Penyuluhan kesehatan (perilaku hidup sehat, gizi lansia, proses
degeneratif), pemeriksaan kesehatan berkala, pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan lansia, rujukan, olahraga dan kesehatan,
pembinaan rohani atau kesehatan mental spiritual, pemberian makanan
tambahan, dan rekreasi.14

6. Peran serta

a. Peran serta lansia diharapkan dapat bermacam-macam mewujudkan


kesehatan dengan cara: Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan,
olahraga secara teratursesuai kemampuan, menjalani pemeriksaan
kesehatan secara berkala, menjalani pengobatan, meningkatkan upaya
kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi.15

b. Peran serta kader dalam penyelenggaraan posyandu lansia adalah:


memberitahukan hari dan jam buka posyandu, menyiapkan peralatan
untuk penyelenggaran posyandu, melakukan penimbangan, mencatat
hasil penimbangan ke dalam KMS, melakukan penyuluhan kelompok
dan perorangan, menyiapkan dan membagikan makanan tambahan.

c. Peran serta LKMD dalam pelaksanan posyandu adalah: Meningkatkan,


mendorong dan memberi semangat agar kader selalu melaksanakan
tugasnya di posyandu dengan baik, mengingatkan warga untuk datang
keposyandu sesuai jadwal yang telah ditentukan.15,16

C. Perilaku

1. Pengertian Perilaku
Perilaku dan aktivitas-aktivitas tersebut dalam pengertian yang luas
yaitu perilaku yang menampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak
menampak (innert behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut di

19
samping aktivitas motorik juga termasuk aktivitas emosional dan
kongnitif.17
Dari segi biologis, tidak dapat diamati oleh pihak luar. perilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,
karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun
yang tidak langsung.18,19
Menurut Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). Teori Skiner disebut juga teori S-O-R atau Stimulus Organisme
Respons. Skiner membedakan adanya dua respons, yaitu:
a. Respondent respons atau reflexive, yaitu respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli,
karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
b. Operant respons atau instrumental respons yaitu respons yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang
lain. Perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena
berfungsi untuk memperkuat respons.18,19
Berdasarkan teori S-O-R perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau


tertutup (covert). Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus
tersebut masih belum bisa diamati oleh orang lain secara jelas. Respons
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

20
b. Perilaku terbuka (overt behaviour)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik, ini dapat diamati orang lain dari luar.18
Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah
operant respons. Untuk itu membentuk jenis respons atau perilaku ini
perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut opetant
conditioning, adalah sebagai berikut:

1). Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau


reinforcer berupa hadiah-hadiah atau reward bagi perilaku yang akan
dibentuk.

2). Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen


kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemungkinan
komponen-komponen tersebut di susun dalam urutan yang tepat untuk
menuju kepada terbentuknya.

3). Mengunakan secara urut komponen-komponen sebagai tujuan-tujuan


sementara, mengidentifikasi reinforceng atau hadiah untuk masing-
masing komponen tersebut.

4). Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan


komponen pertama yang telah dilakukan maka hadiahnya
18,19
diberikan.

2. Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau


menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek
yaitu: perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila

21
sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit,
perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat,
perilaku konsumsi terhadap gizi (makanan) dan minuman.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan


kesehatan perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour)
Adalah: menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah suatu sikap bagaimana seseorang


mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya
sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya mengelola pembuangan
sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.18,19

Menurut Becker18 klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini yaitu:

1). Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan


seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain: Makan dengan menu seimbang,
olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan
narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stress, dan perilaku
atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.18,19 Perilaku
kesehatan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatan kesehatanya.
Termasuk juga tidakan-tindakan untuk mencegah penyakit,
20
kebersihan perorangan, memilih makanan dan sanitasi.

2). Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan


penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab

22
dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya. 18,19
Perilaku sakit yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan
seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal
keadaan kesehatan atau rasa sakit.20

3). Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Perilaku peran sakit adalah: pasien yang mempunyai peran


mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang
sakit (obligation). Perilaku ini meliputi: tindakan untuk memperoleh
kesembuhan, mengenai fasilitas pelayanan/ sarana pelayanan
penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak (memperoleh
perawatan, memeperoleh pelayanan keseahatan dan sebagainya). dan
kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang
lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain).18,19

3. Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa
orang, namun respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan
perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Faktor Internal merupakan faktor dari diri dalam diri orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan misalnya: tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, perhatian, pengamatan, persepsi, fantasi,
sugesti, motivasi, jenis kelamin dan sebagainya.

b. Faktor Eksternal merupakan faktor dari luar diri seseorang yakni


lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik dalam bentuk

23
sosial, budaya, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan masyarakat,
tradisi, ekonomi, politik dan sebagainya.18,19

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Lawrence Green20 yang menganalisis perilaku manusia dari


tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat di pengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-
behaviour causes) dan perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3
faktor, yaitu:

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Termasuk didalamnya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan


dan nilai-nilai.

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain.


Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Pada umumnya lansia yang sakit atau tidak sakit
menganggap bahwa perilaku untuk datang keposyandu untuk kontrol
kesehatanya.

b. Sikap

Menurut Berkowitz20 mendefinisikan sikap manusia dan dapat


dimasukkan kedalam tiga kerangka pemikiran manusia yaitu:

1). Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

2). Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau

24
secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimulus sosial
yang telah terkondisikan.

3). Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasan (afeksi),


pemikiran (kongnisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang
terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.20

Sikap yang mempengaruhi perilaku karena sikap merupakan


kesiapan berespon atau bertindak.22 Bila lansia bersikap kurang baik
sehubungan dengan perilaku mengikuti posyandu lansia. Dapat
berpengaruh terhadap perilaku yang muncul, untuk itu lansia
sehubungan dengan perilaku mengikuti posyadu lansia harus
diperhatikan oleh petugas kesehatan.20,21

c. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, keluarga, masyarakat


dan seseorang yang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan
dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Seserang yang
mempercayai suatu keyakinan tertentu, maka dalam menghadapi suatu
perilaku kesehatan akan berpengaruh terhadap status kesehatannya.

d. Keyakinan : Suatu hal yang dianggap benar dan dianut sebagai aturan
yang dilakukan oleh masyarakat.

e. Nilai-nilai : Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai


yang menjadi pengalaman sikap orang dalam menyelenggarakan hidup
bermasyarakat.

2. Faktor pemungkin (Enabling Factors)

Faktor yang memungkinkan atau faktor yang memungkinkan atau yang


mengfasilitas perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor
pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit dan

25
sebagainya. Sebuah keluarga yang sudah tahu masalah kesehatan,
mengupayakan keluarganya untuk hidup sehat dan menjaga kebersihan.21

3. Faktor pendorong (Reinforcing Faktors)

Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya:


yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.20

E. Faktor yang berhubungan dengan perilaku mengikuti posyandu lansia

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tau seseorang


terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui
indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Sebelum
seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti
atau manfaat perilaku bagi dirinya atau keluarganya. Misalnya: lansia yang
datang ke posyandu lansia yang di adakan di tengah-tengah tempat tinggal
warga, dan agar warga tidak merasa kejahuan untuk datang berobat dan
kontrol kesehatan, apabila ia tahu apa tujuan dan apa akibatnya bila
melakukan perilaku untuk datang keposyandu.18,19,20

Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui


tentang suatu objek tertentu termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu
adalah bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping
berbagai pengetahuan lainnya.

a. Proses Adopsi Perilaku


Menurut penelitian Rogers20 mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan yaitu:
1). Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

26
2). Nterest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3). Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
4). Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5). Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimus.20
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positip,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak
akan berlangsung lama. 18,19,20

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6


tingkatan pengetahuan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari


sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan


secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
Menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham

27
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang


telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu


objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.21

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Nasution20 yaitu:

28
a. Tingkat pengetahuan

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-


hal baru dan menyesuaikan dengan hal-hal yang baru tersebut.

b. Informasi

Informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas.

c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang.
Karena informasi-informasi yang baru akan dijaring kira-kira sesuai tidak
dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,


maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan lebih luas sedang
umur semakin banyak (bertambah tua).

e. Sosial ekonomi
Tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan
penghasilan yang ada. Sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki
harus dipergunakan semaksimal mungkin begitupun dalam mencari
bantuan kesarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan
pendapatan keluarga.20

4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket


untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian
dari responden. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin kita
ketahui.atau kita ukur, dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan.22

29
Menurut Arikunto23 pengukuran tingkat pengetahuan seseorang dapat
dikategorikan dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif
yaitu:

Baik : Hasil presentase benar 76% - 100%

Cukup : Hasil presentase benar 56% - 75%

Kurang : Hasil presentase benar > 56%

F. Dukungan keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan klien


penerima asuhan keperawatan, keluarga berperan dalam menentukan cara
asuhan keperawatan yang diperlukan bagi anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.24 Bila salah satu dari anggota keluarga
mengalami masalah kesehatan, maka sistem di dalam keluarga akan
terganggu, oleh karena itu keluarga sangat berarti. Dalam penyanpaian
diatas mengemukakan tentang definisi keluarga adalah sebagai berikut:

a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,


darah dan ikatan adopsi.

b. Peran anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dengan satu


rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap
menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam


peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, saudara
kandung.

d. Penggunaan kultur yang sama didalam keluarga.24

2. Tugas dan Fungsi Keluarga

30
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, dan ada beberapa fungsi
keluarga diantaranya adalah:

1. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian)

Untuk stabilitas kepribadian keluarga dalam memahami kebutuhan-


kebutuhan anggota keluarga termasuk dalam mendapatkan kesehatan
yang layak.

2. Fungsi sosialisasi

Untuk sosialisasi primer yang bertujuan membuat anggota keluarga


menjadi anggota masyarakat yang produktif.

3. Fungsi reproduksi

Menjaga kelangsungan generasi dan keberlangsungan hidup anggota


keluarga.

4. Fungsi ekonomis

Mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan pengalokasi


secara efektif.24

3. Fungsi-fungsi Perawatan Kesehatan

Untuk pengadaan, perawatan dan penyedia kebutuhan-kebutuhan fisik


hingga kebutuhan akan perawatan kesehatan bagi anggota keluarga,
sedangkan beberapa tugas dari sebuah keluarga adalah: Mengenal masalah
keluarga dituntut mampu mengenali masalah kesehatan yang terjadi
dikeluarga, mampu mengambil keputusan yang tepat bila menemukan
masalah pada keluarga tersebut, merawat anggota keluarga, memelihara
lingkungan, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.24

Dari tugas dan fungsi keluarga diatas, keluarga merupakan faktor penting
dalam pemberian atau penerimaan sebuah layanan kesehatan, terutama bagi
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.24

31
4. Jenis Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah tindakan dan penerimaan keluarga terhadap


penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami, istri, anak dan untuk
indonesia dapat meluas mencakup saudara dari kedua belah pihak.
menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperluka. Terdapat beberapa dimensi dari dukungan keluarga yaitu:

1). Instrumental Aid (Bantuan Instrumental)

Dukungan ini bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk


meringankan beban bagi individu yang membentuk dan keluarga dapat
memenuhinya, sehimgga keluarga merupakan sumber pertolongan yang
praktis dan konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang,
peralatan, waktu serta modifikasi lingkungan.25

Menurut Hause,25 bantuan instrumental adalah merupakan tindakan atau


materi yang diberikan oleh orang lain yang memungkinkan pemenuhan
tanggung jawab yang dapat membantu untuk mengatur situasi yang
menekan.

2). Social Emotion Aid (Bantuan Sosial Emosional)

Suatu ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang yang


bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga.
Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan
penguasaan emosi. Bantuan sosial emosional merupakan pernyatan
tentang cinta, perhatian, penghargaan dan simpati serta menjadi bagian
dari kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki peranan negatif yang
khususnya disebabkan oleh stress.

32
3). Information Aid (Bantuan Informasi)

Apabila individu tidak dapat menyelesekan masalah yang dihadapi maka


dukungan ini diberikan dengan cara memberi informasi, nasehat dan
petunjuk tentang cara penyelesean masalah. Keluarga juga merupakan
penyebar informasi yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan
semangat serta pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari. Bantuan
informasi adalah komunikasi tentang opini atau kenyataan yang relevan
tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini, misalnya nasehat dan
informasi-informasi yang dapat menjadi individu lebih mampu untuk
mengatasi sesuatu.

4). Keintiman

dukungan keluarga lebih banyak diperoleh dari keintiman dari pada


aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, adanya keintiman dan
penerimaan dukungan sosial yang baik, selama menjalani kehidupan
dapat membuat individu lebih berarti bagi lingkungan.

5). Self Esteem

Individu yang mempunyai self esteem tinggi memandang orang lain


yang sama sehingga ancaman terhadap tindakan dengan individu yang
self esteem-nya tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan harapanya.

6). Ketrampilan Sosial

Individu yang berguna akan memiliki ketrampilan sosial tinggi sehingga


mereka mempunyai jaringan sosial yang luas, oleh karena itu individu
yang mempunyai kebiasan yang mudah mendapat dukungan sosial tinggi
dari pada individu yang rendah ketrampilan sosialnya.26

5. Pengukuran dukungan keluarga

Satu cara untuk dapat mengukur atau menilai dukungan keluarga pada
lansia dapat menggunakan skala atau kuesionar. Skala penilaian dukungan

33
keluarga mengandung serangkaian pertanyaan tentang permasalahan
tertentu. Responden yang akan mengisi diharapakan menentukan jawaban.

20
Skala Likert menggunakan teknik konstruksi test yang masing-masing
responden diminta melakukan agreement atau disagreemen, untuk masing-
masing item dalam skala yang terdiri dari 4 point yaitu: 1). Sangat Setuju 2).
Setuju 3). Tidak Setuju 4). Sangat Tidak Setuju

Skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama
(egual-interval scale).20

6. Peran anggota keluarga terhadap lansia

Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap angota keluarga


memiliki peran yang sangat penting oleh anggota keluarga dalam
melaksanakan perannya terhadap lansia yaitu: melakukan pembicaraan
terarah, memperhatikan kehangatan keluarga, membantu dalam hal
transportasi, membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia,
memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar
dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang,
menyediakan waktu serta perhatian, jangan menganggapnya sebagai beban,
memberi kesempatan untuk tinggal bersama, mengajarknya dalam acara-
acara keluarga, membantu mencukupi kebutuhanya.11

7. Peran keluarga dalam perawatan lansia

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam


memperhatikan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia
antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan
meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi,
serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi
lansia.11

34
8. Tugas perkembangan keluarga dengan lansia

Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus


dicapai oleh keluarga adalah sebagai berikut: mempertahankan pengetahuan
hidup yang memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, penyesuaian diri terhadap
kehilangan pasagan, pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi,
11
meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut.

9. Format kesehatan keluarga

Format kesehatan keluarga merupakan instrumen pantau kesehatan


sekelompok keluarga. Data kesehatan tiap keluarga bisa diketahui, tetapi
unitnya adalah kelompok keluarga, misalnya dasawisma atau posyandu.
Prinsip dasarnya sama seperti kartu kesehatan keluarga, tetapi supaya
hemat, satu format ini dipegang oleh kader, bukan oleh keluarga. Instrumen
ini digunakan pada masyarakat yang rendah tingkat pendidikan dengan
minat baca terbatas untuk pemberdayaan keluarga.24

35
G. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang dipaparkan disusun kerangka teori sebagai berikut:


Faktor Predisposing
a. Pengetahuan
b. Perilaku
c. Sikap
d. Kepercayaan
e. Keyakinan
f. Nilai
g. Umur
h. Jenis kelamin
i. Setatus perkawinan
j. Keadaan fisik
k. Keadaan psikososial

Faktor Pemungkin
1. Sarana dan prasarana
kesehatan
2. Fasilitas pendukung Mengikuti posyandu lansia
pelayanan kesehatan
3. Posyandu lansia

Faktor Pendorong
1. Sikap dan petugas
kesehatan
2. Tokoh masyarakat
3. Dukungan keluarga

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Lawrence Green20)

36
H. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

1. Pengetahuan tentang posyandu


lansia Perilaku mengikuti posyandu
lansia
2. Dukungan keluarga terhadap
posyandu lansia

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

I. Hipotesis

Dari masalah penelitian yang ada maka hipotesis yang dapat diambil yaitu:

1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang posyandu lansia


dengan perilaku mengikuti posyandu lansia.

2. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga terhadap posyandu


lansia dengan perilaku mengikuti posyandu lansia.

37

Anda mungkin juga menyukai